The Billionaire Mafia
Brum
Brum
Brum
Keenam mobil sport berbeda warna melaju dengan kecepatan tinggi, saling mendahului dan saling melesat bagaikan terhempas oleh angin. Tidak ada yang ingin mengalah dan tidak ada yang ingin kalah, mereka bertaruh untuk kemenangan. Membuktikan jika di antara mereka adalah yang tercepat. Hingga ketika akan mencapai garis finish, mobil sport berwarna merah, hitam dan biru saling berjajar, terlihat seimbang karena ketiganya begitu cepat. Ketiga mobil sport lainnya menyusul dengan kecepatan di atas rata-rata, namun sepertinya kecepatan mobil mereka masih sulit menjangkau ketiga mobil yang berada di depan mobil mereka.
"Damn! Kita akan kalah!" Gavin memukul setir kemudinya lantaran tidak mampu menyeimbangi kecepatan mobil bos mereka itu. Telinga masing-masing terpasang earphone agar memudahkan mereka untuk saling berkomunikasi.
"Arrghhh sial! Bos terlalu cepat!" Seperti Gavin, Elden tidak kalah kesal, di sepanjang arena sirkuit, ia mengumpat berulang kali.
"Tidak hanya bos, As dan Dev juga sangat cepat." Sebenarnya Liam juga sama kesalnya seperti kedua sahabatnya itu, tetapi ia menyadari kemampuannya yang tidak sebanding dengan bos Arthur, Austin dan juga Devano.
"Huh, kau benar." Meski mereka kalah, tetapi ia mengakui kecepatan ketiganya.
Tepat di ujung sana, garis finish sudah nampak jelas. Arthur menyunggingkan senyum, menoleh ke arah Austin di balik kaca mobil, Arthur mengetahui jika sang adik pun tengah menatapnya dengan senyum mengejek.
"Awas saja kau, As." Mimik bibir Arthur yang mengumpat begitu kentara, sehingga Austin yang berada di dalam mobilnya dapat melihat dengan jelas.
Melihat sang kakak yang kesal padanya, tawa Austin memecah. Sang kakak memang pria yang jika sudah terprovokasi maka akan menyelesaikan hingga akhir. Dan kemudian Austin menambah kecepatan penuh untuk mengimbangi mobil sang kakak, hingga menyalip pada mobil Devano.
"Wooww....!" Mendadak Devano mengurangi kecepatan mobilnya. Beruntung ia tidak kehilangan keseimbangan ketika mobil Austin menerobos begitu saja. Jika tidak, mungkin mobilnya sudah terguling. Dan Devano hanya menggelengkan kepala menyaksikan kedua mobil di hadapannya. Jika sudah seperti itu maka jalan satu-satunya adalah ia harus mengalah, jika terus di paksakan menyalip di antara mobil keduanya, sudah pasti mobilnya yang akan terpelanting. "Baiklah... baiklah... kalian menang lagi." Tanpa mengurangi kecepatan, Devano terus melaju di belakang mobil sport hitam milik Arthur dan mobil merah milik Austin. Setiap bertarung di arena sirkuit sudah pasti ia serta ketiga teman-temannya yang lain tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menang melawan kakak beradik itu.
Mobil Arthur lebih dulu melewati garis finish, sudah dipastikan jika kemenangan jatuh di tangan pria berusia 27 tahun itu. Meskipun usianya berbeda empat tahun dengan yang lainnya, tidak ada kecanggungan diantara mereka. Tidak lama setelahnya, mobil Austin menyusul melewati garis finish, disusul Devano, Gavin, Elden dan Liam.
Begitu mobil mereka berhenti sempurna, mereka kompak keluar dari mobil dengan senyum yang mengembang. Tidak nampak kekesalan seperti sebelumnya karena pertandingan tetaplah pertandingan, akan ada yang menang dan kalah, sudah pasti mereka memaklumi hal itu.
"Aku kalah, Kak Ar menang. Puas, hm!" Austin menghampiri kakaknya Arthur dengan wajah yang sedikit masam, ia mendudukkan tubuhnya pada kap mobil depan.
Arthur terkekeh, ia sangat tau jika Austin sangatlah ingin mengalahkan dirinya. "Lain kali kau pasti menang." Lalu menepuk adiknya itu. "Kalian juga pasti menang, hanya saja ada waktunya."
"Iya, itupun menunggu saat Kak Ar menjadi tua," seloroh Devano dan membuat mereka semua tergelak. Memang jika ingin menang dari Arthur, haruslah menunggu pria itu tidak bisa melakukan apapun.
Dering ponsel menghentikan tawa mereka, Arthur merogoh ponselnya yang berdering di dalam saku celana. Keningnya sedikit membentuk kerutan ketika melihat nama 'Dad' di layar ponselnya.
"Ada apa Dad?" tanyanya begitu menempelkan ponsel pada daun telinga.
"Kalian dimana, boy? Cepatlah pulang, kau tau saat ini wajah Mommy kalian sangatlah menyeramkan." Dari nada bicara Daddy Xavier, sudah pasti sangat mencemaskan nasib kedua putranya yang akan habis terkena ceramah. Selama ini ia selalu membebaskan putra dan putrinya, akan tetapi tetap mengawasi mereka dari jarak aman.
