Mengulang Cinta Remaja (part 1)

Aji sudah cukup lama menahan gelora di hatinya untuk menelepon atau sekedar mengirim pesan singkat ke Inas. Selama tidak berkomunikasi dengan Inas, Aji diam-diam stalking media sosial Inas. Tak hanya menscroll naik turun, bahkan Aji menyimpan beberapa foto Inas yang dia anggap terlihat menawan. Gue udah beneran gila kayaknya, batin Aji tiap kali menyimak sosmed Inas. Tapi tetap dia tidak peduli. Dia hanya mengikuti keinginan hatinya, mengobati rasa rindunya.

Pesan singkat terakhir yang dikirimnya setelah menelepon Inas dulu pun sama sekali tak direspon Inas. Jual mahal sekarang. Aji masih berpikir lagi. Sedari tadi dia sudah mengetik sesuatu, namun dihapusnya lagi. Mencoba mengirim pesan singkat yang sebiasa mungkin. Diakuinya pesan singkat yang terakhir dulu itu karena dia tidak dapat menahan gejolak perasaannya. Sekarang Aji mulai sadar, Inas bukan cewek yang gampang dirayu dengan kata-kata manis.

Besok kuliah de'?

Akhirnya sebuah pesan yang simpel dikirimnya. Belum begitu malam. Aji pikir sebuah balasan akan segera masuk ke ponselnya. Ternyata tidak. Mulai cemas, Aji mengambil bungkus rokoknya, berjalan menuju teras kamar kosnya. Meninggalkan ponselnya di tempat tidur, dengan mode getar.

Memulai puntung pertamanya. Sambil menatap langit malam yang ternyata cukup cerah, dia menghirup rokoknya dalam-dalam. Masih berpikir apakah dia akan ke kota S besok. Di kampus tempat Inas kuliah mengadakan job fair besok. Aji yang merupakan mahasiswa tingkat akhir berpikir untuk mengikuti acara tersebut, mungkin dia akan dapat pekerjaan sebelum lulus. Lumayan, pikirnya. Selain itu, Aji berpikir untuk menemui Inas di kampusnya. Namun Aji ragu. Dia ingat Inas pernah bilang pacarnya satu jurusan dengannya. Mana mungkin mau ketemu. Kalaupun mau pasti ngajakin cowoknya, pikir Aji.

Aji mulai menyusun segala kemungkinan yang akan terjadi jika dia pergi ke kampus Inas. Dari mulai Inas mengenalkannya kepada cowoknya sampai pada kemungkinan Inas diam-diam menemuinya sendiri dan mereka berdua pergi jalan-jalan di kota S berdua. Berandai-andai ternyata menghabiskan rokok lebih cepat. Aji hendak menyulut puntung yang kedua, ketika dia kemudian memutuskan untuk masuk dan mengecek ponselnya. Berharap Inas sudah membalas pesan singkatnya.

Belum dibales!

***

Terbangun dari tidur yang tak direncanakannya. Inas membuka mata dan merasai ponsel masih berada di genggamannya. Mengangkat ponselnya, melihat jam di layarnya. Sudah hampir subuh. Inas memutuskan untuk bangun. Masih terduduk di tepi tempat tidurnya, dia teringat pesan singkat Aji yang belum dibalasnya. Semalam memikirkan kebencian dan kerinduannya terhadap cinta remajanya itu membuat dia tertidur tanpa membalas pesan dari Aji.

Kuliah kak. Gimana? Saat hendak meninggalkan kamarnya untuk mengambil minum, ponselnya berdering. Inas mengernyitkan dahinya, Masa' iya udah dibales? Inas berjalan meraih ponselnya. Aji sudah membalas pesan singkatnya. Diliriknya jam di pojok kiri layar ponselnya. 03.56. Udah bangun? batin Inas tak percaya. Dibukanya pesan singkat dari Aji.

Kuliah jam berapa de'?

Jam 1 sampe jam 4 kak. Gimana?

Aku mau ke kampus mu. Ikutan job fair. Bisa ketemu dulu sebelum kamu kuliah? Atau selonggarnya kamu.

Inas terkejut. Ketemuan? Terlintas wajah Nathan. Inas bingung harus membalas apa. Di satu sisi dia ingin bertemu dengan cinta remajanya itu, di sisi lain dia tidak bisa berbohong kepada Nathan. Masih berpikir panjang. Tidak mungkin juga dia mengajak Nathan menemui Aji. Bunuh diri, batin Inas. Pikiran Inas sudah kacau. Sudah macam akan bertemu dengan selingkuhan saja. Memutar otak untuk memberikan jawaban yang sekiranya tidak menolak dan belum menerima ajakan Aji tersebut.

