Pagi ini mentari begitu hangat, sinarnya menerangi ruangan kamar aichel. Aichel yang bangun lebih dulu melihat kesampingnya dimana rindu masih pulas. Wajahnya terlihat begitu cantik walaupun tampa riasan.
Aichel bangkit dari ranjangnya dengan sangat berhati-hati, ia takut membangunkan rindu yang semalam larut malam tertidur.
Aichel membasuh tubuhnya di dalam kamar kecil. Ia masih memikirkan bagaimana ia harus memberikan perlindungan yang terbaik pada sahabatnya itu.
Rasa tanggung jawab yang telah diberikan ayah dan ibu rindu tak mungkin ia tinggalkan begitu saja. Aichel juga berusaha menyayangi rindu seperti saudaranya sendiri, menghilangkan rasa simpati yang begitu dalam.
Rindu membuka matanya dan ia sadar jika ia kini berada di kamar aichel, rindu juga menyadari mengapa ia berada disitu.
Rindu melihat ke samping tapi ia tak melihat aichel namun ia mendengar suara keran air dari toilet.
Aichel keluar dari toilet hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian pinggang hingga di atas lututnya, tak sadar jika rindu telah terbangun dari tidurnya.
"Aaaa..... Aichel." teriak rindu sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
"Aaaa..." aichel juga ikut berteriak karna sama kagetnya dengan rindu. Mereka tak sadar teriakan mereka terdengar sampai di telinga bik ojah yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
Bik ojah lari menuju kamar aichel takut akan sesuatu terjadi.
"Den...Non.... ada apa ini ??" tanya bik ojah yang masih kwatir mendengar teriakan rindu dan aichel.
"Uda bik tidak ada apa-apa, bibik turun aja" perintah aichel pada bik ojah yang belum sempat membuka pintu kamar aichel.
Di dalam kamar mereka berdua jadi salah tingkah. Wajah rindu menjadi blushing begitu juga aichel. Mereka memang dekat dan biasa selalu bersama namun untuk kali ini yang bisa di bilang sedikit pulgar.
"Gila lo ai..., pikir dong kalo-kalo mau keluar, lo kan bisa pake weldrove." ucap rindu yang masih menutup kedua matanya.
"Gue g ingat lo disini sumpah" balas aichel lagi. "Tapi g apa deh anggap ini bonus untuk lo" sambung aichel lagi dan kembali masuk ke dalam toilet.
Rindu lari keluar dari kamar aichel menuruni anak tangga.Nafas rindu yang sedikit berkejaran membuatnya merasa lelah.
"Lo ga mandi rin ?" tanya aichel sambil beejalan menuruni anak tangga.
"Entar nafas gue masih ketinggalan" ucap rindu sambil mengusap dadanya. " Gila yang benar aja lo, gimana bisa nafas lo ketinggalan yang ada uda innalillah dong lo" ketus aichel.
"Tapi sumpah rin..., lo lucu muka lo merah... lo suka kan ngelihat gue yang sexy ini" goda aichel. " Yang bener aja lo ai..., lo kira gue cewek apaan?" seru rindu sambil berjalan ke pantry.
"Udah gih buruan beberes entar lo telat lagi masuk kantor." ucap aichel.
"Iya." jawab rindu sambil berlalu keluar rumah.
Pukul 07.05 rindu berangkat ke kantor diantarkan aichel. Rindu memang benar-benar cantik, wajah putih beningnya begitu khas, menggunakan baju apa saja bahkan tampa makeup sekalipun.
Blezer hitam dengan kemaja putih dan dipadu padankan dengan rok span hitam, sepatu higtheels, rambut yang sedikit ikal dibiarkan terurai di tambah wangi parfum khas rindu yang begitu elegan.
Rindu tiba di lobby kantor setelah menempuh 40 menit di perjalanan. Mata orang-orang masih saja tertuju kepada rindu yang selalu memancarkan aura cantiknya. Semua mata yang memandang begitu mengagumi gadis cantik ini, hanya melihatnya saja bisa membuat mereka kagum apalagi sudah mengenal dengan baik, rindu adalah gadis cantik yang berhati malaikat.
Begitu damai, tenang dan rasa ingin memiliki jika melihat rindu.
Dari kejauhan ternyata herdy memperhatikan rindu yang sedang berbicara dengan salah satu karyawan kantor. Jantung herdy berdetak lebih kencang dari biasanya, masuk kantor untuk satu bulan terakhir ini juga sebagai penyemangatnya, ia bagai diberi suntikan vitamin jika melihat rindu.
"Pagi rindu" sapa herdy sambil memberikan senyuman termanisnya di depan lif.
"Pagi pak." balas rindu sambil masuk ke dalam lif secara bersamaan dengan herdy.
Herdy mencuri-curi pandang terhadap rindu, jantungnya berdetak kencang mungkin suara detakan jantungnya terdengar ke telinga orang-orang yang berada di dekatnya.
Di dalam ruangan herdy masih saja ia membayangkan wajah rindu, senyum manisnya mengembang mengingat senyuman rindu, wangi parfumnya masih menempel di hidung herdy.
Lamunan herdy tersentak sampai rindu mengetuk pintu ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments