Pertemuan Rahasia (part 1)

Sudah dua jam yang lalu pesan singkat itu mendarat di ponsel Aji. Aji yang membacanya terkejut sekaligus bingung. Sebuah pesan singkat dari Inas.

Aku otw ke kota Y kak. Mau cuci mata. hehe

Tak ingin membuang waktunya, Aji bergegas menelepon Inas.

"Halo de'. Jadi ke sini? Udah sampe mana?"

"Hey, santai kak. Haha. Baru mau turun dari bus ini. Aku turun di halte depan Benteng V yang deket Jalan M itu. Kiri pak."

"Udah turun dari bus? Kamu sendirian?"

"Iya kak. Biasa juga sendiri."

"Tunggu ya aku siap-siap dulu."

"Santai aja kak. Ini aku juga mau jalan-jalan dulu."

"Oke. Ntar aku kabarin kalau udah mau berangkat."

"Sip."

Bergegas Aji mandi dan bersiap-siap. Dia tak ingin Inas menunggu lama. Tunggu aku!

***

Menutup telepon sambil tersenyum tipis. Dasar! Diingatnya kembali telepon semalam yang berakhir dengan canggung dan menggantung. Sebenarnya tadi malam Inas ingin memberitahu Aji bahwa dia akan ke kota Y. Namun, pembicaraan mereka di telepon berubah ke arah yang tak Inas pahami. Aneh.

Awalnya Inas masih ragu akan memberitahu Aji atau tidak, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk mengirim pesan singkat ketika akan berangkat ke kota Y. Sempat khawatir Aji marah atau apalah karena semalam telepon mereka berakhir begitu saja. Lega merasuki hati Inas ketika Aji meneleponnya sesaat ketika akan turun dari bus. Syukurlah biasa lagi, batin Inas ketika sambungan telepon berakhir.

Inas memang sering pergi ke kota Y sendirian, hanya untuk melepas penat dan kebosanan hidupnya. Biasanya dia akan jalan-jalan di Jalan M, shopping street ternama di kota tersebut, hanya sekedar cuci mata tanpa membeli apapun. Setelah puas, biasanya dia akan mampir ke kantor mamanya yang tak jauh dari situ dan pulang bersama mamanya. Hari itupun juga sudah direncanakan sebelumnya, jadi bukan karena khusus ingin bertemu Aji. Kalaupun nantinya bertemu, itu adalah bonus jalan-jalannya.

Sudah sekitar tiga puluh menit Inas berjalan-jalan, memasuki satu toko ke toko lain, melihat baju atau rok yang mungkin bisa menarik selera hati dan dompetnya. Namun, nihil. Gak ada yang menarik. Dering ponsel mengalihkan Inas dari melihat-lihat model baju di salah satu toko. Satu pesan masuk. Dari Nathan.

Udah sampai?

Semalam Inas sudah bilang ke Nathan ingin pergi ke kota Y, jalan-jalan. Nathan selalu mengijinkannya, meski agak khawatir jika Inas jalan-jalan sendirian, namun Nathan tak bisa melarangnya karena dia menyadari tak bisa menemani Inas setiap saat. Inas tahu itu dan tak ingin terlalu memusingkannya.

Udah. Ini lagi jalan-jalan.

Ya udah. Have fun ya! Hati-hati!

Iya. Makasih. Inas sayang Nathan.

Iya. XXX.

Merasa sedikit bersalah, karena hari ini bukanlah jalan-jalan biasa seperti yang biasanya Inas lakukan kalau pergi ke kota Y. Ponsel Inas berdering lagi ketika ia akan memasukkannya ke dalam tas. Satu pesan masuk dari Aji.

Aku otw de'. Ketemu di depan Benteng V aja ya.

Bergegas Inas menuju Benteng V tanpa membalas pesan dari Aji. Maaf Nathan.

***

Berkali-kali Aji memantas diri di depan cermin kamar kosnya. Dilihatnya pantulan dirinya yang kesekian kali, Oke ready! Diraihnya ponsel yang membisu di sudut kasurnya. Mengirimkan pesan singkat kepada Inas.

Aku otw de'. Ketemu di depan Benteng V aja ya.

Tanpa menunggu balasan dari Inas, disambarnya kontak motornya, dipacunya sepeda motor menuju Benteng V dengan penuh semangat dan senyuman. Perjalanan dari kosnya menuju Benteng V hanya sekitar lima belas menit. Sepanjang perjalanan Aji dengan tak henti-hentinya bersenandung sembarangan mengiringi kegembiraannya.

Nampaknya senandung kegembiraannya, membuat perjalanan Aji lebih cepat. Atau tidak? Yang jelas kini Aji sudah berada di tempat parkir di depan Benteng V, merapihkan rambut dan melepas jaketnya. Dirapihkan kaos putih polosnya. Menengok ke depan pintu masuk benteng. Cewek yang begitu dikenalnya terlihat lebih mempesona dibanding terakhir kali dia bertemu dengannya di kota S.

Mengenakan rok hitam rempel selutut dengan motif bunga warna peach dipadukan dengan kaos oblong warna peach dan sneakers putih, membuat penampilan Inas lebih santai dan fresh. Rambutnya yang diikat sembarang di belakang tak membuatnya terlihat berantakan, malah sebaliknya, cantik.

"Udah lama de'?" tanya Aji, menghampiri Inas yang berdiri sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Eh, kak. Baru sampe juga ini." sambil memasukkan ponsel ke dalam tas slempangnya.

"Udah pamit cowok mu?" tanya Aji sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan Inas dengan ponselnya.

"Udah dari semalem. Yuk kemana nih? Katanya mau nemenin jalan-jalan." jawab Inas mengalihkan pembicaraan.