Mmm... oke deh kak. Ntar aku kabari lagi ya. Sukses buat job fairnya!

Inas yang tadinya ingin segera bangun, kembali merebahkan tubuhnya lagi. Berbalut bingung dan senang. Memikirkan cara untuk bisa menemui cinta remajanya tanpa menimbulkan kecurigaan Nathan. Hatinya mulai goyah. Dia tak pernah menyembunyikan apapun dari Nathan. Sekarang? Pikirannya yang semrawut kembali membawanya larut dalam tidur lelap.

***

Menyongsong pagi dengan senyum terkembang lebar di wajahnya. Bukan karena mengikuti job fair, melainkan berharap dapat bertemu dengan wanita yang selama beberapa hari ini membuat pikiran dan hatinya kacau. Menguras kantong untuk membeli lebih banyak rokok dari biasanya. Merapikan kembali kemeja dan celana panjang yang dipakainya, mengecek dokumen-dokumen yang sekiranya dibutuhkan saat wawancara nanti, Aji menatap semua persiapannya yang sudah seratus persen.

Tak lupa mengecek ponselnya, mungkin ada pesan singkat dari Inas. Tidak ada. Dimasukkannya ponsel ke dalam tasnya, menyambar jaket dan kontak motornya, bersiap berangkat, ketika terbesit sebuah pikiran, kabarin ah kalau udah otw.

Aku otw dari kos de'. Dan berangkatlah Aji dengan mantap. Perjalanan dari kota Y menuju kota S membutuhkan waktu dua jam lebih. Aji sebenarnya sudah tak ingin menghadiri job fair karena jarak yang jauh. Namun, karena ada pesan singkat masuk dini hari tadi, dia memutuskan untuk pergi. Job fair hanya alasan saja supaya dia ada kesempatan untuk bertemu Inas. Di sepanjang perjalanan, Aji begitu senang dengan bayangan akan berjumpa dengan Inas. Tersenyum-senyum di sepanjang perjalanan. Mendendangkan melodi sekenanya untuk melampiaskan suka citanya. Tak terpikir sedikitpun kalau seandainya dia tidak bertemu Inas hari itu.

Dua jam lebih perjalanan tak terasa. Aji sudah memasuki kampus tempat Inas kuliah. Hiruk pikuk peserta job fair memenuhi lapangan parkir auditorium kampus. Aji yang sudah memarkir motornya berjalan perlahan menuju auditorium. Tak lupa Aji mengecek ponselnya kalau-kalau Inas membalas pesan singkatnya. Tak ada pesan masuk. Sabar, ucapnya dalam hati menenangkan diri sendiri.

Memasuki ruang auditorium, penuh sesak oleh para pencari pekerjaan, dari yang fresh graduate sampai yang sudah lama menganggur, menggantungkan asa dengan menghadiri acara ini. Banyak perusahaan mendirikan stan mereka. Ada yang menerima wawancara saat itu juga, ada juga yang hanya menerima berkas-berkas surat lamaran untuk diseleksi lebih lanjut nantinya. Aji berjalan keliling, melihat stan-stan perusahaan, mencari-cari yang sekiranya diingini untuk dia coba.

Fokus dengan job fair, dapat mengalihkan perhatian Aji dari memikirkan Inas. Ponsel yang ada di dalam tasnya sudah berkedip-kedip menandakan ada satu pesan masuk. Pesan yang akan mengubah mood Aji seharian nanti.

***

Bangun pagi yang melelahkan bagi Inas. Seluruh tubuhnya masih terasa kaku bahkan setelah tidur lama. Dilihatnya dari celah gorden, mentari sudah mulai malu-malu nampak di ufuk timur. Inas mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya. Ada dua pesan singkat masuk. Dari Nathan dan Aji.

Hari ini Nathan gak ngampus. Mau ngurus ijin magang di kantor X di sini.

Aku otw dari kos de'.

Nampaknya kebingungan dini harinya tadi sama sekali tak berarti. Tuhan sudah memberi Inas kesempatan hari ini. Bangun dengan semangat, tanpa membalas dua pesan singkat yang baru saja dibacanya. Menuju dapur, membuat secangkir kopi susu hangat kesukaannya. Inas hanya ingin sejenak menikmati pagi yang indah bersama secangkir kopi susu hangat, ditemani pikirannya yang melayang-layang jauh menuju kampusnya.

Tunggu aku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!