Matahari sudah menampakkan diri dari tempat peraduannya. Arthur yang sudah terbiasa bangun pagi, kini berdiri berhadapan dengan cermin di dalam kamar mandi, menatap pantulan dirinya di cermin yang hanya bertelanjang dada. Goresan di rahangnya itu memisahkan bulu-bulu halus yang sebelumnya tumbuh dengan rapi.
Arthur paling tidak menyukai jika dirinya terluka di bagian wajah, mengingat ia adalah pimpinan perusahaan. Akan ada beragam pertanyaan di benak para bawahannya. Karena selama ini Arthur menjaga reputasi dengan sangat baik sebagai pembisnis muda yang jauh dari skandal apapun, meskipun sikapnya terkenal sangat dingin.
Mata elangnya menatap tajam pantulan dirinya. Sudah beberapa tahun lamanya ia menahan sosok lain di dalam tubuhnya. Arthur selalu bisa menguasai dirinya, meskipun kerap kali sosok itu selalu berusaha mengambil alih tubuhnya jika ia sulit mengendalikan dirinya.
Beberapa tahun yang lalu, Arthur sempat merasa tidak percaya diri, ia selalu ingin menjadi seperti Daddy Xavier yang tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan. Bukan hal yang tabu baginya bermain-main dengan senjata, bom dan benda berbahaya lainnya. Akan tetapi jika untuk membunuh siapapun itu, Arthur merasa jika dirinya sama saja seperti Monster. Dan benar saja pada saat pertama kalinya ia membunuh salah satu musuhnya di usianya yang baru memasuki 20 tahun, ia sempat dihantui rasa bersalah. Namun di sisi lain ia merasa sangat lega karena bukan dirinya yang terbunuh.
Pergolakan batin yang pernah ia rasakan itu yang telah membentuk Alter Ego. Karakter lain di dalam dirinya dalam kesadaran penuh, atau dapat diartikan sebagai 'Arthur yang kedua'. Semenjak terbentuknya karakter tersebut, Arthur lebih merasa bebas. Tidak ada perasaan bersalah dalam dirinya seperti sebelumnya ketika melihat lawannya tergeletak di bawah kakinya dengan berlumuran darah. Semenjak saat itu Arthur tidak segan menghabisi siapa saja yang mengusik dirinya.
Jika biasanya seseorang akan kehilangan kesadaran penuh ketika sosok itu lebih mendominasi menguasai, tetapi berbeda dengan Arthur yang masih mampu menguasai dirinya. Dan selama ini yang mengetahui sosok lain di dalam tubuhnya hanya Daddy Xavier dan seorang dokter psikolog ternama. Sebisa mungkin Arthur tetap dalam emosi yang stabil untuk menghindari sesuatu yang dapat memicu sosok itu kembali muncul. Sebab itu, selama ini Arthur tidak turun tangan secara langsung menghadapi para musuh-musuhnya. Ia akan membiarkan Darren maupun anak buah Black Lion yang bergerak. Karena jika Alter Ego-nya sudah menguasai dirinya, maka yang tersisa hanyalah Arthur yang mengerikan. Beberapa tahun yang lalu sosok itu sudah tidak pernah muncul lagi, karena ia selalu rutin berkonsultasi kepada seorang dokter, yang tidak lain adalah teman Daddy Xavier yang masih memiliki hubungan keluarga dengannya. Terlebih ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri tanpa membangun sosok yang lain di dalam tubuhnya itu.
"No!! Tidak lagi Ar. Kau harus bisa mengendalikan dirimu." Entah kenapa sejak tadi malam, ia seperti membangkitkan sesuatu yang sudah lama tidak muncul.
"AARRGHHH.....!!!!"
PRANG
Arthur memukul cermin hingga pecah dan pecahan cermin itu berhamburan dan menusuk punggung tangannya, mengeluarkan darah segar menetes di wastafel hingga merambat di lengannya. Arthur sangat membenci sosok lain itu karena ia tidak ingin jika Alter Ego-nya lebih mendominasi yang sewaktu-waktu bisa membahayakan sekitarnya, terutama keluarganya.
