Permainan dengan cepat dilanjutkan, dan Tim Yunior Gelserkichen mengangkat bola ke area terlarang Tim Yunior Leverkusen, dan mereka ingin meluncurkan serangan terakhir dalam waktu kurang dari satu menit yang tersisa.
Namun, Mark berhasil menangkap bola dengan erat dan menendangnya jauh ke depan untuk menyelesaikan pertandingan.
"Biip! Biip! Biiiiiip!..." Wasit meniup peluit di akhir pertandingan.
Di akhir pertandingan, Tim Yunior Leverkusen SC menggunakan keunggulan tuan rumah untuk mengalahkan Tim Yunior Gelserkichen FC yang kuat 3 lawan 1, untuk mengawali musim Liga Pemuda Jerman.
Para pemain di bangku Leverkusen menjerit dan bergegas ke stadion ...
Dalam jabat tangan tersebut, para pemain Tim Yunior Gelserkichen yang bangga dengan kemampuan bertahan mereka tidak lagi mengangkat kepala setinggi sebelum pertandingan dimulai, melainkan menundukkan kepala.
Raynaldi melambaikan tangannya dan berjalan keluar lapangan, memegang erat pelatih kepala Timo. "Terima kasih, karena telah memberi saya seluruh waktu permainan!"
Timo berkata sambil tersenyum. "Jika Anda tidak mencetak gol tepat waktu, dan tim lain terus menjatuhkan mu dengan keras, aku akan langsung menggantikan mu. Tapi sepertinya kau sudah menemukan cara untuk lari dari konfrontasi fisik yang tidak perlu."
Raynaldi bercanda berkata. "Ngomong-ngomong pelatih, jika anda mengubah saya. Anda akan menyesalinya, karena kehilangan permainan."
Timo memukulnya dengan senyuman, lalu berjabat tangan dengan pelatih Tim Yunior Gelserkichen itu.
"Selamat, Timo!"
Pelatih Tim Yunior Gelserkichen sendiri bernama Bastian Flitz. Dia adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Bundesliga dengan torehan 408 gol dalam 15 musim Bundesliga. Dia memiliki hubungan yang baik dengan Timo karena dua puluh tahun yang lalu, Timo yang membawanya dari liga tingkat bawah jerman ke tim raksasa Bundesliga Munich 1906.
"Ini benar-benar keberuntungan, jika hanya melihat kekuatan kasar, tim mu masih lebih unggul Basti." Timo menjawab dengan rendah hati.
Bastian Flitz berkata, "Hei, pak tua. Jika kau menang, maka kau menang. Mengapa begitu rendah hati? Selain itu, mengapa aku tidak pernah melihat anak asia dengan nomor 99?"
"Anak itu bernama Raynaldi Indrasta, dia datang hanya lebih dari tiga bulan yang lalu dari Indonesia, sebuah negara di Asia Tenggara." Jawab Timo.
Timo berkata sambil tersenyum. "Dia dibawa kembali oleh Andre Thomas, setelah liburannya di Jogja, Indonesia."
Bastian Flitz terkejut dengan perkataan Timo. “Hal semacam ini juga bisa muncul? Andre benar-benar beruntung untuk bisa menemukan bakat seperti itu saat sedang berlibur.”
“Jadi, bagaimana Andre bisa melihat bakatnya? Apakah dia juga melihat pelatihan sepak bola saat berlibur?” Lanjut Bastian Flitz.
“Aku juga tidak tahu, dia hanya mengatakan pada ku kalau dia menemukan orang yang mirip dengan Fillipe Nesta. Kau tahu, Andre pernah bermain di Italia selama lima musim dan berteman baik dengannya.” Timo menggelengkan kepalanya menunjukan ketidaktahuannya.
Bastian Flitz mengarahkan pandangannya pada Raynaldi. "Nak, bagaimana kau bertemu dengan Andre sebelumnya? Apakah kau bertemu saat pelatihan sepak bola atau saat bertanding?"
Mendengar pertanyaan Bastian Flitz, Raynaldi hanya menjawab apa adanya. “Saat itu aku sedang memainkan pertandingan sepak bola dengan mahasiswa dari kampus dekat rumah ku. Setelah pertandingan, Andre mendekati ku dan mengatakan akan membawa ku untuk uji coba sepak bola di Jerman.”
Bastian Flitz yang mendengar jawaban Raynaldi hanya bisa tertegun. “Ini benar-benar seperti sifatnya, dia mungkin melihat mu bermain dengan bagus saat itu. Di saat yang sama kemampuan mu untuk menutupi kelemahan fisik mu memang mirip dengan orang italia itu.”