"Masuk benteng aja. Belum pernah kan?" ajak Aji. Dia memang tidak mempunyai persiapan mengajak Inas pergi kemana-mana. Tidak sempat.

"Mmm... boleh. Yuk."

Aji membeli dua tiket masuk. Sebelum menyusuri benteng lebih dalam, dia membeli dua soft drink.

"Nih." ucap Aji sambil menyodorkan sebotol soft drink untuk Inas.

"Makasih." tanpa malu-malu Inas langsung meminumnya. Aji tersenyum tipis melihatnya. Minum aja kelihatan sexy. Inas yang merasa diperhatikan Aji, melirik sambil masih meminum minumanya.

"Kenapa kak?" tanya Inas ketika sudah puas minum.

"Gak apa-apa. Haus banget kelihatannya." jawab Aji sambil berjalan masuk menyusuri benteng.

"Iya. Lupa tadi ga beli minum dulu. haha. Jadi pas banget kamu beliin. hehe. Sepi gini bentengnya."

"Maklum laah. Bukan weekend. Kalau weekend rame de'. Kan bagus tuh buat selfie-selfie."

Benteng V merupakan bangunan peninggalan jaman Belanda. Gaya arsitekturnya pun masih terlihat kolosal. Memang banyak spot-spot yang akan menarik dijadikan latar belakang untuk berswa foto. Gaya bangunan yang vintage menambah kesan epic jika foto diambil dengan angle yang pas.

"Kamu gak ada kuliah de' hari ini?" tanya Aji, penasaran karena hari ini bukan akhir pekan dan Inas pergi ke kota Y.

"Gak ada kak. Kebetulan hari ini cuma ada satu kuliah tapi dosennya ada acara trus minta ganti besok."

"Oohh..."

Sesaat Aji dan Inas berjalan menyusuri benteng dalam diam. Aji jadi merasa agak canggung setelah teleponnya semalam. Inas hanya diam, mengekor di belakang Aji. Tiba-tiba Aji berhenti.

"Kenapa kak?"

"Kamu jalannya jauh amat."

"Hehe." Inas nyengir sambil berjalan mendekati Aji, berjalan di sampingnya.

"Aku gak tahu kalau ada benteng ini. Tahu gitu dari dulu ke sini daripada jalan-jalan gak jelas di Jalan M." ucap Inas sambil memandang sekeliling benteng yang beralih fungsi menjadi museum. Aji hanya memperhatikan Inas. Mengagumi kecantikkannya yang sederhana hari ini. Kenapa gue baru sadar kalau dia gak ngebosenin kalau dilihat?

"Kenapa kak?" tanya Inas, mengetahui Aji yang bengong sambil menatap ke arahnya.

"Eh, gak apa-apa. Kamu kelihatan cantik hari ini." ucap Aji jujur.

"Hahaha. Iya, biasanya engga soalnya."

"Eh, maksud ku hari ini lebih cantik gitu." ucap Aji dengan lebih memberikan tekanan pada kata lebih.

"Hehe. Makasih kak."

Diam kembali tercipta. Aji sungguh sangat gemas melihat Inas hari ini. Rasanya dia ingin memeluk dan menciumnya. Aji berusaha keras menahan diri. Tenang, Ji! ucapnya dalam hati. Namun, semakin menekan perasaannya, Aji semakin tidak tahan ingin menyentuh Inas. Fine! Dan akhirnya Aji hanya sanggup menggandeng tangan Inas. Inas tersenyum kecil. Aji semakin mengeratkan genggamannya, merasai hasratnya untuk menyentuh Inas tersampaikan, walaupun hanya sekedar bergandengan tangan.

"Tangan kamu kecil de'. Enak digenggam." ucap Aji. Inas hanya tersenyum.

"Semalem kamu kenapa kak?"

Pertanyaan Inas cukup membuat Aji bingung harus menjawab apa. Dirinya sudah lupa kejadian semalam dan sekarang malah diingatkan dengan pertanyaan langsung tanpa basa-basi.

"Mmm... gak apa-apa de'. Eh, ngomong-ngomong kamu suka baca buku juga?" tanya Aji mengalihkan pembicaraan.

"Iya kak. Tahu darimana?"

"Kemarin lihat postingan di sosmed kamu, kayak lagi di toko buku gitu."

"Oh, iya kemarin sama temen ke toko buku kak. Lumayan dapet bacaan baru."

"Apa emang?"

"Buku kumpulan The Best of Agatha Christie kak. Kamu suka baca juga?" tanya Inas.

"Lumayan. Suka genre-genre misteri gitu ya?"

"Iya kak, seru kalau baca yang kayak gitu. Kamu?"

"Apa aja suka sih. Kamu gak suka rom-kom gitu?"

"Tergantung ceritanya sih. Kalau seru ya suka."

"Coba baca Dilan. Lumayan tuh."

"Bisa lah masuk list. hehe. Makasih rekomendasinya kak."

"Lucu. Kamu pasti suka."

"Jarang-jarang cowok rekomendasiin rom-kom. Pasti dicobalah."

"Jadi.... yang kemarin di toko buku sama kamu?" tanya Aji, yang dari semalam sudah sangat penasaran dengan sosok cowok itu.

"Ooh... Rio kak. Temen ku itu. Temen deket sih, kemana-mana sering hang out berdua."

"Cowok mu gak cemburu?"

"Engga. Dia udah tahu dan kenal Rio sejak kita belum jadian. Kenapa kak?"

"Gak apa-apa. Penasaran aja."

"Penasaran? Atau.... malah kamu yang cemburu?" tanya Inas sambil mendekatkan wajahnya kepada Aji, sedikit menggoda. Aji hanya menatapnya tajam sambil menjawab, "Menurutmu?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!