Semilir angin menerpa para mahasiswa dan mahasiswi yang baru saja tiba di Oxford University. Beberapa dari mereka berjalan beriringan, beberapa lainnya berjalan tergesa-gesa mengejar waktu. Dan segerombol mahasiswa muda yang merupakan pemuda-pemuda populer disana saling terlibat percakapan, bercanda gurau hingga selalu menjadi pusat perhatian siapapun yang berada di sekitar.
"El, bukankah kau baru saja membeli mobil baru? Kenapa tidak memakainya dan memamerkan pada wanita-wanita di kampus?" Liam merangkul pundak Elden, pria itu memang kerap kali menggoda wanita dan selalu menarik Elden jika tengah melancarkan aksinya.
"Apa di otakmu hanya ada wanita saja Lim?" sahut Elden berdecak namun menyelipkan senyuman. Ia sudah tidak heran lagi dengan sikap playboy sahabatnya yang satu itu.
"C'mon El, kita tidak akan bisa hidup tanpa wanita. Tanyakan saja pada Gavin, dia pasti setuju denganku. Bukankah begitu Vin?" Liam menoleh ke arah Gavin yang berjalan beriringan dengan mereka, akan tetapi selalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Gavin yang tengah memainkan ponselnya dan tangan yang lainnya berada dalam saku celana, menarik tali handset yang menggantung di daun telinganya. "Kenapa membawa namaku? Aku tidak sepertimu Lim!" serunya dan ditanggapi kekehan oleh Liam. Memang di antara mereka, dirinyalah yang over playboy. Dalam satu bulan selalu berganti wanita hingga 3 sampai 4 kali.
"Kau dengar? Kau... hanya kau!" Dan Elden mengejek Liam dengan wajah yang tersenyum sumringah. Liam memelototi Elden dan menyoraki sahabatnya itu.
Bisik-bisik para mahasiswi disana menyita perhatian mereka. Dan mobil sport berwarna merah berhenti terparkir di tempat biasa. Tempat parkir itu memang di khususkan untuk kalangan tertentu saja, termasuk Elden, Gavin dan Liam.
Senyum hangat menyambut kedatangan Austin dan Dean yang baru saja turun dari mobil, keduanya memang berangkat bersama-sama.
"Hei bro....!" sapa ketiganya.
"Yes bro..." sahut Austin dan mereka saling berjabat tangan ala para anak-anak muda seusia mereka, hingga diakhiri dengan adu kepalan tangan.
"Dean, kau terlihat semakin tampan dengan senyummu. Berbeda dengan kakakmu yang selalu kaku," ujar Elden yang menjurus ledekan untuk Darren, kakak dari Dean.
Dean terkekeh. "Bukankah kalian sudah terbiasa melihat Kak Der yang seperti itu? Dia memang seperti itu sejak lahir." Dan Dean selalu membumbui setiap ucapan yang tertuju untuk kakaknya. Ia tidak marah, justru yang dikatakan sahabat-sahabatnya adalah kebenaran.
"Der memang sangat cocok dengan Bos Ar," timpal Liam. Mereka tahu benar jika sikap Arthur dan juga Darren tidak jauh berbeda, keduanya begitu kaku dan dingin.
"Dan aku seperti berada di kutub utara jika berada di tengah-tengah mereka berdua," sambar Gavin terkekeh.
"C'mon guys. Kalian membicarakan kakakku di depanku." Austin mendecakan lidahnya, meskipun tau mereka hanya bergurau, akan tetapi terkadang ia tidak menyukai siapapun itu yang membicarakan sang kakak.
"Oh, gosh! Kita melupakan adiknya yang berada disini," saru Elden menepuk kepalanya, berpura-pura menyesal.
"Eat shittt and die man (Tutup mulutmu)!!" umpat Austin merasa terganggu dengan ucapan Elden. "Jika kau tidak ingin berakhir di rumah sakit!" sambungnya.
Dan keempatnya terkekeh mendengar Austin mengumpati mereka. Sebelum kemudian mereka bergegas menuju kelas masing-masing. Austin, Elden dan Dean menuju kelas jurusan mereka, jurusan Ilmu Sosial yang terdapat beberapa jurusan, termasuk Bisnis dan Ekonomi. Sementara Gavin dan Liam memilih Sains yaitu Ilmu Komputer. Mereka berjalan menuju kelas yang berbeda dengan gedung yang berbeda pula dan memisahkan diri begitu langkah di lorong sana terbagi menjadi tiga jalan menuju kelas mereka.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Mata kuliah selanjutnya kosong, bertanda jika siang ini beberapa mahasiswa-mahasiswi tidak memiliki mata kuliah setelah kelas pertama selesai. Termasuk Austin, Elden, Dean, Gavin dan Liam. Kelimanya beriringan berjalan menuju lorong yang terhubung dengan pintu masuk keluarnya yang berada di sebelah barat gedung Universitas Oxford.
"Oh My Gosh Liam, you're so hot." Mahasiswi dengan rambut blonde pendek bergelombang selalu menjadi pengagum rahasia Liam.
"Austin selalu tampan. Kenapa aku sulit sekali mendekatinya?" Salah satu mahasiswi lainnya menangkup kedua pipi dengan bibir yang mengerucut kecewa karena usahanya mencari perhatian di depan Austin selalu berakhir sia-sia.
