Disinilah Arthur dan Darren berada, di St James Park. Tepatnya di sebuah taman dengan kolam air mancur yang tidak nampak seorang pun selain mereka. Taman tersebut sudah termasuk dalam wilayah Black Lion karena Arthur telah membelinya beberapa bulan yang lalu. Ekor mata keduanya saling melirik ke salah satu pusat, dimana langkah yang tergesa-gesa itu menghampiri Arthur dan juga Darren.
"Tuan Arthur, tolong berikan kami obat penawarnya. Tubuh kami benar-benar melemas sejak tadi." Benar saja salah keduanya sudah memucat, bahkan satu di antara mereka sulit sekali untuk berbicara.
"Kenapa kalian hanya berdua saja? Dimana pria tua itu?!" Arthur tidak mengindahkan permintaan keduanya, ia justru menanyakan keberadaan pria tua yang tadi siang sempat ia tendang bagian dadanya.
"Dia ada di dalam mobil Tuan. Kondisi Bart yang sudah tua membuatnya sulit untuk berjalan."
Namun apapun yang dijelaskan mengenai kondisi pria tua yang bernama Bart itu, Arthur tidak peduli. Ia melihat arloji di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. "Baiklah, aku tidak memiliki banyak waktu. Sekarang katakan siapa pria itu?!"
Kedua manager itu saling pandang kemudian mengangguk serentak, tanda keduanya sepakat untuk membuka mulut. "Pria itu cukup berpengaruh di kota ini Tuan," ucap salah satunya. "Dan dia juga menginginkan beberapa tender yang diikuti oleh Perusahaan Romanov. Bahkan pria itu sudah menyusun rencana melalui kami untuk menyabotase beberapa rancangan yang sudah dibuat oleh perusahaan kita agar perusahaannya dapat memenangkan tender, Tuan. Maafkan kami sebelumnya karena gelap mata, sehingga mengkhianati perusahaan yang sudah membesarkan nama kami!" Sejujurnya ada penyesalan yang menggerogoti hati mereka, akan tetapi nasi sudah menjadi bubur. Mereka harus menerima konsekuensi akibat pengkhianatan yang mereka lakukan.
Salah satu tangan Arthur terkepal erat begitu mendengar penuturan salah satu pria di hadapannya. Apa pria yang mereka maksud tidak memiliki skill sehingga harus menyabotase rancangan milik perusahaannya?
"Katakan siapa pria itu?!" Arthur mendesak lebih, ia benar-benar penasaran akan sosok pria yang katanya berpengaruh di kota ini.
"Di-dia adalah-"
DOR!
Namun sebelum sempat menjawab, dua peluru melesat tepat menembus kepala dua manager tersebut. Bahkan darahnya menyembur mengenai wajah Arthur serta kemejanya.
Tubuh pria itu tersungkur ke tanah dengan mata yang membelalak. Baik Arthur dan Darren sangat terkejut, tetapi keduanya begitu lihai membaca pergerakan seseorang yang berada di antara semak-semak. Darren segera mengejar pria berjubah hitam itu, di susul oleh Arthur yang juga mengejarnya. Akan tetapi seseorang yang berjubah hitam lainnya menyerangnya dari belakang. Arthur berhasil menghindar, lalu membalas serangan tersebut. Saat ini ia hanya menggunakan tangan kosong saja karena ia tidak sempat membawa senjatanya yang tertinggal di dalam mobil. Sedangkan pria itu terus melesatkan senjata tajam tepat di depan perut Arthur. Tangan Arthur menangkis senjata tajam tersebut. Namun serangan setelahnya tidak berhasil Arthur hindari, sehingga ujung senjata tajam tersebut sedikit menggores rahangnya yang terdapat bulu-bulu halus disana.
"Damn!" Arthur mengumpat sembari menghindari serangan yang bertubi-tubi itu.
BUGH!
Dan Arthur berhasil menumbangkan lawannya dengan tendangannya, sehingga pria itu kehilangan keseimbangan dan senjata tajamnya terlempar entah kemana. Tidak membiarkan celah untuk pria itu membalasnya, salah satu kaki Arthur menekan leher pria yang tidak diketahui identitasnya. Pria itu nampak kesulitan bernapas, wajahnya yang dapat di lihat oleh Arthur nampak memerah karena aliran oksigen tercekat di tenggorokan dan tenaga Arthur benar-benar kuat, sehingga seberapa kerasnya pria itu meronta dan mendorong kaki Arthur, tidak menggoyahkan tubuh kekar Arthur, bahkan semakin dalam menekan leher pria di bawah kakinya, sehingga pria itu kehabisan napas terkulai lemah dengan mata yang terbuka lebar.
Memastikan jika pria itu tidak lagi bernyawa, Arthur menyingkirkan kakinya dari leher pria itu. "Ck, siall!!" Ibu jarinya mengusap darah yang menetes di rahangnya. Beruntung ujung pisau itu tidak terlalu dalam menggores rahangnya.
"Ar..." Darren tergopoh-gopoh menghampiri Arthur.
"Bagaimana?" tanyanya memutar arah tubuh berhadapan dengan Darren.
Darren menggeleng. "Aku tidak berhasil mengejarnya. Dia meloloskan diri ke dalam mobil yang menunggunya di tepi jalan."
Arthur menghembuskan napas kasar ke udara. "Periksa keadaan dua manager itu." Dan Darren mengikuti langkah Arthur kembali ke tempat sebelumnya, dimana dua manager itu tergeletak di tanah.