“Apakah Fillipe Nesta ini benar-benar hebat?” Raynaldi tidak tahan untuk bertanya, karena mahal dan kurangnya penggunaan internet di era ini. Banyak berita yang sulit diakses olehnya.
“Menurut mu, orang yang menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A Italia dengan torehan 607 gol dalam 22 musim. Dan peringkat kedua pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah sepak bola professional dengan 798 gol. Apakah menurut mu itu cukup hebat?” Bastian Flitz berbalik bertanya pada Raynaldi.
“Sehebat itu?” Raynaldi terkejut dengan prestasi yang dibuat Fillipe Nesta, tapi disaat yang sama juga bingung, kenapa Andre begitu yakin kalau cara bermainnya mirip dengan orang ini.
“Dia adalah orang yang unik, dia pensiun 8 tahun yang lalu saat berusia 39 tahun. Memulai karir sepak bola professional sejak berusia 17 tahun, dengan tim yang baru dipromosikan di Serie A saat itu, AC Moderna. Dengan tubuh kurus yang tidak terlalu kuat dan tidak cepat dia berhasil menyeret seluruh tim lolos dari degradasi dengan torehan 18 gol di liga...” Bastian Flitz menceritakan tentang Fillipe Nesta.
“Hal yang paling kuat dari Fillipe adalah kemampuannya untuk mencari, membuka, dan memanfaatkan celah dalam pertahanan lawan. Dan juga dia pernah bercanda dengan para repoter, kalau dirinya tidak bermain sepak bola dengan fisik tapi dengan trik sulap.”
“Awalnya aku juga tidak percaya padanya, tapi dia benar-benar menunjukan trik sulapnya pada ku. Apa yang digunakan Fillipe adalah trik Misderiction dalam ilmu sulap dan psikologi, karena perhatian seseorang akan lebih mudah berfokus pada sesuatu yang mencolok, dia memanfaatkannya untuk bergerak tanpa terlihat ke tempat bola jatuh. Ini juga alasan mengapa dia tidak pernah berlari lebih dari tiga ribu meter dalam pertandingan dan jarang memegang bola.” Bastian Flitz menceritakan tentang kemampuan Fillipe Nesta.
“Apakah dia sekarang menjadi pelatih setelah pensiun?” Raynaldi merasa seorang pemain yang hebat dengan kecerdasan seperti itu, biasanya akan menjadi pelatih setelah pensiun.
“Tidak, dia sekarang seorang dosen di Universitas Turin, Jurusan Psikologi.” Jawaban Bastian Flitz membuat Raynaldi terkejut, tapi mengingat orang ini bahkan menggunakan ilmu psikologi sulap untuk bermain sepak bola tidak membuatnya terlalu terkejut lagi.
“Yah, Fillipe mungkin bintang sepak bola paling aneh yang pernah ada.” Timo juga terkekeh saat mengomentari Fillipe Nesta.
Timo yang sudah berusia lebih dari 65 tahun sebelumnya juga salah satu pelatih hebat yang pernah ada di Jerman. Namun, karena usianya yang sudah tua dia memutuskan untuk menikmati masa setengah pensiun sambil melatih sepak bola untuk anak-anak di kampung halamannya, Leverkusen.
“Yah, sekali lagi selamat karena telah memenangkan pertandingan. Aku harap bisa melihat mu di liga professional di masa depan.” Bastian Flitz berjabat tangan dengan Raynaldi dan kemudian meninggalkan lapangan setelah mengucapkan selamat padanya.
Timo yang melihat Bastian Flitz pergi berbalik melihat Raynaldi dan menepuk bahunya seperti seorang tetua. “Nak, kau benar-benar hebat untuk bisa diakui Basti. Namun, kau masih harus meningkatkan kekuatan konfrontasi fisik dan sundulan mu lagi, ini adalah kekurangan mu saat ini. Jangan mengendurkan latihan dan berusahalah lebih baik untuk masa depan.”
“Aku tahu pelatih, terimakasih atas saran dan bimbingannya.” Raynaldi berterimakasih pada Timo, lalu kembali ke ruang ganti.
“Mungkin Liga Pemuda Jerman kali ini akan memiliki lebih banyak eksposure.” Gumam Tony yang dari tadi mendengar perkacakapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kaylha✌️✌️
mantap
2022-08-18
0
Tea-Chan
Kuroko versi sepak bola
2022-06-21
0
👑VIP👑
Up
2022-04-15
1