Setelah menghabiskan waktu berkumpul dengan seluruh keluarga dan menginap di Mansion Utama, pagi ini mereka sudah beraktivitas kembali seperti biasanya. Arthur beserta yang lainnya sudah kembali ke Mansion, setelah sebelumnya berpamitan kepada Granny Marry dan Granpa Jhony dan keluarga yang lainnya.
Kini mereka sudah berada di Mansion dan duduk bersantai di ruangan keluarga. Arthur memutuskan untuk datang ke perusahaan siang nanti. Sudah 6 bulan semenjak lulus S2 di Universitas ternama di Jerman, ia menjabat sebagai Direktur menggantikan Daddy Xavier.
"Kak Ar, siang nanti aku pinjam salah satu mobil koleksimu." Austin membenamkan tubuh di sofa, sejak tadi ia sudah mencari keberadaan kakaknya.
Arthur yang tengah fokus pada ponselnya, mengalihkan sejenak pandangannya dari benda pipih tersebut, lalu menolehkan kepala ke arah Sang Adik. "Untuk apa? Bukankah mobilmu banyak yang tidak kau gunakan?!"
Austin menggaruk tengkuk lehernya. "Bosan..." Jawaban yang sangat klise. Sebenarnya bukan karena itu, ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Jika ia menggunakan mobil miliknya yang lain sudah pasti akan menimbulkan kecurigaan.
Tentu Arthur tidak percaya begitu saja, selama ini ia mengenal baik sosok adiknya. Tidak mungkin Austin mudah bosan dengan semua mobil kesayangannya. "Baiklah, gunakan saja mobilku yang kau inginkan." Namun Arthur tidak ingin bertanya lebih, ia selalu memberikan kesempatan Aurelie maupun Austin untuk melakukan apapun selama tidak merugikan dan membahayakan.
"Kau memang yang terbaik kak." Austin memberikan dua ibu jari kepada kakaknya. Ia sudah menduga jika Sang Kakak tidak mungkin menolak jika hanya meminjamkan mobil.
"Tapi ada syaratnya."
Senyum Austin yang mengembang itu perlahan meredup ketika sebuah syarat yang dilayangkan oleh kakaknya. "Baiklah...." Lebih baik menyanggupi, alih-alih Arthur batal meminjamkan mobil padanya.
"Siang nanti datang ke perusahaan bersamaku. Sesekali kau harus mengunjungi perusahaan, agar setelah kau lulus langsung membantuku di perusahaan." Selama dirinya menjabat sebagai Direktur dan alih waris selanjutnya, Austin belum pernah menampakkan batang hidungnya disana. Hanya saat berusia 10 tahun Austin sering mengunjungi perusahaan bersama dengan Mommy Elleana, selama masuk Universitas, Austin selalu beralasan jika Daddy Xavier mengajaknya
Austin menghela napasnya kasar, sudah ia duga jika kakaknya akan mengajukan syarat seperti itu. "Tapi Kak Ar, kau tau aku sangat malas datang ke perusahaan." Alasan Austin malas datang ke perusahaan karena ia terlalu malas menanggapi karyawan-karyawan wanita yang histeris. Ia pernah melihat bagaimana para karyawan-karyawan menatap kakaknya pada saat perkenalan Arthur pertama kali menjabat sebagai Direktur. Austin hanya menunggu di mobil dan tidak ingin seperti Arthur yang digilai wanita-wanita.
"Tenang saja, mereka tidak akan ada yang berani menggodamu." Arthur dapat memahami apa yang dipikirkan oleh adiknya. Karena sejujurnya ia risih jika di tatap penuh damba oleh seluruh karyawan disana, biak wanita maupun pria. Akan tetapi lambat laun, ia sudah terbiasa dan tidka terlalu di pusingkan.
"Ck, itu karena Kak Ar selalu dingin dan kejam, karena itu mereka tidak berani kepada Kak Ar." Entah yang diucapkan oleh Austin adalah sebuah pujian atau sindiran, Arthur hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan adiknya.
"Kalian disini? Pantas saja aku cari di kamar tidak menemukan kalian." Keduanya menoleh ketika suara Aurelie mengalihkan perhatian mereka. Aurelie mendudukkan tubuhnya di sofa single.
"Ada apa?" tanya Arthur pada Aurelie.
"Tidak ada, hanya saja beberapa hari ini aku lelah. Aku ingin meminjam nama Kak Ar untuk mengunjungi suatu tempat." Aurelie sedikit memijat pangkal hidungnya. Belakangan ini ia lelah pada pekerjaannya yang seroang model. Karena itu ia meminjam nama Arthur untuk memesan sebuah pulau atau resort untuknya beristirahat.
"Boleh saja, tapi ada syaratnya."
Aurelie memutar bola matanya malas. Selalu saja kakak kembarnya itu mengajukan syarat apapun jika ada yang ia inginkan. "Apa?" Meskipun malas, Aurelie tetap menanyakan akan syarat itu.
"Keluarlah dari agensi kecil itu, kau bisa memulainya di Perusahaan Romanov Ent. Aunty Jenn selalu bilang kau bisa menjadi model disana kapanpun kau inginkan," sahut Arthur menatap sang adik.
"No.... No.... No....!" Aurelie menolak. "Kak Ar tau bukan? Selama ini aku menyembunyikan jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin menjadi model dengan usahaku sendiri, bukan mendongkrak nama Daddy atau nama Kak Ar."