"Oke Dad." Setelah menyahuti perkataan Daddy Xavier, Arthur mengakhiri panggilan telepon.
"Ada apa? Apa Daddy marah?" tanya Austin yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka.
"Seperti biasa, Mom mencari kita." Arthur menyahut dengan turun dari kap mobil miliknya.
"Ck, Daddy akan diam saja melihat kita dimarahi oleh Mom." Austin mendecakan lidah, ia sudah sangat tahu jelas jika Daddy mereka itu tidak ingin terkena imbasnya.
"Kau pikir Daddy berani dengan Mommy?" Arthur mencibir Daddy-nya sendiri yang dibenarkan oleh Austin. Apapun yang berkaitan dengan Mommy mereka, maka Daddy selalu tidak berdaya, mungkin karena terlalu cinta, pikir mereka.
"Oh God. Habislah aku, Mom mencariku." Elden baru saja mengecek ponselnya, wajahnya menjadi pucat lantaran puluhan panggilan tak terjawab tertera di layar ponselnya.
Hal yang sama dilakukan oleh Devano, Gavin dan juga Liam. Mereka menepuk kening mereka masing-masing. "Rasanya tubuhku sudah sakit lebih dulu sebelum di pukuli oleh Mom." Devano bergidik, ia sudah membayangkan Mommy Olivia memukuli punggung dan bahunya.
"Dan aku sudah pasti tidak akan mendapatkan daging panggang kesukaanku." Gavin menatap lesu, daging panggang adalah salah satu makanan favoritnya dan jika Mommy Emely sedang merajuk padanya sudah pasti jatah daging untuknya tidak diberikan padanya.
Liam menghembuskan napasnya kasar. "Selamat tinggal mini girl kesayanganku." Liam menatap potret mini girl miliknya, sebuah boneka kecil yang begitu nampak seksi hanya mengunakan bikini saja. Mommy Ashley sudah sering menyarankan jika ia harus membuang boneka seksi menjijikan itu, akan tetapi ia selalu menyembunyikan di suatu tempat. Dan baru saja ia menerima pesan dari Mommy Ashley, jika wanita yang sangat ia cintai itu menemukan boneka tersebut.
Kemudian mereka segera masuk ke dalam mobil masing-masing dengan wajah yang lesu tidak bersemangat. Menyiapkan telinga dan tubuh kekar mereka jika sewaktu-waktu Mommy mereka gemas ingin menyiksa mereka.
***
Tidak membutuhkan waktu lama, beberapa mobil sport mewah sudah memasuki pelataran Mansion Utama yang sudah beberapa tahun di singgahi oleh Daddy Nico dan Mommy Jennifer bersama dengan Grandpa Jhony dan Granny Marry. Nampak beberapa anak buah menyapa anak-anak dari bos mereka.
Kelima pemuda tampan itu melangkah masuk, di susul Arthur setelahnya. Arthur tidak menemui sang Mommy lebih dulu, akan tetapi menemui Daddy-nya yang berada di ruangan kerja.
"Oh My God, dari mana saja kalian, huh?!" seru Jennifer begitu melihat pemuda-pemuda tampan menjejakkan kaki mereka di halaman belakang.
"Mom..." Elden tidak mampu berkata, hanya menghampiri Mommy Jennifer. Pun dengan yang lainnya, yang sedang berusaha membujuk Mommy Emely, Mommy Ashley. Hanya Mommy Millie yang nampak tersenyum karena kedua putranya berada bersamanya dan tidak mengikuti aksi kebut-kebutan itu.
"As, sudah Mommy katakan untuk tidak balap mobil lagi. Apa kau lupa hm?" Mommy Elleana selalu melarang Austin dan juga Arthur untuk mengurangi aksi kebut-kebutan seperti itu karena tidak ingin salah satu diantara mereka terluka dan itu berlaku untuk semuanya, tidak hanya Arthur dan Austin saja.
"Tapi As baik-baik saja Mom." Austin menampilkan gigi putihnya. Ia selalu bisa menjawab pertanyaan Sang Mommy hingga membuat Mommy Elleana menatap jengah.
"Jadi kau ingin tidak baik-baik saja dan membuat Mommy dan Daddy bersedih, hm?" Selalu saja kalimat andalan yang membuat Austin sulit berkutik.
"Bukan begitu Mom...." Austin menjadi gemas sendiri terhadap Mommy-nya.
"Lalu dimana kakakmu Ar?" Mommy Elleana menyapu pandangannya, mencari sosok putra pertamanya.
Austin mengangkat kedua bahunya. "Mungkin Kak Ar di ruangan kerja Daddy."
"Ck, anak itu selalu saja melarikan diri," cebik Mommy Elleana. Meskipun usia Arthur dan Austin sudah bukan balita seperti dulu lagi, akan tetapi tetap saja bagi para Mommy putra dan putri mereka tetaplah anak kecil.
"Mom, As lapar." Austin merengek manja, lalu menggandeng lengan Mommy Elleana, berharap Mommy-nya itu melupakan kenakalannya.
