Cinta Remaja Bersambut

Inas melemparkan tubuhnya ke tempat tidur. Melepas letih luar biasa yang ditimbulkan hari ini. Senin yang selalu membawa semangat tersendiri untuknya. Senin yang dia cintai sejak remaja. Senin yang penuh kejutan.

Teringat kejadian di kos Alex yang mendebarkan. Menghela nafas. Inas merasa sangat berdosa kepada ayah dan mamanya yang sudah memberinya kepercayaan dan kebebasan. Selama ini dia berhasil menjaga dirinya. Namun sejak menjalin hubungan dengan Nathan, banyak hal-hal baru yang Inas lakukan, walaupun tidak sampai melampaui batas. Tetap Inas merasa menyesal. Entah mengapa Inas tak pernah bisa menolak cumbu dari Nathan, padahal bersama mantan-mantan pacar sebelumnya dia sama sekali tidak melakukan kontak fisik kecuali bergandengan tangan. Polos, memang. Dan Nathan mengajarinya hal baru yang membuatnya tersihir.

Cukup lama Inas memikirkan hal yang menimpanya sore tadi, kemudian terduduk dan mengambil ponselnya. Mengirim sebuah pesan singkat.

Inas sudah sampai rumah. Nathan buruan istirahat. Inas sayang Nathan.

"Hhh..." menghela nafas panjang. Nampaknya cukup untuk mengurangi beban di hati dan pikirannya. Sepertinya ia melupakan sesuatu. Dilihatnya kembali ponsel yang masih di genggamannya. Dibukanya sebuah pesan singkat yang sudah masuk beberapa jam yang lalu.

Udah selesai kuliah de'?

Berpikir sejenak. Balasan apa yang harus dikirim. Pesan masuk pukul 14.15 dan sekarang sudah hampir pukul 21.00. Apa kak Aji masih nunggu balasan? Masih berpikir. Sedetik kemudian sibuk mengetik pesan.

Udah kak. hehe. Maaf kak baru sempet pegang hp.

Sebelum berujung dengan berbalas pesan singkat yang mungkin akan berakhir larut malam, Inas memutuskan untuk beranjak mandi. Tubuhnya sudah meronta ingin merasakan sentuhan air hangat yang menyegarkan dan mungkin dapat menghilangkan pikirannya yang kalut.

***

Sambil membawa secangkir kopi susu kesukaannya, Inas masuk ke kamarnya lagi. Mandi air hangat telah menyegarkan raga dan jiwanya. Ditambah secangkir kopi susu hangat yang akan menemaninya berbalas pesan singkat, membuat Inas melupakan kekacauan Senin sore. Meraih ponselnya yang tergeletak di tempat tidurnya. Satu pesan masuk. Bukan dari Aji.

Iya. Inas juga buruan istirahat. Maaf buat hari ini. Nathan sayang Inas.

Inas tersenyum sambil mengetik balasan untuk Nathan. Iya, gak apa-apa. Inas sayang Nathan. Met malem.

Belum ada balasan dari Aji. Dilihatnya jam di ponselnya. Masih terlalu sore bagi cowok untuk tidur, pikir Inas. Meletakkan ponselnya dan menyeruput kopi susu hangatnya. Membawanya masuk ke dalam ruang nostalgi putih birunya. Tak banyak yang dia lakukan untuk lebih dekat dengan Aji. Menikmati wajah, senyum dan tawanya dari jauh saja sudah cukup membuat dadanya terasa sesak. Hampir tiap sore dia menelepon Aji. Namun itupun tak membuat hati Aji tergerak sedikitpun. Inas tak mampu mengatakan apapun ketika menelepon Aji. Hanya bahasan-bahasan menjemukan yang dia sendiripun malas membicarakannya. Maklum, Inas tidak pernah pdkt dengan cowok sebelumnya.

Dering ponsel membuyarkan lamunan Inas. Bukan nada dering pesan masuk, melainkan panggilan masuk. Cukup terkejut dengan nama yang tertera di layar ponselnya. Aji.

"Halo."

"Halo. Kamu baru selesai kuliah de'?"

