Bug
Bug
Bug
Tiga pukulan di layangkan Arthur kepada tiga pria yang usianya berada jauh dia atasnya. Namun Arthur tidak peduli, baginya pengkhianat akan semakin menjadi jika diperlakukan dengan begitu hormat dan sopan.
"Berapa dia membayar kalian, hah?!" bentak Arthur dengan nada meninggi. Rahangnya mengeras disertai urat-urat yang menonjol di wajahnya. Dan Darren memilih berdiri dalam diam karena Arthur ingin turun tangan sendiri menghadapi ketiga tikus itu.
Ketiga pria tersebut nyaris tercekat. Aura Arthur benar-benar sengat menyeramkan, dibalik wajah tampan yang menenangkan itu.
"Ka-kami tidak mengerti apa yang Tuan katakan." Salah satu di antara mereka begitu berani berkilah, padahal Arthur serta Darren sudah mengetahuinya dan mengantongi beberapa bukti, hanya saja mereka belum menemukan siapa dalang yang menyuruh mereka.
Grep
Arthur yang biasanya nampak tenang, entah kenapa kali ini emosinya mudah tersulut, ia menyambar kerah kemeja pria yang usianya nyaris serupa dengan Daddy Xavier. "Seharusnya kau nikmati saja masa tuamu dirumah. Tapi sayangnya kau lebih memilih berurusan denganku dan bermain-main dengan perusahaan Romanov!" Arthur menghempaskan pria tua itu, lalu tanpa belas kasihan menendang dadanya. Arthur selalu menghormati pria tua siapapun itu karena mengingatkan akan Daddy Xavier, akan tetapi lain halnya jika seseorang itu mengusik dirinya, maka ia akan menjelma menjadi sosok yang dua kali lebih mengerikan dari malaikat maut.
Kedua pria lainnya hanya menatap rekan kerja mereka yang lebih tua. Ingin membantu, akan tetapi nyawa mereka juga kini berada di tangan Tuan Arthur. Dengan menahan rasa sesak di dada, karena pria tua yang baru saja mendapatkan tendangan Arthur berusaha bangkit.
"Jangan kau pikir aku bodoh hah!" hardiknya. "Aku sudah mengetahui apa yang kalian lakukan belakangan ini tanpa sepengetahuanku dan asistenku!" Tentu saja penuturan Arthur membuat ketiga pria itu antara percaya dan tidak percaya. Karena mereka dibayar dengan mahal dan yang menyuruh mereka juga bukan pria sembarangan.
Saat melihat wajah ketiga pria yang menatap dirinya dengan meremehkan, Arthur berkacak pinggang. Bibirnya pun mengukir senyum yang tidak kalah meremehkan. Apa mereka pikir dirinya adalah pria yang bodoh?!
"Mungkin kalian berpikir jika aku tidak mengetahui apapun karena baru bergabung dengan perusahaan 6 bulan yang lalu. Tapi selama aku berada di Jerman, semua keputusan dan apapun yang terjadi di perusahaan tidak lepas dari pantauanku dan asistenku Darren. Dan selama ini Darren sudah mengawasi pergerakan kalian, ternyata dugaannya benar, kalian adalah musuh dalam selimut!!" ujarnya panjang lebar, tidak peduli jika ketiga pria itu mendengarkan apa yang dikatakannya atau tidak. "Der, berikan bukti kepada mereka. Sepertinya mereka terlalu percaya diri karena berpikir kita tidak mungkin mendapatkan buktinya!" perintahnya kemudian kepada Darren.
Darren yang sejak tadi memasang badan dan telinga sudah siap melakukan apapun yang diperintahkan oleh atasannya itu. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Darren melemparkan bukti-bukti sebuah foto-foto pertemuan mereka dengan seseorang misterius dan juga bukti dokumen yang sempat di palsukan oleh mereka.
Deg
Wajah ketiganya mendadak memucat, tubuh mereka bergetar, sebelumnya mereka sempat percaya diri karena tidak mungkin Arthur maupun Darren akan mendapatkan bukti tersebut, karena sebelumnya mereka sudah memusnahkan beberapa bukti dan juga tentunya seseorang di belakang mereka, menjamin keselamatan serta rahasia mereka.
"Ti-tidak mungkin. Ini pasti ada kesalahpahaman Tuan. Kami bertiga tidak mengenal pria yang ada di dalam foto itu." Dengan suara bergetar, pria yang berusia lebih muda dari keduanya memberanikan diri membela dirinya
"Be-benar Tuan. Kami hanya tidak sengaja bertemu pria itu. Kami benar-benar tidak mengetahui siapa pria itu." Ekor matanya melirik ke arah kedua rekannya. Memastikan jika wajah mereka benar-benar nampak tidak berdaya.
"Tuan, percayalah. Saya tidak mengenalnya. Saya tidak mungkin berkhianat. Saat itu saya hanya ikut dengan ajakan mereka untuk makan siang bersama, selebihnya saya tidak tau apapun." Dan pria tua itu kembali membuka suaranya. Tentu saja dengan melempar batu sembunyi tangan, ia tidak ingin diusia senjanya harus mendekam di balik jerusi besi atau mati di tangan Tuan Arthur.
Mendengar pembelaan salah satu rekan yang lebih tua dari mereka, keduanya mendelik tidak percaya. Pria itu itu hanya melindungi dirinya sendiri.
