Arthur tidak memberikan celah terhadap pria yang kini tersungkur di bawah kakinya hanya untuk sekedar membalas serangannya yang bertubi-bertubi. Dua wanita yang bersama pria itupun menutup mulut mereka tidak percaya, pasalnya pria kekar yang ditugaskan untuk menekan wanita yang sangat mereka benci itu terkapar karena luka pukulan.
Meskipun kedua wanita itu terkejut, tetapi tidak menutup kekaguman keduanya terhadap pria yang baru saja menyerang orang mereka. Hanya beberapa menit saja keduanya terpesona, sebelum kemudian kesadaran mereka kembali.
"Kau gila, heh?! Kenapa memukuli orangku?!" Wanita cantik tetapi angkuh itu memaki Arthur. Awalnya ia begitu terpesona dengan ketampanan Arthur dan merasa sangat familiar dengan wajah itu. Akan tetapi kekesalannya lebih mendominasi, terlebih pria tampan tersebut membantu wanita yang sangat ia benci itu.
"Seharusnya kau berpikir terlebih dulu sebelum bertindak Nona. Kau dan orangmu ini ingin melukainya, kau pikir aku akan diam saja, hah?!" Arthur menunjuk wanita itu dengan penuh amarah. Jika saja ia tidak memikirkan reputasinya, mungkin ia sudah membungkam mulut wanita itu dengan pukulannya.
"Memangnya wanita itu siapa sehingga kau membelanya?! Dia hanya wanita murahan yang berani menggoda kekasihku!" Wanita tersebut menatap penuh ejekan, meskipun wanita yang ia benci itu memang memiliki wajah yang sangat cantik, tetapi tidak bisa dibandingkan dengannya yang berasal dari keluarga kaya.
"Maaf Nona Carmela, kalau dia memang kekasihmu, seharusnya kau yang menegurnya, kenapa menegurku? Atau jangan-jangan itu hanya akal-akalanmu saja mengakui pria itu sebagai kekasihmu." Dan wanita yang berdiri di sisi Arthur tidak terima disebut sebagai wanita murahan dan balas mengejek.
"Sialan! Kau berani denganku?! Apa kau ingin dikeluarkan dari agensi keluarga Born, hah?!" Wanita yang bernama Carmela itu hendak menarik rambut wanita itu. Namun Austin yang sudah berada di belakang Arthur dengan sigap menarik bahu wanita itu ke sisinya, sementara Arthur menangkap lengan Carmela.
Carmela semakin meradang, tidak hanya satu pria tampan, kini bertambah pria tampan lainnya yang membantu wanita jalaang itu, pikirnya.
"Singkirkan tangan kotormu!" Arthur kemudian menghempaskan tangan Carmela dengan kasar.
"Memangnya kau siapa heh?! Apa kalian ingin bermain-main dengan Keluarga Born?!" Entah sejak kapan dua pria bertubuh besar sudah berdiri di belakang Carmela.
"Ck, hanya dari Keluarga Born saja kau sudah sangat angkuh, Nona." Arthur tersenyum meremehkan. Namun Keluarga Born sangat tidak asing di telinganya. Jika tidak salah Perusahaan Romanov bekerja sama dengan Perusahaan Keluarga Born.
"Cih, apa kau tidak tau jika Keluarga Born sangat berpengaruh di kota ini? Aku bisa saja membuat kalian hancur dalam sekejap saja!" Dengan angkuhnya Carmela berkata demikian, wanita itu tidak menyadari dengan siapa ia berurusan. Andai saja ia mengetahui jika di hadapannya adalah pewaris Keluarga Romanov, sudah pasti wanita itu tidak mungkin berani berkata yang menyombongkan diri seperti itu.
"Kau....!!" Amarah Arthur tertahan, ekor matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Sejak tadi ia memang sudah menyadari jika ada kamera yang menyoroti mereka. Tentu ia tidak ingin bertindak gegabah yang bisa merusak reputasi keluarga serta perusahaan. "As, sebaiknya kalian tunggu di mobil. Aku akan mengurus mereka." Arthur hanya menoleh singkat kepada Austin, memerintahkan adiknya itu untuk pergi dari sana. Austin menuruti sang kakak, ia menggenggam tangan wanita yang mereka tolong itu dan segera berlalu dari sana.
"Hei, aku belum selesai denganmu?! Kembali kau, dasar wanita jalaang!!" Carmela yang belum merasa puas mengerjai dan menekan wanita itu seketika berteriak. Beruntung di area taman tersebut tidak dipadati oleh pengunjung lain, sehingga mereka yang sebelumnya menonton segera pergi dari sana dan tidak ingin ikut campur.
