Untuk sesaat Aurelie larut dalam pikirannya, ia masih mencari jawaban akan mata tajam yang tidak asing menurutnya. Wanita itu seperti pernah melihatnya, tetapi dimana? Dan deheman Mikel mampu mengembalikan kesadaran Aurelie dari perang batin wanita itu.
Merasakan jika tubuhnya masih di dekap oleh Presdir MJ, Aurelie lantas berangsur mundur. "Maaf, aku..."
"Tidak apa-apa." Mikel tersenyum lembut. Hingga Aurelie dibuat bingung oleh senyum itu, karena yang ia dengar bahwa Presdir dari MJ Corp tidak pernah tersenyum.
Aurelie menjadi kikuk sendiri, ia yang biasanya tenang dan tidak mudah gugup jika sedang berhadapan dengan seseorang, saat ini tidak tau harus memulai percakapan seperti apa, hingga wanita itu hanya bisa menunduk menatap lantai yang ia pijak.
Meskipun matanya tertuju kepada Aurelie seorang, Mikel tetap memberikan lirikan tajam ketika Nathan memperhatikannya dengan dahi mengernyit, sang asisten memang baru pertama kali melihat atasannya berbicara begitu lembut terhadap wanita. Hingga kemudian Nathan segera tersadar ketika tangan Mikel mengayun diam-diam, memberikan kode agar dirinya itu keluar dari ruangan. Nathan mengangguk paham, tanpa mengeluarkan suara, ia melesat keluar dari sana, meninggalkan tuannya bersama wanita yang berhasil membuat tuannya tersenyum.
"Sayang sekali kau sudah melupakanku." Mikel membuka suara setelah kepergian Nathan yang tidak disadari oleh Aurelie.
Perkataan Mikel tentu saja membuat Aurelie mendongak menatap pria itu. "Maksud tuan?" tanyanya. "Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"
Mikel tidak langsung menjawab pertanyaan Aurelie, pria itu menatap wanitanya dalam, sebelum kemudian tersenyum tipis. "Ya, pada malam dansa topeng."
Mata Aurelie nyaris membulat penuh, ternyata benar dugaannya jika ia merasa tidak asing dengan pria di hadapannya. "Jadi Tuan adalah pria yang berdansa denganku?" Dan Aurelie memastikan kembali.
Mikel mengangguk. "Benar."
"Pantas saja sejak tadi aku merasa tidak asing," gumamnya yang masih dapat di dengar oleh Mikel.
Pria itu menarik sudut bibirnya. "Karena kita memang sudah dekat sejak dulu Sweetheart. Apa kau benar-benar tidak mengingatku?" Tentu saja ucapan itu hanya terlontar dari dalam hati. "Senang bertemu denganmu lagi."
"Iya Tuan. Tapi...." Aurelie menelisik wajah Mikel sekali lagi. Entah kenapa ia masih belum puas akan jawaban jika mereka memang bertemu pada malam pesta. Entah kenapa Aurelie merasa jika mereka pernah bertemu jauh sebelum malam itu.
"Ada apa hm? Apa yang sedang kau pikirkan?" Mikel begitu lembut bertanya kepada wanita yang mendadak terdiam. Hingga Mikel melangkah maju untuk mengikis jarak diantara mereka.
"Ehm, maaf Tuan. A-aku tidak apa-apa. Hanya saja aku merasa sepertinya kita pernah bertemu jauh sebelumnya. Tapi mungkin hanya perasaanku saja," tutur Aurelie jujur.
"Benarkah?" Bahkan raut wajah Mikel sedikit berbinar. "Apa kau merasa seperti itu?" tanyanya.
Aurelie mengangguk. "Tapi mungkin hanya perasaanku saja. Tuan adalah seorang Presdir MJ Corp. Tidak mungkin kita pernah bertemu sebelumnya." Sembari tersenyum manis.
"Mikel. Panggil saja Mikel." Entah kenapa Mikel tidak menyukai panggilan wanitanya itu untuknya.
"Mikel?" Kening Aurelie mengernyit. Pantaskah dirinya memanggil pria itu dengan nama saja. "Maaf Tuan, itu terdengar tidak sopan." Hanya perasaan dirinya saja atau bukan, karena Aurelie merasa jika sikap Presdir MJ terlihat berbeda dari rumor yang ia dengar.
"Dengar, aku memintamu untuk memanggilku Mikel. Tidak ada penolakan, karena aku tidak suka penolakan!" Dan kali ini wajah Mikel berubah tegas dan penuh penekanan. Ia memang benar-benar tidak menyukai panggilan formal seperti itu. Bahkan ia ingin sekali wanita itu memanggilnya dengan mesra.
"Eh??" Tentu saja Aurelie terkejut, kenapa sikapnya berubah menjadi lebih mendominasi. "Ba-baiklah kalau begitu... Mi-Mikel." Lebih baik Aurelie mengikuti keinginan pria itu, ia tidak ingin dipersulit selama menjadi brand ambassador di MJ Corp.
Mikel tersenyum puas. Setidaknya ia bisa lebih dekat dengan wanitanya walaupun sedikit memaksa. "Ini baru permulaan Sweetheart."
"Tuan, ah maksudku Mikel, bukankah ada peraturan tambahan yang harus disampaikan kepadaku?" Aurelie teringat akan dirinya yang tidak diperbolehkan keluar dari ruangan karena ada peraturan tambahan.