Darren memeriksa denyut nadi keduanya, ia mendongak menatap Arthur dan kemudian menggeleng. Sudah dapat dipastikan jika kedua manager itu sudah tidak bernyawa lagi.
"Pria itu berada di mobil, kita harus melihatnya, Der!" Arthur teringat akan perkataan mereka, jika pria tua yang bernama Bart itu berada di dalam mobil, ia berharap jika pria tua itu masih hidup, setidaknya menjadi saksi terakhir sebelum racun di dalam tubuh tuanya merenggut nyawanya.
Diikuti langkah Darren, Arthur berlari menuju mobil yang terparkir di tepi jalan. Sebuah mobil sedan hitam terparkir disana, Arthur segera membuka pintu mobil penumpang dan pemandangan mengerikan menyentakkan dirinya.
"Damn! Kita terlambat Der. Pria tua itu sudah mati!" Arthur menyingkir dari mobil dan Darren segera melihat Bart yang nampak luka sayatan di lehernya.
"Sepertinya pria itu sudah memperhitungkan terlebih dulu," ujar Darren menyimpulkan.
"Pria yang kita hadapi bukan pria sembarangan Der!" Arthur nampak frustasi, baru kali ini dibuat kerepotan akan musuhnya yang terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya.
Berbeda dengan Arthur, Darren memastikan kembali tubuh Bart yang terluka itu, hingga kemudian matanya tertuju pada sesuatu di bawah kaki Bart yang nampak bersinar. Darren mengambilnya, benda yang terbuat dari emas itu berhasil berada di tangannya.
"Aku menemukan ini." Darren menunjukkan benda yang baru saja ia temukan.
Arthur menoleh, ia menyambar benda emas tersebut. "Lencana?" gumamnya menelisik benda tersebut. "Aku tidak asing dengan simbol ini, Der. Apa kau juga berpikiran yang sama denganku?"
Darren mengangguk setuju. "Jika tidak salah, itu adalah simbol Perusahaan Nelson."
"Nelson?" Kedua alis Arthur saling bertaut. "Tidak salah lagi, pria yang cukup berpengaruh itu adalah Rhodes Nelson." Bukan tanpa alasan Arthur menuduh pria yang bernama Rhodes itu, karena selama ini Perusahaan Nelson selalu bersaingan dengan Perusahaan Romanov. Tidak disangka jika pria itu bermain cukup jauh dengannya, sehingga harus menewaskan tiga karyawan perusahaannya.
Arthur menggenggam lencana tersebut. "Der, pastikan saham perusahaannya jatuh! Hubungi beberapa pemegang saham disana untuk menarik saham mereka."
Dan Darren hanya mengangguk patuh. Disaat Arthur sudah memberikan perintah demikian, tentu ia harus menjalankan dengan baik. "Itu sangat mudah."
"Hem..." sahutnya. "Malam ini antarkan aku ke penthouse. Aku tidak mungkin pulang ke Mansion dalam keadaan seperti ini!" Ya, Darren bisa melihat penampilan Athur yang menyisakan noda darah di wajah serta kemejanya. "Dan bereskan mayat-mayat mereka, aku tidak ingin taman ini terdapat police line!"
Tanpa membuang waktu lagi. Darren segera menghubungi para anak buah Black Lion. Sudah lama sekali, baik Arthur maupun Darren tidak melibatkan para anak buah Black Lion karena cukup lama selama di Jerman Arthur tidak mengunjungi markas. Hanya saja beberapa kali berhubungan melalui seluler. Dalam hitungan menit saja beberapa anak buah Black Lion sudah berdatangan dan segera membawa mayat-mayat itu dari sana.
Arthur serta Darren segera meninggalkan St. James Park menuju penthouse yang berjarak 20 menit saja. Begitu tiba di penthouse, Arthur melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Wajahnya benar-benar nampak kacau dengan noda darah yang meninggalkan sisa aroma anyir yang cukup menyengat. Arthur melepaskan seluruh pakaiannya dan membuangnya ke tempat sampah. Ia segera berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya.
Arthur menghujani tubuhnya dengan air shower. Peristiwa di taman benar-benar mengusik dirinya. Dan itu adalah kali pertama ia membunuh lagi setelah satu tahun tidak turun tangan secara langsung. Sejak bergabung dengan Black Lion beberapa tahun yang lalu, Arthur sudah menghilangkan beberapa nyawa. Ia sempat merasakan pergolakan batin, sebab ia tidak ubahnya menjadi pembunuh. Akan tetapi, jika tidak ia diam saja, maka dirinyalah yang akan terbunuh.
"Jangan disesali, Dad tidak pernah memintamu untuk menjadi sepertiku. Tapi satu hal yang harus kau hadapi, yaitu sosok yang berada di dalam tubuhmu. Dan siapapun dirimu Ar, kau tetap putra kebanggaan Daddy dan Mommy."
Perkataan Daddy Xavier beberapa tahun silam masih teramat membekas di ingatannya. Bahkan mampu membuatnya bertahan, hingga dapat menerima akan sosok lain di dalam tubuhnya.
To be continue
...Jangan lupa untuk like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 terima kasih 🤗...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Renireni Reni
ar punya kyk alter ego gitu....jdi hrs bisa mengendalikannya.. biar tdk di kuasai
2024-03-06
0
Renireni Reni
kayak ada roh lain yg muncul dlm diri ar gitu tahh??
2024-03-06
0
Angraini Devina Devina
hemmmm orang tua yg bijak
2023-11-23
1