Senyum ramah tersungging disudut bibir Jacob. Sudah dua bulan lamanya ia tidak menginjakkan kaki di Kota London. Terakhir kali disaat dirinya dan juga Jolicia berlibur di Kota London bersama kedua orang tuanya dan sekaligus mendaftarkan kepindahannya berserta adik kembarnya di Oxford University.
Ya, Daddy Zayn beserta Mommy Angela sudah resmi pindah ke Kota London, memboyong keluarganya yang tidak lain ialah Roy, Jeff dan Anthony. Kemanapun Daddy Zayn pergi, maka adik serta para anak buah setianya akan selalu mengekori meskipun ke ujung dunia sekalipun.
"What's up bro?" Jacob menyapa Lion Boys tersebut. Jika berada di lingkungan kampus, dua kubu berbeda itu menyebut mereka sebagai Lion Boys dan Dragon Boys. Berbeda jika mereka berada di Markas masing-masing, penerus Black Lion dan Red Dragon akan menjadi sosok menyeramkan seperti para Daddy mereka.
Kemudian mereka saling melakukan high five yang diakhiri kepalan tangan. Meskipun kerap kali perdebatan selalu melingkupi pertemuan mereka, akan tetapi kedua geng tersebut tetap kompak dan saling membantu.
"Kami selalu baik-baik saja," sahut Austin mewakili seluruh sahabat-sahabatnya.
"Baguslah, sepertinya kalian sangat populer di kampus ini. Sejak tadi aku mendengar mahasiswi disini membicarakan kalian." Sebelumnya Jacob mendengar percakapan antara mahasiswi dan ia hanya tersenyum karena memang ia mengakui pesona yang dimiliki Austin dan teman-temannya.
"Tidak juga. Mereka hanya kurang kerjaan saja membicarakanku dan teman-temanku." Austin tipikal pemuda yang tidak selalu menyukai sebuah pujian. Karena ia merasa seperti pemuda pada umumnya saja, bedanya ia tidak suka diusik dan mengusik. Jika ada seseorang yang mengusik, maka ia tidak akan segan untuk bertindak lebih jauh.
Jacob terkekeh mendengar ucapan Austin. Lalu pandangannya beralih pada beberapa mahasiswa yang mengganggu Dean. "Apa kalian perlu bantuan kami untuk menghabisi mereka?" Dan Austin mengikuti arah pandang Jacob, Geng Tiger tengah bersiap melarikan diri dari sana.
"Mereka memang menyebalkan dan sering menindas mahasiswa dan mahasiswi disini. Aku masih memantaunya, selama ini mereka hanya mengganggu Dean, tapi Dean selalu bisa menghadapi mereka. Jadi aku membiarkannya. Jika lain waktu mereka bertindak berlebihan, maka aku dan teman-temanku akan memberinya pelajaran." Sebenarnya Austin bisa saja memberi pelajaran kepada geng Tiger yang merasa berkuasa karena ayah dari ketua geng tersebut masih memiliki hubungan keluarga dengan pendiri Universitas tempat mereka menempuh pendidikan. Jika saja Arthur tidak mengawasi dirinya, Austin sudah membuat wajah pria itu tercetak dengan pukulannya.
Jacob mengangguk paham. "Tapi jika butuh bantuan aku siap membantu. Sudah lama sekali aku tidak menghajar seseorang."
"Ck, kau pikir aku percaya padamu!" Austin berdecih tidak percaya. "Aku dengar kau hampir di D.O dari kampus sebelumnya karena berkelahi dengan anak seorang menteri," lanjutnya mengutarakan apa yang ia dengar beberapa bulan lalu.
"Hahaha kau dengar dari siapa? Mom?" Bahkan Jacob tidak bisa menutupi tawanya itu.
"Ya, Aunty Angel menghubungi Mom, dia mengeluh karena kau selalu membuat masalah."
"Aish, kenapa Mom selalu mengadu kepada siapa saja." Jacob berdecak dan menggeleng. Namun ia memaklumi sikap Mommy-nya yang sayang kepadanya.
"Bukan mengadu, bodoh. Tapi mengeluarkan isi hati. Mungkin Aunty Angel sudah lelah mengurus anak nakal sepertimu!" Dan dengan tanpa beban, Austin berkata ucapan yang menyakitkan. Tidak pedulikan Jacob yang mungkin akan tersinggung dengan perkataannya.
"Sialan! Bajingan! Kenapa bicaramu selalu menyakiti hatiku, As?!" Ingin rasanya Jacob menendang bokong temannya itu.