Kening Mikel berkerut. Ia melupakan alasannya menahan wanita itu. "Benar, tapi...." Kemudian melihat arloji di pergelangan tangannya. "Asistenku Nathan yang akan menyampaikannya. Aku ada pekerjaan lain setelah ini," imbuhnya beralasan.
"Ah begitu." Nampak Aurelie yang hanya mengangguk-angguk kepala.
"Dan besok kau bisa datang tepat waktu," kata Mikel kembali.
"Baiklah."
"Hhm, bukankah namamu Elie?" Mikel berpura-pura tidak mengetahui nama wanita di hadapannya itu.
"Benar, Elie Cassandra. Panggil saja Elie." Dengan seulas senyum, Aurelie menjawabnya. Memang selama ini ia dikenal dengan Aurelie Cassandra saja tanpa Romanov di belakangnya.
"Hanya itu? Namamu sangat tidak asing." Mikel menopang dagunya, ia nampak berpikir. Padahal yang sebenarnya ia sudah mengetahui jika wanitanya sudah lama menyembunyikan identitas aslinya.
Mendengar ucapan Mikel, Aurelie menjadi gelagapan. "Mungkin banyak yang menggunakan nama sepertiku." Namun Aurelie bisa mengatasinya.
"Mungkin." Mikel mengangguk. Ia tidak ingin membuat Aurelie menjadi tidak nyaman.
"Maaf, jika tidak ada yang di bicarakan lagi, bolehkah aku pergi?" Sungguh, Aurelie tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan Mikel lebih lama lagi. Sikap dan tatapan pria itu benar-benar mampu membuatnya tertekan, karena tatapannya itu.
"Tentu saja. Maaf karena sudah menyita waktumu." Mikel mengulas senyum.
"Tidak masalah." Aurelie balas tersenyum. Senyum manis yang selalu disematkan kepada siapapun, sebelum kemudian berlalu dari sana. Meski saat berbalik, ia bingung karena tidak mendapati pria yang merupakan asisten pria itu tidak berada disana.
"Akan kupastikan, mulai saat ini senyummu hanya untukku Sweetheart." Setelah kepergian Aurelie, wajah Mikel menjadi datar. Ia sangat menyukai senyum itu, akan tetapi ia tidak ingin wanita itu tersenyum hangat kepada pria lain. Mikel mengklaim jika senyum itu hanya untuknya.
***
Senyum tersungging di sudut bibir Mikel. Sudah satu jam berlalu, tetapi Mikel masih mempertahankan senyumnya. Ia begitu senang karena akhirnya ia bisa mendekati Aurelie dengan perlahan. Seperti rencananya, ia akan berkeliaran di sekitar wanita itu, hingga hanya dirinya yang memenuhi isi kepala wanita itu.
"Tuan baik-baik saja?" Nathan yang sudah tidak tahan lagi akhirnya melayangkan pertanyaan. Sungguh, ia benar-benar merasa aneh dengan sikap atasannya yang sejak tadi mengumbar senyum. Biasanya atasannya itu selalu memasang wajah datar dan tidak tidak pernah tersenyum. Kecuali beberapa bulan belakangan ini, tuannya menjelma menjadi sosok lain ketika sudah menemukan wanita pujaan hatinya.
Apa Tuan Mikel sudah bertemu dengan wanitanya itu? batinnya mengingat Tuan Mikel pernah memberitahukan mengenai wanita pujaannya kepada dirinya.
"Apa aku terlihat sedang tidak baik-baik saja Nath?" Dan Mikel menjawab pertanyaan Nathan dengan pertanyaan.
Nathan menggaruk tengkuk lehernya. "Hem, maaf jika saya lancang. Tapi hari ini Tuan terlihat sangat berbeda dan sejak tadi tidak berhenti tersenyum." Dan Nathan mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya. Nathan memang merupakan asisten pribadi seorang Presdir, akan tetapi ia tidak akan segan bertanya jika ada sesuatu yang menggangu rasa penasarannya.
"Jadi kau tidak suka aku tersenyum Nath?" Mikel menghunuskan tatapan tajam.
"Tidak Tuan, tentu saja saya menyukai Tuan yang selalu tersenyum," jawab Nathan cepat.
"Tapi aku tidak menyukaimu Nath. Aku masih sangat normal." Mikel menatap Nathan dengan tatapan yang sulit di artikan. Entah kenapa ia mengartikan lain ucapan sang asisten.
"Maaf Tuan, saya juga masih normal." Nathan memberanikan diri menatap Mikel yang tidak menyurutkan tatapan tajamnya.
"Kalau begitu diamlah dan jangan banyak bertanya!" Dan nada bicara Mikel semakin ketus. Hingga kemudian kembali memusatkan pandangannya kepada dokumen-dokumen yang sedang ia periksa.
"Baik Tuan." Nathan menghembuskan napas panjang. Sungguh ia telah menyesal bertanya.
Seharusnya tadi kau diam saja Nath, meskipun Tuan Mikel tertawa terbahak-bahak atau menangis sekalipun, kau tidak perlu bertanya. Dan lagi-lagi, Nathan hanya mampu membatin.
To be continue
Babang Mikel
Nathan Fillion
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
tak ada lawannn
2024-03-19
0
Angraini Devina Devina
kasihan🤣🤣🤣🤣
2023-11-23
1
Arnissaicha
beneran ini novel kumpulan orang" cakep semua...
2022-04-28
2