"Mereka sangat sulit di dekati." Kali ini kekecewaan nampak terukir di wajah imut gadis dengan rambut cokelat bergelombang. Ia sangat mengagumi Elden dan Gavin. Namun sayangnya berulang kali usaha mereka selalu saja gagal lantaran para pria populer itu tidak menanggapi mereka. Hanya sesekali saja Liam tersenyum ke arah mereka dan memang di antara pemuda-pemuda tampan itu hanya Liam yang selalu menebar senyuman karena sikap playboy-nya itu.
Meskipun mereka terkenal bad boys, sebagian para mahasiswa begitu enggan menyapa dan berurusan dengan pemuda-pemuda yang dikenal sebagai Lion Boys, salah satu geng populer yang selalu menduduki peringkat pertama jika ada pemilihan geng yang terpopuler di universitas tersebut.
"Dimana Dean?" Austin baru menyadari jika Dean tidak bersama mereka.
"Dia pergi ke toilet tapi sudah hampir 30 menit tidak kembali," sahut Gavin. Sebelumnya Dean berpamitan padanya saja.
"Whatt??!" Austin nampak terkejut.
"Ada baiknya kita mencarinya. Mungkin dia tersesat.... aaww...." Liam memekik karena Elden memukul kepala bagian belakangnya.
"Bodoh! Dia tidak mungkin tersesat, Lim!" seru Elden kesal.
"Kau pikir dia anak kecil yang baru bisa berjalan," sembur Gavin.
"Ck, siapa yang tau." Dan Liam mengangkat kedua bahunya.
"Baiklah, kita cari Dean," ujar Austin. Dan semuanya mengangguk serentak, mereka berjalan menyusuri setiap bangunan yang terdapat toilet disana.
"Dean tidak ada di dalam," ujar Elden keluar dari salah satu toilet pria.
"Toilet di ujung sana juga tidak ada siapapun," sambung Gavin.
Austin menghela napas kasar. "Apa tikus-tikus di kampus ini mengganggu Dean lagi?" Bukan tanpa alasan Austin berpikir demikian, karena Dean sering mendapatkan perlakuan tidak baik karena tubuhnya yang lebih pendek dari mereka.
"Oh shiitt!! Aku pasti akan membunuh tikus-tikus sialan itu!" Liam nampak geram jika memang pembuat onar di kampus mereka menjadi dalang hilangnya Dean saat ini.
"E-ekhem... So-sorry, a-apa kalian sedang mencari Dean?" Entah datang dari mana, seorang mahasiswa dengan kacamata tebal mendekati mereka. Sontak saja membuat Austin dan yang lainnya menoleh ke arah pemuda itu.
"Ya, kami sedang mencarinya. Apa kau melihatnya?" Austin menjawab pertanyaan pemuda yang berpenampilan culun. Meskipun culun, Austin mengakui kepintaran salah satu teman sekelasnya itu.
Pemuda tersebut mengangguk, namun wajahnya nampak bingung dan sedikit gugup. "I-itu... tadi aku melihatnya..."
"Ck, cepat katakan dimana Dean?!" Liam mendesak tidak sabar dan Austin mengangkat tangan tepat di depan wajah Liam agar berhenti bersuara.
"Katakan saja Dean dimana?" Austin bertanya dengan sabar. Ia menyadari jika teman satu kelasnya itu sedang ketakutan.
"De-Dean berada di lapangan belakang kampus, geng Tiger membawanya dan mempermalukannya disana." Dan penuturan pemuda culun itu membuat Lion Boys terbungkam, namun sudut hati mereka memanas.
"Baiklah, kau boleh pergi. Terima kasih kau sudah memberitahu kami." Austin menepuk pundak pemuda culun itu hingga membuatnya terpaku sejenak, sebelum kemudian berlalu dari sana diikuti oleh Gavin Elden dan Liam.
Kepergian mereka masih meninggalkan kesan yang cukup baik untuk pemuda yang tidak diperlakukan adil juga oleh Geng Tiger karena itu ia memberitahukan Austin and the geng, mengingat Lion Boys selalu membantu jika ia sedang di ganggu mahasiswa lainnya seperti Geng Tiger.
Bugh
Bugh
Kekesalan Austin, Elden, Gavin dan Liam meluap begitu saja ketika mendapati Dean tidak diam saja saat ditindas.
"Lihatlah, bahkan tubuhku yang lebih pendek ini bisa membalas serangan kalian!" Dean tersenyum sinis. Ia memang lebih pendek dari pemuda seusianya, akan tetapi kemampuan berkelahinya diwariskan Daddy Jack kepadanya.
Geng Tiger terkapar di atas rerumputan. Geng lainnya menepuk tangan akan aksi Dean yang begitu berani. Sedari tadi kelompok mereka memang tengah memerhatikan Dean yang diserang dengan banyak lawan sementara Dean hanya seorang diri.
Baik Austin, Elden, Gavin serta Liam menoleh ke arah sumber suara.
"Jacob?" Austin bergumam. Ia sangat mengenal sosok menyebalkan itu.
Dan geng yang dikenal sebagai Dragon Boys tersebut tersenyum ramah.
"Hei guys, Long time no see!"
To be continue
Jacob
...Yoona gak selalu up ada visualnya ya, jadi kalian bisa liat di Instagram Yoona 🤗...
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
nama gengs anaknya mewarisi bpknya jg...
2024-03-15
0
Andi Putra
uuuppp
2022-10-30
1
Lempongsari Samsung
lope lope babang jacob tamvan anake dad zayn.....
2022-05-31
0