Untuk meredam emosinya, Arthur menarik napas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Lama matanya terpejam agar dirinya yang sebenarnyalah yang lebih berhak menguasai tubuhnya, bukan sosok yang selama ini masih bersemayam di dalam dirinya.
Suara derap langkah kaki tidak membuatnya bergeming, ia membiarkan seseorang itu masuk ke dalam kamarnya. Hingga beberapa menit lamanya, Arthur keluar dari dalam kamar mandi. Sorot matanya tertuju pada seorang pria yang memandang lekat dirinya dengan perasaan yang sulit diartikan.
"Kau baik-baik, son? Dad mendapatkan laporan jika kalian diserang kemarin malam?" Xavier bertanya tetap pada posisinya, memberi jarak agar mudah menelisik sosok putra sulungnya itu. Xavier sangat yakin jika yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok Arthur yang sebenarnya. Kejadian tadi malam sepertinya telah membangkitkan kembali sosok yang berada di dalam diri putranya itu.
"Apa seorang Arthur bisa dibunuh dengan mudah? Aku pasti akan membunuhnya sebelum pria itu berhasil membunuh Ar!" ujarnya percaya diri dengan terselip sindiran untuk Arthur. Bisa dikatakan Arthur tidak akan bisa membunuh tanpa adanya dirinya.
"Aku percaya pada Ar. Bukan kau yang saat ini sedang menguasai putraku." Xavier menatap sengit. Dan ini adalah kali pertama sejak beberapa tahun lalu, ayah dan anak itu bertatapan penuh permusuhan.
"Lalu kau ingin menyingkirkanku lagi seperti sebelumnya?!" sahutnya mengejek.
"Bukan aku yang akan menyingkirkanmu tapi Ar. Putraku tidak selemah itu untuk memeliharamu!" seru Xavier tidak kalah mengejek.
"Keparat! Kau pikir aku peliharaannya, heh?!" Arthur yang tidak lain adalah sosok Arthur yang kedua tersulut emosi, ia berjalan penuh amarah menuju Xavier. Sebelum kemudian, Arthur melayangkan tinjunya tepat di wajah Xavier, akan tetapi Xavier berhasil menangkapnya.
"Dengar son, jangan kalah dengannya. Dia tidak sebanding denganmu. Kau putraku, pewaris dari keluarga Romanov. Seperti yang pernah Dad katakan kepadamu, siapapun dirimu, kau tetap kebanggaan Dad dan Mommy." Xavier mencengkram kuat lengan Arthur. Kemampuan Xavier memang sedikit melemah, tetapi ia masih sanggup untuk menghadapi Arthur.
"Aku bukan Ar! Panggil aku Killer!" Arthur atau sosok lain yang dikenal sebagai Killer itu menarik lengannya kasar, lalu berhasil meninju wajah Xavier sehingga tubuh Xavier terhempas membentur dinding.
Xavier tersenyum kecut, sudah lama sekali ia tidak mendengar nama itu dari mulut sang putra. Tangan Xavier meraba sudut bibirnya yang terkena pukulan. Beruntung pukulan itu tidak merobek sudut bibirnya, hanya meninggalkan rasa nyeri saja. "Hanya seperti ini saja kemampuanmu, heh?! Bahkan putraku lebih hebat darimu!!" Dengan sengaja Xavier memancing amarah Killer, agar ia dapat lebih mudah melumpuhkan Killer.
"Fuckiing you!" Killer mengumpat. Melangkah penuh amarah menuju Xavier. Killer berhasil menjangkau tubuh Xavier yang dengan sengaja tidak menghindar. "Aku pasti akan membunuhmu lebih dulu!!" teriaknya kemudian.
"Kau pasti tidak akan bisa!" Alih-alih merasa terancam, Xavier justru menyunggingkan senyum.
"Kau....." Killer yang sudah benar-benar menguasai tubuh Arthur mencengkram kuat leher Xavier, hingga membuat napas Xavier tercekat. Namun baru beberapa detik saja, cengkraman itu perlahan mengendur.
"Dad....." lirihnya. Alangkah terkejutnya Arthur mendapati dirinya tengah mencekik Daddy-nya. Ya, Arthur telah berhasil menguasai dirinya kembali. Ia menarik tangannya dari leher Xavier. "Dad, I'm sorry...." sambungnya dengan suara bergetar.