"Kau bisa menjadi model di perusahaan Aunty Jenn tanpa harus membuka jari dirimu, Elie." Arthur tetap berharap, adik kembarnya itu menimbang ucapannya.
Aurelie menggeleng tegas. "Tidak. Aku tetap tidak mau. Aku ingin bekerja di bawah naungan agensi lain, kecuali agensi Aunty Jenn." Dan Aurelie tetap bersikukuh menolak. Wanita cantik itu memiliki alasan yang kuat, karena ia hanya ingin mencapai keinginannya dengan usahanya sendiri. Jika ia bekerja di perusahaan Romanov Ent, sudah pasti Aunty Jenn akan membantunya secara diam-diam.
Arthur menghembuskan napasnya pelan, Aurelie seperti cerminan dirinya yang sangat keras kepala dan ia pun tidak berhak mengatur. Sementara sejak tadi Austin tidak berminat bergabung dalam percakapan kedua kakaknya, ia memilih memainkan ponselnya alih-alih ikut campur.
"Baiklah terserah kau saja. Tapi ingat, Kak Ar akan selalu mengawasimu Elie, mengawasi kalian berdua," ujar Arthur penuh dengan penekanan untuk kedua adiknya.
Karena Arthur tidak lagi memaksa, Aurelie mengulas senyum selebar-lebarnya. Arthur memang tidak pernah memaksakan kehendaknya, berbeda dengan Sang Daddy. Meskipun resikonya kakak kembarnya itu selalu mengawasi pergerakan dirinya. Aurelie dan Austin hanya mengangguk sebagai jawaban mereka. Ia paham kenapa Arthur bersikeras mengawasi mereka dari kejauhan demi keselamatan mereka.
Kemudian Arthur melihat jam dinding yang terpampang di dinding. "Sudah waktunya," ucapnya memecah keheningan selama beberapa saat. "As, bersiap-siaplah, 15 menit lagi kita berangkat ke perusahaan.
Austin mendongak, ia tidak berminat lagi pada ponselnya, sehingga ia hempasan ponselnya ke atas sofa. "Sekarang? Bukankah siang nanti?"
"Lebih cepat lebih baik." Arthur beranjak berdiri.
Dan Aurelie hanya menatap heran kepada sang adik begitu Arthur sudah lenyap dari pandangan mereka. Sejak kapan Austin dengan suka rela datang ke perusahaan. Sudah pasti bukan atas keinginan adiknya. Austin yang mengerti akan tatapan kakak perempuannya. "Kak Elie jangan banyak bertanya, Kak Ar menjebakku dengan syarat," keluhnya mendengkus kesal.
Aurelie tergelak geli. Ia paham dengan keadaan Austin, sudah pasti ada sesuatu yang diinginkan oleh Austin sehingga Arthur memberikan syarat seperti itu.
"Berisik!" Austin melempar bantal sofa dan tepat mengenai bahu Aurelie. Sebelum kemudian berlalu dari sana, meninggalkan kakak perempuan yang belum puas mentertawakan dirinya.
Dengan menyeret langkahnya, Austin pergi ke kamarnya menyusul Austin. Kedua pria tampan beda usia itu tengah bersiap-siap di kamar masing-masing, Arthur memilih setelan jas berwarna maroon, sedangkan Austin setelan jas berwarna putih. Setelah keduanya sudah tampil gagah dan bertambah tampan, baik Arthur dan Austin bergegas menuruni tangga, mereka menghampiri kedua orang tuanya yang ternyata bernama di halaman belakang.
"Astaga As..." Mommy Elleana menutup mulutnya tidak percaya melihat penampilan putra bungsunya yang ketampanannya bertambah karena berpakaian rapih. Jika melihat Arthur, Mommy Elleana sudah terbiasa dan Arthur selalu saja tampan mengenakan pakaian apapun. "Kau ingin pergi kemana As? Kenapa putra Mommy tampan sekali."
"Ke perusahaan Mom, Ar ingin mengenalkan tentang perusahaan mulai hari ini." Bukan Austin yang menjawab, melainkan Arthur.
Penuturan Arthur membuat Daddy Xavier dan Mommy Elleana terperangah selama beberapa saat. Dan kemudian Mommy Elleana hendak melangkah mendekat untuk mencium putranya.
Melihat gelagat Sang Mommy yang seperti ingin mencium dirinya, Austin spontan melangkah mundur. "Stop Mom! Berhenti disana!"
Bibir Mommy Elleana mencebik, ia kecewa karena Austin menolak dicium olehnya. "Kau ini... Mommy hanya ingin memelukmu saja." Dengan kecewa, Mommy Elleana kembali pada tempatnya. Daddy Xavier dengan sigap merangkul kedua pinggul sang istri. Sudut bibirnya mengulum senyum. Yang bisa membuat Austin datang ke perusahaan walaupun terpaksa, sudah pasti putra pertamanya.
"Baiklah Mom, Ar dan As berangkat." Arthur berpamitan kepada kedua orang tuanya, diikuti Austin setelahnya.
"As, semangat...." Langkah As terhenti di ambang pintu ketika mendengar suara Aurelie. Ia hanya menoleh kilas dengan wajah yang masam. Membuat Aurelie bahkan Mommy Elleana terkekeh.
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
kakk visualnya jg dong???
2024-03-01
1
Kristin
jadi kebayang punya anak 3 Kya mereka ,seru kali ya🤔....😁
2022-03-19
1
Stevani febri
keluarga bahagia...
blm lagi xavier dan zayn. selelu berdebat nanti,y sebagai besan 😁😁😂😂
2022-03-17
0