Austin mengangkat bahunya acuh. Dan melihat Jacob yang mendengkus kesal sontak saja membuat Albern, Beryl dan Maxwell menoleh serentak, mereka tidak heran lagi jika Jacob dan Austin selalu terlibat perdebatan kecil.
Setelah berbincang cukup lama di lapangan yang luas, baik Lion Boys dan Dragon Boys menyusuri area kampus.
"Kalian tidak ada kelas setelah ini?" tanya Liam kepada Albern di tengah mereka berjalan.
"Tidak ada," sahut Albern. "Kalian?" tanyanya.
"Kami juga tidak ada."
"Hei, aku sudah lama tidak berkeliling Kota London. Lebih baik kalian mengajak kami untuk mengenal lebih Kota London!" seru Beryl. Sudah lama sekali ia tidak menyusuri Kota London, hitung-hitung refreshing.
"Haha, baiklah. Tidak masalah." Elden dan Gavin menyahut.
"Wait... wait... dimana Licia?" Austin baru menyadari jika Jolicia tidak mengekori Jacob.
"Licia?" Jacob mengernyitkan kedua alisnya. Ia sendiri melupakan adik kembarnya itu. "Aku tidak tau. Terakhir aku melihatnya bersama teman-temannya."
"Kau kakak yang buruk," ejek Elden.
"Bagaimana jika adikmu diganggu oleh buaya di kampus ini?" sambar Liam berasumsi.
"Ck, buaya di kampus ini hanya kau, Lim," seloroh Gavin kemudian.
"Huh, sialan. Tidak hanya aku bodoh! Banyak buaya murah yang berkeliaran disini." Tentu saja Liam tidak terima dikatakan buaya oleh teman-temannya.
"Jadi kau buaya mahal?" celetuk Beryl.
"Benar. Aku buaya mahal dan tidak mudah di taklukan." Dengan bangga Liam menunjuk dirinya sebagai the most expensive crocodile.
Semuanya hanya menggelengkan kepala tetapi mengiyakan ucapan Liam.
"Licia tidak mudah di dekati. Tenang saja." Dan Jacob masih bersikap tenang, meskipun ia tidak menampik jika kecantikan adik kembarnya bisa saja menarik perhatian para mahasiswa di kampus mereka yang baru.
"Benar, bahkan semua pria akan lari setelah melihatnya." Beryl menimpali.
"Dia benar-benar berbeda. Jangan mudah tertipu dengan wajah polosnya. Dia saja sudah mendapatkan teman meskipun hari ini adalah hari pertamanya di kampus ini," sambung Maxwell membumbui.
"Wow, benarkah?" seru Elden nyaris tidak percaya.
"That's true." Jacob, Albern, Beryl dan Maxwell mengangguk serentak. Mereka lebih mengenal Jolicia yang tidak lemah atau mudah di tindas. Situasi apapun Jolicia mampu menghadapinya. Austin dan Dean menanggapi biasa saja, Austin memang sedikit mengetahui sikap Jolicia. Sedangkan Dean, ia masih terlalu canggung jika harus melibatkan diri dalam percakapan mereka. Di antara mereka, Dean paling pendiam.
"Hei As, bukankah Frey juga sedang berada di kampus? Katakan pada Frey untuk menemani Licia." Tiba-tiba saja Jacob membicarakan Freya, adik dari Devano.
Mendengar perkataan Jacob, langkah Austin terhenti. Ia menelisik wajah Jacob. Karena ia sendiri tidak tau jadwal kelas adik sepupunya itu, akan tetapi Jacob justru lebih tau darinya.
Menyadari jika Austin mendelik curiga, Jacob segera mengoreksi ucapannya. "Aku mengirim pesan pada Dev, aku tau jika Frey berada di kampus darinya."
"Oh...." Austin mengangguk-angguk. Ia tidak menaruh curiga apapun, hanya saja ia penasaran kenapa Jacob justru lebih tau mengenai Freya. Dan terjawab sudah rasa penasarannya.
"Kalau begitu kita jemput Dev terlebih dulu." Jacob mengangguki perkataan Austin. Keduanya berjalan bersama diikuti oleh teman-teman mereka.
Mereka berdelapan tiba di sebuah cafe, dimana Devano kini berada. Usia Devano 2 tahun lebih tua dari mereka, sama seperti Austin yang lebih tua dari usia mereka. Pewaris Keluarga Miller itu tengah sibuk menyusun skripsi, berbeda dengan Austin yang baru mulai mengumpulkan bahan skripsi. Devano dan Darren sama, hanya saja Darren lebih cepat lulus karena kepintarannya.