Kalimat 'wanita jalaang' yang dilontarkan Carmela membuat Arthur meradang, satu tangannya terkepal tanpa sepengetahuan wanita itu. Namun alih-alih menunjukkan amarahnya dengan menghajar wanita itu, Arthur merogoh ponsel di dalam saku celana trainingnya. Ia mendial nomor Darren dan segera menghubungi sahabat sekaligus asistennya itu.
Begitu tersambung dan dijawab oleh Darren di seberang sana, Arthur berkata, "Der, batalkan kerja sama perusahaan kita dengan Perusahaan Born, katakan kepada pria tua itu untuk bisa mendidik putrinya dengan baik!" Dan setelahnya, Arthur memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Tanpa ia harus menjelaskan, Darren pasti akan melaksanakan perintahnya dan dirinya selalu tidak main-main dengan setiap ucapannya. Perkataan Arthur tentu saja dapat di dengar oleh Carmela serta temannya. Keduanya tercengang tidak mengerti hubungan pria itu dengan Perusahaan Born.
"Aku tidak pernah bertoleransi terhadap siapapun yang berani berurusan denganku. Ingat itu baik-baik Nona." Setelah mengatakan ucapan yang begitu ambigu, Arthur melenggang pergi begitu saja dengan menyimpan kekesalannya di dalam hati. Meninggalkan Carmela dan temannya dengan penuh tanda tanya.
Carmela tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara dering ponsel. Meskipun bingung kenapa tiba-tiba ayahnya menghubungi dirinya, Carmela tetap menjawab panggilan tersebut.
"Dad-"
"Apa yang sudah kau lakukan, Carmel?! Kenapa kau berani-beraninya membuat masalah terhadap Tuan Arthur?!" Tuan Alan Born yang tidak lain ialah ayah dari Carmela terdengar sangat murka. "Kau tau, karena perbuatanmu itu Perusahaan Romanov membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita dan itu kerena kebodohanmu!" lanjutnya dengan kekesalan yang menggebu.
Kedua mata Carmela membeliak, otaknya masih mencerna perkataan sang ayah. "A-apa maksud Daddy? Kenapa Perusahaan Romanov bisa membatalkan kerja sama dengan perusahaan kita?"
"Tentu saja karena kau telah membuat masalah dengan pewaris Keluarga Romanov yang tidak lain adalah Tuan Arthur." Tuan Alan Born mendengkus kesal. "Kenapa aku memiliki putri bodoh sepertimu, hah. Karena kau perusahaan kita mengalami kerugian besar!!" Karena amarah yang memuncak itu, Tuan Allan Born mematikan sambungan teleponnya.
Sedangkan Carmela masih membeku dengan penuturan Sang Daddy, mulutnya menganga tidak percaya. Jadi sejak tadi ia sudah memaki pewaris Keluarga Romanov? Kenapa ia bisa bodoh seperti itu dan tidak mengenali pria itu adalah Pewaris Keluarga Romanov? Pantas saja ia merasa tidak asing. Teman Carmela hanya menatap bingung kepada Carmela yang mendadak syok, namun ia tidak berani bertanya.
***
Austin berusaha menarik tangan wanita yang lebih tua darinya. Ia tidak melepaskan tangan halus dan lembut itu meskipun berulang kali wanita itu memberontak.
"As, lepaskan tanganmu. Kau benar-benar ingin menyakiti kakakmu, heh?!" Sontak saja Austin melepaskan genggaman tangannya, ia tidak bermaksud menyakiti kakaknya itu.
"Sorry kak, aku tidak sengaja." Austin memasang wajah tidak bersalah, sembari menatap wajah cantik sang kakak yang tengah mengelus pergelangan tangannya akibat ulahnya itu. Ya, wanita yang mereka tolong adalah Aurelie. Entah apa yang kakaknya lakukan di taman sehingga harus berurusan dengan wanita gila itu. "Lagi pula kenapa Kak Elie diam saja ketika wanita itu merendahkan dan mengatakan Kak Elie wanita jalaang?!" Austin menyentil kening kakaknya itu hingga membuat Aurelie sontak mengusap keningnya dengan jari telunjuknya.