"Ah iya, baiklah." Mommy Elleana menuntun Austin di meja makan yang berdekatan dengan kolam renang. Disana sudah terdapat Elden, Gavin, Liam dan Devano. Meskipun marah terhadap putra-putra mereka, tentunya sebagai seorang ibu tidak akan tega melihat mereka kelaparan.
"Habiskan makanannya, Mom akan memanggil kakakmu Ar." Mommy Elleana tersenyum begitu selesai meletakkan berbagai macam lauk ke atas piring Austin. Entah kenapa hari ini ia tidak begitu tega memarahi kenakalan putra-putranya seperti sebelum-sebelumnya.
Melihat kepergian Mommy Elleana, Austin menyematkan senyuman. Tangannya mengusap dada, bernapas lega karena hari ini Mommy Elleana begitu jinak, sehingga ia terhindar dari hukuman. Bukan hanya dirinya, tetapi juga yang lainnya, mereka semua terhindar dari hukuman.
Pintu ruangan kerja terbuka sebagian, seorang wanita yang teramat kedua pria itu cintai terlihat menyembul di balik pintu. "Ar, kau belum makan siang. Makanlah lebih dulu, pekerjaan kalian bisa dilanjutkan setelah makan siang." Lalu berjalan menghampiri suaminya.
Arthur tersenyum menanggapi, sepertinya Sang Mommy benar-benar dalam mood yang baik, sehingga tidak memarahi dirinya seperti yang sudah-sudah.
"Apa??!" Mommy Elleana membeliak tajam kepada sang putra yang menatap dirinya dengan begitu aneh.
Arthur menggeleng cepat, pikirannya melesat. Baru saja ia membatin jika Sang Mommy dalam mood yang baik, tetapi Mommy Elleana berkata ketus padanya. "Mommy marah?" Sembari mendelik wajah wanita yang meskipun termakan usia tidak menutupi kecantikannya.
"Membiarkan adik-adikmu balap mobil seperti itu, apa Mommy tidak akan marah, hm?" sahut Mommy Elleana dengan lembut, akan tetapi terselip kekesalan pada nada bicaranya. Dan untuk meredam kekesalan sang istri, Daddy Xavier mengusap lengan Mommy Elleana yang melingkar di lehernya.
"Maaf Mom, Ar hanya membiarkan mereka bersenang-senang sebelum mereka kembali beraktivitas seperti biasanya." Arthur tentu tidak tega melihat wajah mereka yang begitu frustasi selama belajar, karena ia pernah duduk di bangku kuliah hingga menempuh S2. Dan ia tidak munafik jika ia pun membutuhkan hiburan sejenak untuk menumpahkan rasa penat.
"Ck..." Mommy Elleana mendecakan lidahnya, sungguh ia tidak melarang jika mereka ingin bersenang-senang, mengingat mereka masih sangat muda dan membutuhkan sesuatu hiburan. Tetapi ia hanya cemas jika aksi berbahaya itu akan membahayakan salah satunya.
"Sudahlah Sweety, apa kau lupa tujuanmu datang kemari, hm?" Daddy Xavier menyela, bahkan tanpa malu, pria yang sudah memasuki usia 50 tahun lebih itu tetap tampan dengan rambut yang sedikit memutih, mengecup punggung istrinya di depan Arthur yang sudah biasa dengan pemandangan tersebut.
"Astaga, aku lupa. Baiklah Ar, untuk kali ini Mommy melepaskanmu dan As." Mendengar ucapan Sang Mommy, tentu saja sudut bibir Arthur melengkung tipis. "Sebaiknya kau makan siang lebih dulu, adik-adikmu sudah menunggu," sambungnya kemudian tersenyum manis kepada putranya.
"Baiklah Mom."
Setelah mengangguk mengiyakan, Arthur beranjak dan segera berlalu dari ruangan kerja. Meninggalkan kedua orang tuanya yang entah sedang melakukan apa. Arthur bisa menebak jika orang tuanya sedang bercumbu. Membayangkan hal itu membuat Arthur menggelengkan kepala, orang tuanya benar-benar tidak tahu tempat.
To be continue
Yaappp, hallo... Yoona balik lagi, gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya. Jangan pernah bosan pokoknya sama karya-karya Yoona 🤗
Bagi pembaca baru Yoona bisa baca novel-novel sebelumnya ya, biar gak bingung 🤗
1. Elleana And The King Of Mafia
2. Tawanan Bos Mafia
3. Bastard Mafia (Falling In Love)
...Like, vote, follow, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
waahhh ternyanya semua sdh mulai menua...vie,zayn,nico,daniel dan keil....tapi tetep tampan dan bikin emak2 klepek2
2024-03-01
1
intana_ivo
baru baca masih meraba alur ceritanya, klan Romanov biasanya ada di cerita zarin. violetta 🤔🤔🤔
2023-09-11
0
Nor Azlin
sebenarnya kembaran si Arthur ini berapa yah 🤔🤔🤔🤔 tiga ke atau dua aja...bukan nama adik perempuan nya nama aurel yah penasaran ni ...lanjut thor maaf aku baru mengikuti ceritanya
2023-08-09
0