Jacob merogoh ponselnya, lalu mendial nomor Devano. Terdengar nada tunggu, hingga tidak lama terdengar suara Devano yang menjawab panggilannya.
"Aku sudah berada di depan Spring Green Cafe. Keluarlah," ucapnya.
"Wait a sec (Tunggu sebentar)." Terdengar suara berat Devano di seberang sana. Devano memutuskan sambungan teleponnya begitu saja.
Jacob sontak menjauhkan ponsel dari daun telinganya, ia berdecih. "Ck, dimatikan begitu saja."
"Karena kau mengganggunya," celetuk Austin di memegang stir kemudinya. Gavin yang berada satu mobil dengan keduanya hanya sibuk dengan ponselnya. Ia terlalu malas masuk ke dalam perdebatan mereka.
Elden, Dean dan Albern berada satu mobil. Sedangkan Liam, Beryl dan Maxwell di mobil yang sama. Ketiga mobil itu menunggu Devano yang masih berada di dalam cafe. Atap mobil sport ketiganya terbuka, menampakkan wajah mereka yang tampan juga gagah menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang.
"Lihatlah, pemuda jaman sekarang. Mereka semua tampan-tampan." Seorang wanita paruh baya berisik kepada teman seusianya. Tetapi meskipun berbisik, mereka yang berada di mobil dapat mendengarnya.
"Benar, andai saja aku memiliki cucu perempuan, aku pasti akan mengenalkan cucu perempuanku kepada salah satu di antara mereka."
"Kau benar. Sayang sekali cucu perempuanku sudah menikah." Dan kemudian kedua wanita paruh baya itu cekikikan melewati mobil sport berbeda warna itu.
"Ck, mereka suka sekali bergosip," ujar Beryl menatap kepergian kedua wanita paruh baya itu.
"Salahkan wajahku yang terlalu tampan." Dan lagi Liam membanggakan dirinya.
Hingga tidak berselang lama nampak Devano yang keluar dari Spring Green Cafe, mengulas senyum kepada teman-temannya. Baru saja Devano ingin membuka pintu mobil, suara seseorang mengurungkan niatnya itu.
"Dev tunggu, kau meninggalkan proposalmu." Gadis cantik dengan rambut cokelat panjang bergelombang berlari tergesa-gesa dengan membawa sebuah proposal milik Devano yang tertinggal.
"Thanks Zel. Untung kau mengingatkanku." Devano mengambil proposal miliknya dari tangan gadis cantik itu.
Gadis yang bernama Hezel tersebut mengangguk dengan seulas senyum. "Ya, tidak masalah." Lalu pandangannya beralih pada pemuda-pemuda tampan yang berada di dalam mobil. Wajah Hezel bersemu merah karena semua mata tertuju padanya.
"Hei pretty..." Dan Liam mengeluarkan jurus menggoda andalan dirinya.
"Kau memiliki teman kencan yang cantik Dev," kata Jacob yang tidak berkedip menatap gadis bernama Hezel tersebut.
Seketika Devano mendelik, ia tidak bisa membiarkan temannya menjadi bahan godaan buaya seperti Liam dan Jacob.
"Kau kembali saja ke dalam. Thanks sudah membawakan proposalku." Devano sedikit mendorong bahu Hezel agar segera menjauh, hingga membuat Hezel menurut dan hanya tersenyum canggung kepada pria-pria yang justru semakin menggodanya. Hanya Austin saja yang tidak menggoda, dan ia sudah terbiasa dengan sikap teman-temannya itu
"Tunggu apalagi, cepat jalan!" ujar Devano yang baru saja masuk ke dalam mobil.
"Hahaha...." Gelak tawa terdengar. Dan selama di sepanjang perjalanan, mereka tidak hentinya menggoda Devano, hingga beberapa kali mobil mereka menggangu kendaraan lain karena begitu heboh saling berteriak.
To be continue
Devano (Dev) -- Putra dari Edward
Beryl (Ber) -- Putra dari Jeff
Albern (Al) -- Putra dari Roy
Maxwell (Max) -- Putra dari Anthony
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
gk rela kayaknya jk zayn cs dan xavier cs menua.....
2024-03-15
0
Renireni Reni
ya ampun bingung aq ngapalin anak siapa bpknya siapa....tapi tetep cinta💖💖💖💖💖🥰🥰🥰😍😍😍😍
2024-03-15
0
Nor Azlin
waghh ganteng2 semuanya 😂😂😂😂 kalau katak gini ni pasti tertarik lah para cewek nya 🥰🥰🥰🥰 aku juga ni ...lanjut kan thor
2023-10-14
1