"Uhuukk.... uhuukkk... tidak apa-apa son." Meskipun cengkraman itu tidak begitu kuat seperti beberapa tahun yang lalu, tetapi mampu memuat Xavier nyaris kehabisan napas. Dan sepertinya kali ini Arthur mampu lebih cepat menguasai tubuhnya.
"Maafkan aku Dad, aku sudah melukaimu..." Arthur mengusap wajahnya frustasi. Ia benar-benar tidak habis pikir jika sosok itu muncul kembali. "Kenapa Dad diam saja? Seharusnya Dad membalas seranganku. Karena aku akan sangat merasa bersalah jika terjadi sesuatu denganmu Dad."
"It's okay son, Dad baik-baik saja. Kau berhasil menyingkirkannya. Kedepannya kau pasti bisa menyingkirkannya lagi." Sebab itulah Xavier dengan sengaja tidak menghindar, karena ia sangat mengenal putranya yang tidak mungkin sampai hati melukai Daddy-nya sendiri. Dan Arthur harus bisa menguasai dirinya kembali agar sosok yang mereka kenal sebagai Killer itu tidak mendominasi kehidupan putranya.
"I'm really sorry Dad." Namun tetap saja Arthur merasa sangat bersalah. Sosok di dalam tubuhnya itu benar-benar melukai Daddy-nya lagi. Masih membekas diingatannya ketika ia bertengkar dengan Daddy Xavier dan berhasil melukai Daddy-nya.
"Tidak perlu dipikirkan. Dad akan membantumu lagi. Tapi satu hal yang harus kau ingat Ar, jika Killer sedang menguasaimu, jangan pernah datang ke Mansion. Dia bisa melukai siapa saja, termasuk Mommy-mu." Xavier selalu mengingatkan Arthur agar putranya bisa lebih mengendalikan dirinya.
Arthur mengangguk. "Aku tidak akan membiarkan diriku sendiri melukai kalian." Terutama Mommy Elleana, Arthur sangat menyayangi dan mencintai Mommy-nya. Ia tidak akan membiarkan siapapun melukai wanita pertama yang ia cinta itu, termasuk dirinya sendiri.
"Bagus. Dad percaya padamu. Kalian adalah anak-anak kebanggaan Dad," ujar Xavier menenangkan Arthur. Baginya ketiga anak-anaknya adalah segalanya. Ia pun merasa tidak berdaya jika melihat keadaan Arthur yang terkadang tidak berdaya seperti ini. Karena biar bagaimanapun ada campur tangan didikannya di masa lalu, sehingga Arthur berlatih keras untuk menjadi yang terbaik di matanya. Padahal ia tidak memaksa ketiga anak-anaknya untuk menjadi seperti dirinya. Hanya saja Arthur dan Austin merasa harus lebih hebat darinya.
Di luar sana orang lain melihat kedua putranya begitu sempurna. Akan tetapi mereka tidak mengetahui jika kedua putranya juga memiliki kekurangan.
"Sebaiknya kau bersihkan dirimu. Lihat janggutmu yang berantakan Ar, kau harus memotongnya." Jejak sayatan di rahang Arthur tercetak jelas di mata Xavier, sehingga lebih baik memangkas bulu-bulu yang tumbuh di sekitar rahang tegas putranya.
"Iya Dad. Aku memang ingin membersihkan janggutku, tapi dia lebih dulu mengganggu." Dan kemudian Arthur masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan janggutnya.
Dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan, Xavier memandangi punggung tegap putranya hingga lenyap dari jangkauan matanya. Xavier bernapas lega karena datang cepat waktu sebelum Killer itu semakin menguasai tubuh putranya.
To be continue
Arthur
Daddy Xavier
Mommy Elleana
Note : Foto Daddy Vier sama Mommy Elleana sengaja Yoona buat agak tua ya 🤭
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
meski tua tetep gimana gitu....🥰🥰🥰🥰
2024-03-06
0
Angraini Devina Devina
wah ganteng pisan cantik banget
2023-11-23
0
Jacklin Clarisa morgana
kepribadian ganda yg satu agak lembut mski kyk es yg satu bgaikn monster
2023-02-21
0