Brak
Arthur menggebrak meja dengan telapak tangannya, hingga menghasilkan bunyi yang begitu keras mengguncang telinga mereka. "Berengsek kalian!" Arthur tidak peduli lagi, ia sangat membenci seorang pengkhianat. Bagaikan ia memelihara seekor anjing, lalu anjing itu menggigit tangannya. "Der, berikan mereka pelajaran. Jika mereka tidak mengaku juga, kau tau apa yang harus kau lakukan!" Setelah memberikan perintah seperti itu, Arthur masuk ke dalam sebuah ruangan khusus miliknya yang hanya dirinya seorang yang boleh memasukinya.
Darren paham apa yang harus ia lakukan terhadap ketiga tikus-tikus yang memelas memohon padanya. "Kalian hanya perlu mengaku, tapi sayangnya kalian lebih memilih diam." Kemudian Darren merogoh sesuatu di balik jas yang ia kenakan.
Grep
Tangan Darren mengunci bahu salah satu dari mereka, lalu menyuntikkan obat ke dalam tubuh pria itu. Apa yang baru saja dilakukan oleh Darren membuat kedua pria di antara mereka meringsut ketakutan, mereka berdiri hendak keluar dari ruangan tapi sayangnya pintu ruangan terkunci dan hanya Arthur dan Darren-lah yang mengetahui kode untuk membuka pintu tersebut.
Darren mulai mendekati salah satunya, meski menimbulkan pemberontakan terlebih dahulu karena pria itu menolak diberikan suntikan tersebut, Darren berhasil menyuntikkan obat tersebut. Dan terakhir adalah pria tua, pria yang yang juga seperti Daddy Jack. Sayangnya pria tua itu begitu licik, jika saja pria itu menurut mungkin Arthur tidak akan melukainya seperti itu.
"Diamlah, jangan bergerak. Jika tidak, bukan hanya bibirmu saja yang berdarah tapi aku bisa membuat kepalamu hancur saat ini juga!" Gertakan Darren mampu membuat tubuh pria itu membeku. Aura Darren tidak berbeda dengan Tuan Arthur sehingga ia sulit berkutik jika sudah mendapatkan ancaman seperti itu.
Darren menyunggingkan senyum saat melihat pria tua itu diam seketika, setidaknya lebih mudah untuk menyuntikkan obat tersebut. Dan tusukan dari jarum itu mampu membuat pria tua itu mendesis, lalu menatap Darren dengan wajah kepuasan lalu meletakkan beberapa suntikan tersebut di atas meja kerja Arthur.
"Apa yang kau suntikan ke dalam tubuhku?!" Pria tua itu merasakan ada sesuatu yang lain mengalir di dalam tubuhnya. Sepertinya obat itu merangsang pria tua tersebut sehingga lebih berani.
"Tubuhku benar-benar sakit. Apa yang baru saja Tuan Darren suntikan itu, heh?!" cerca yang lainnya. Sementara yang pria yang satu itu hanya mendesis menahan rasa kaku pada tubuhnya.
Darren tersenyum tipis. "Hanya racun saja. Jika dalam 24 jam racun itu tidak segera diberikan obat penawar, maka detik itu juga kalian akan.... BUM.... tewas!!" Dengan tenangnya Darren menjelaskan fungsi dari obat yang baru saja disuntikkan ke dalam tubuh mereka masing-masing.
"Tuan.... Kau....?!!!" Ketiganya mengeram, namun terselip ketakutan jika racun itu benar-benar membawa mereka pada kematian.
Darren terkekeh. "Pilihan ada di tangan kalian, berikan informasi tentang pria itu, atau kalian akan mati sebelum waktu 24 jam!"
"Tidak! Aku tidak ingin mati!" Pria tua itu mendadak panik dan cemas.
"Ck, terserah kalian! Jika sampai malam ini kalian tidak membuka mulut, maka racun itu akan menyebar dan kalian tentu akan mati malam ini juga!" sahut Darren acuh.
Hening
Dalam ketakutan mereka bergelut dengan pikiran masing-masing. Di sisi lain mereka tidak ingin membocorkan rahasia mereka dan juga sosok pria misterius itu. Akan tetapi jika mereka tetap bungkam, maka nyawa merekalah taruhannya. Wajah mereka sedemikian pucat karena mengetahui bahwa ajal mereka hanya hingga malam ini saja.
"Silahkan kalian keluar dan pikirkan baik-baik. Ingat, Tuan Arthur tidak akan memberikan kesempatan kedua secara cuma-cuma. Jadi jangan sia-siakan kesempatan yang diberikan oleh Tuan Arthur!" Darren kemudian membuka pintu tersebut dengan remote yang ada di genggamannya.
Pada saat mendengar suara kunci terbuka memberikan ketiganya ruang untuk bangkit berdiri, lalu menoleh ke arah pintu ketika pintu itu sudah terbuka dengan lebarnya. Buru-buru mereka beralih ke arah pintu tanpa menoleh kembali kepada Darren.
"Huh, malam ini aku akan lembur lagi," keluhnya. Darren sangat yakin jika mereka akan membuka mulut, dan malam ini dirinya serta Arthur akan kembali bermain.
To be continue
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
darren💪💪💪💪
2024-03-05
0
Angraini Devina Devina
kau kejam daren tapi gue senangnya 🤣🥰😘
2023-11-23
0
Kristin
mulai keliatan nih kejamnya 👍
wajib jadi presiden tuh... aman kayanya ga bakal ad korup 🤣🙏
2022-03-19
0