"Apa kau tidak lihat disana ada kamera tersembunyi? Dia sengaja ingin menjebakku. Jika tidak ada kamera disana, mungkin sejak tadi aku sudah menghajarnya." Sejak tadi Aurelie memang berusaha menahan amarahnya ketika wanita itu mulai menghadang jalannya dan menghinanya.
"Ck, jadi Kak Elie berperan sebagai wanita yang lemah?" Dan ucapan Austin terkesan sangat mengejek.
Aurelie sontak memukul bahu tegap Austin. "Jangan asal bicara. Aku ini memang lemah lembut, wanita itu saja yang selalu mencari masalah denganku?!"
"Lemah lembut?" Austin mengulangi ucapan kakak perempuannya, ia berdecak tidak percaya. "Apa Kak Elie lupa pernah melumpuhkan beberapa anak buah Daddy!" cibirnya mengingatkan sang kakak yang kala itu pernah dikawal oleh beberapa bodyguard dan Aurelie yang tidak ingin terlihat mencolok, menghajar tiga anak buah Daddy Xavier yang tidak ingin berhenti mengikutinya.
"Sudahlah, tidak perlu diingatkan lagi." Aurelie bersedekap, sejak dulu ia memang tidak suka jika harus diikuti oleh banyak bodyguard.
Arthur yang baru saja menghentikan langkahnya, menatap tajam adik kembarnya itu. Aurelie yang merasa di tatap tajam, reflek menundukkan wajahnya.
"Lain kali jangan diam saja ketika seseorang menghinamu," tegur Arthur.
Sontak Aurelie mengangkat wajahnya. "Ada kamera yang disana Kak, aku tidak bisa ceroboh begitu saja. Karirku yang aku bangun dengan susah payah bisa hancur dalam sekejap saja."
"Kau bisa pindah ke agensi milik Aunty Jenn. Kenapa pusing memikirkan itu?!" seru Arthur. Tidak habis pikir dengan adik kembarnya yang begitu ingin berkarir di perusahaan kecil.
Aurelie kembali jengah, lagi-lagi pembahasan itu yang dilontarkan oleh Arthur "Kau sudah tau jawabannya, jadi jangan mendesaku lagi dengan keluar dari Glory Entertainment," serunya. Dan Austin lagi-lagi tidak ingin ikut campur, ia memalingkan tubuhnya, menendang kerikil-kerikil kecil yang berada di bawah kakinya itu.
"Tapi putri pemilik perusahaan itu selalu mengganggumu, bukan?" Dari pertikaian mereka sebelumnya, Arthur dapat menyimpulkan jika wanita yang bernama Carmela itu merupakan penerus dari Glory Ent.
Aurelie mengibaskan tangannya. "Kak Ar tenang saja, aku masih bisa mengatasinya. Lagi pula aku tau kau pasti sudah melakukan sesuatu pada Perusahaan Born." Arthur terdiam, memang ia telah membatalkan kerja sama Perusahaan Romanov dengan Perusahaan Born. "Sudahlah Kak Ar, aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasi wanita-wanita seperti Carmela diluar sana." Dan kemudian Aurelie masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi belakang.
"Ck, keras kepala." Arthur menggerutu disusul gelengan kepala.
"Kalian berdua sama saja keras kepala," sambar Austin dan menyusul Aurelie masuk ke dalam mobil. Arthur mengikuti kedua adiknya, ia pun segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Hyde Park.
Ketiganya tidak menyadari jika sejak tadi ada seseorang yang berada di dalam mobil menyaksikan pertikaian itu hingga akhir. "Wanitaku semakin cantik." Pria yang kembali menyematkan kacamata hitam tersenyum mengingat wajah cantik wanita yang sejak dulu bertahta di hatinya. "Belum saatnya kita bertemu, Sweetheart. Aku akan menyelesaikan tugasku terlebih dahulu. Dan setelah itu, aku tidak akan melepaskanmu lagi." Senyumnya tersungging manis, 10 tahun tidak bertemu membuat rindu itu kian menumpuk di dasar hatinya. Kemudian pria itu teringat akan sosok Arthur. "Rupanya kau juga tidak pernah berubah Ar. Kau selalu menjadi pelindung untuk Elie-ku." Lama ia bergumam dan mengenang masa lalu mereka, sebelum kemudian memerintahkan sang supir untuk segera berlalu dari sana.
Aurelie
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
kel romanov emang tak ada lawan
2024-03-14
0
Angraini Devina Devina
cocok emang jadi model
2023-11-23
1
Sri Wahyuni
cantik banget kk Aurelie 😘🥰
2022-05-28
1