"Hahaha. Engga lah kak. Udah dari tadi setengah tiga selesai kuliahnya. Nanya apa nyindir?"

"Hehehe. Ya kalik ada kuliah malem. Sampe gak sempet pegang hp gitu."

"Biasa tadi abis kuliah nongkrong dulu kak. Sambil pacaran. Hehe"

"Oh, pantes. Terus baru pulang juga tadi kamu chat aku?"

"Sampe rumah jam delapanan sih tadi. Terus baru inget ada chat masuk. Gimana konsul dosennya kak?"

"Parah. Disuruh nyari lebih banyak referensi lagi. Udah gitu revisi banyak. Capek seharian. Mana ngechat cewek gak dibales-bales. Ternyata ditinggal pacaran."

"Kan sekarang gak ditinggal. hihihi. Kepedean ya aku. hahaha. Kaget kamu telepon kak."

"Gak sabar kalo ngetik chat. Mending telepon sekalian. Biar sekalian denger suara kamu. Dan biar gak ditinggal chat sama cowokmu."

"Haha. Apaan coba."

"Kamu sering main ke kota Y de'?"

"Mmm lumayan sih. Kenapa kak?"

"Sama cowok mu?"

"Sendirian aja sih seringnya. Sekali pernah sama temen-temen rame-rame. Kenapa?"

"Ya udah. Lain kali kalau kesini sendirian aku temenin. Suka jalan-jalan di Jl. M ya?"

"Hehe iya. Jalan-jalan doang sih gak beli apa-apa. Cuma cuci mata."

Dan pembicaraan terus berlanjut dengan saling bertanya hal-hal sepele. Terkadang Aji menyisipi sedikit gombalan yang direspon biasa saja oleh Inas. Dia tahu Aji sedang menggodanya dan dia ingin sedikit memberi balasan atas sikap cueknya dulu.

"Keasyikan ngobrol sampe ga kerasa udah hampir setengah jam teleponan. Udahan dulu gak apa-apa ya de'?" tutup Aji setelah puas berbincang.

"Iya gak apa-apa kak. Udah malem juga, mau tidur aku." jawab Inas.

"Oke. Inget ya, kalau kesini kabar-kabar, ntar aku temenin jalan-jalan."

"Iya kakak ku." jawab Inas gemas.

"Hehe. Ya udah met malem. Met tidur. Makasih ya."

"Iya kak, sama-sama. Met malem."

Telepon terputus. Masih menatap layar teleponnya sambil merebahkan dirinya Inas bergumam sendiri, "Kenapa baru sekarang sih kak ketemu lagi?" Ada sedikit rasa sesal dan rindu yang bercampur. Tiga puluh menit yang membuat Inas menjadi lupa bahwa ada Nathan yang sudah mengisi hari-harinya. Tiga puluh menit yang padat akan pembicaraan hangat dan tawa. Tiga puluh menit yang singkat, yang tak pernah menjadi semerindukan ini. Tiba-tiba ponselnya berdering lagi. Satu pesan masuk. Dari Aji.

Dan baru semenit aku sudah rindu suara tawa mu, nostalgi kecil ku.

Pesan singkat yang membuat hati Inas berbunga-bunga. Sungguh dia lupa dengan kekasihnya. Cinta remajanya yang berbalas, akankah sudah terlambat untuk mengulang? Hatinya tergelitik oleh godaan cinta remajanya. Cinta remaja yang pertama. Cinta remaja pertama yang bertepuk sebelah tangan.

Biarkan rindu mu bertumpuk. Dan saat kita bertemu, rindu mu dan rindu ku beradu. Tak terbendung.

Inas sudah hendak mengirim pesan balasan itu kepada Aji. Namun diurungkannya. Tak secepat ini, pikirnya. Dibacanya lagi balasan pesan singkat yang ditulisnya. Disimpannya sebagai draft. Biar ku simpan sendiri rindu ku, kau tak perlu tahu!

Menyimpan rindu pada cinta pertamanya rapat-rapat di dalam hati. Menguncinya. Agar tak seorang pun tahu, hatinya tengah diliputi kebimbangan. Tak ingin dibebani dengan perasaan rindu masa lalunya, perlahan Inas terlelap jauh dan dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!