04:00 Sore, 1 Juli 2007, Haberland Stadion, Leverkusen, Jerman.Saat ini di ruang ganti, para pemain Tim Yunior Leverkusen SC sedang bersiap menghadapi lawan mereka Tim Yunior Gelserkichen FC. Timo sebagai pelatih kepala mengumumkan pemain utama dalam pertandingan ini.
“Kiper : Mark Wagner, Bek Tengah : Alex Khan, Matija Summer, Bek Kiri : Eden Krause, Bek Kanan : Tom Huth.”
“Gelandang : Gabriel Walter, Ronald Bauer, Sayap Kiri : Joshua Klinsman, Sayap Kanan : Ivan Schultz, Penyerang : Herman Fuchs, dan Raynaldi Indrasta.”
“Kemampuan terbaik dari Gelserkichen adalah pertahanan mereka yang kokoh dan serangan balik yang cepat. Jadi saya ingin Gabriel dan Ronald untuk mengontrol lebih banyak bola, dan kemudian mencari peluang terobosan baik dari tengah maupun sayap.”
“Cobalah untuk menekan mereka lebih banyak di frontcourt sejak awal untuk mengambil lebih banyak inisiatif untuk menyerang.”
“Joshua dan Ivan akan mencoba menggunakan kemampuan dribbling dan kecepatan mereka untuk menerobos dari sayap dan mengirim umpan ke dalam kotak penalti. Herman kau bisa mengambil poin pertama dari umpan di dalam kotak penalti, kau akan menjadi tumpuan serangan di lini depan.”
“Ray, yang saya inginkan dari mu adalah menanggapi bola rebound atau merespon gerakan Herman saat berada di area penalti. Oke, saya tahu kalian adalah yang terbaik dan akan membawa kemenangan.” Timo memberikan pidato panjang dan penyemangat untuk timnya.
Raynaldi berdiri di lorong pemain dengan mengenakan pakaian bernomor 99 dengan huruf RAYNALDI tercetak diatasnya. Saat ini dia sedang berbicara dengan anggota timnya untuk mengurangi rasa gugup dalam timnya.
“Ray, kau benar-benar memilih nomor 99 yang tak biasa untuk nomor punggung mu?” Matija membuka obrolan.
“Bukankah nomor ini unik? Dan juga, Matija. Nomor punggung tidak akan menentukan penampilan pemain.” Raynaldi menjawab dengan santai.
“Memang benar.” Matija mengangguk.
“Ray, berhati-hatilah dengan bek besar lawan Jerome Philips. Dia memiliki fisik yang kuat dan gaya bermain yang keras.” Mark mengingatkan Raynaldi.
“Aku tahu, selain itu aku jarang menggunakan konfrontasi fisik maupun menggiring bola, aku hanya mengambil peluang di kotak penalti untuk menembak.” Raynaldi juag tahu tentang pemain ini, karena pelatih pernah mengatakan kalau dia membuat beberapa pemain muda cedera tahun lalu.
. . . . .
Pukul 4:30 sore, para pemain awal dari kedua belah pihak berdiri di pinggir lapangan dan bersiap untuk memulai permainan. Tim Yunior Leverkusen SC mengenakan seragam merah hitam mereka, sementara disisi lain Tim Yunior Gelserkichen FC mengenakan seragam dengan atasan biru dan bawahan putih.
"Biip" “Biiiip”
Dengan peluit wasit, pertandingan resmi dimulai dengan kick-off dari Tim Yunior Leverkusen SC, mereka mulai mengontrol bola dan menekan tim lawan di separuh lapangan Tim Yunior Gelserkichen FC. Hampir semua pemain berada di setengah lapangan Tim Yunior Gelserkichen FC, dan Tim Yunior Leverkusen SC mengambil inisiatif untuk menyerang.
Di backcourt Tim Yunior Gelserkichen FC, serangan yang dilancarkan Tim Yunior Leverkusen SC sama sekali tidak berhasil dan berulang kali bola hilang di frontcourt.
"Terus tekan! Jangan biarkan mereka memiliki kesempatan untuk membuat serangan balik!"
Berdiri di area komando, Timo yang biasanya tenang meneriaki para pemain di lini tengah dan depan. Para pemain frontcourt Tim Yunior Leverkusen SC segera bangun dan kembali bergegas untuk merebut di posisi frontcourt mereka.
Efek dari penjarahan segera muncul. Tim Yunior Leverkusen SC merebut kembali sepak bola di dekat lingkaran tengah dan segera melancarkan serangan dari sisi kiri dengan aksi Joshua Klinsman. Dia mengirim bola kedalam kotak penalti dengan umpan silang dari sisi kiri.
Raynaldi dengan cepat melangkah maju untuk menahan bola sebentar, setelah mengamati posisi Herman dia dengan tegas mengirim umpan pendek di dalam kotak penalti. Herman yang menerima umpan Raynaldi langsung menembak bola dengan keras, saat sosok tinggi hitam meluncur untuk memblok tembakannya keluar dari gawang.
“Kalian jangan lalai, lebih fokus dan perhatikan gerakan para penyerang mereka!” Jerome Philips yang baru saja memblok tembakan Herman langsung meraung pada rekan satu timnya.
“Sial!” Herman yang baru saja menembak merasa kesal karena gagal mencetak gol di posisi yang bagus.
“Tenanglah Herman, kita akan mendapatkan kesempatan lain.” Raynaldi menenangkan Herman.
Pertandingan dilanjutkan dengan tendangan sudut oleh Joshua yang menyebabkan kekacauan di kotak penalti Gelserkiichen. Sayangnya bola berhasil diamankan Jerome Philips dan dibuang jauh ke luar lapangan. Cara menangani bola ini agak terburu-buru tapi secara taktis tidak masalah, yang membuatnya mendapat tepuk tangan dari Pelatih Tim Yunior Gelserkichen.
Pertandingan dengan cepat dilanjutkan, dan Tim Yunior Leverkusen terus melakukan pengaturan taktis Timo. Mereka mulai menguasai frontcourt dan melancarkan serangan dengan gila. Bahkan Tim Yunior Gelserkichen yang memiliki pertahanan kuat, dalam menghadapi serangan gila pihak lain, juga sering melakukan pelanggaran ringan dan menyapu bola ke depan, permainan seolah menjadi latihan ofensif dan defensif setengah lapangan.
Pelatih Tim Yunior Gelserkichen yang berdiri di area komando sedikit mengernyit, asistennya menghampirinya dan berbisik. "Atau, kita ubah gaya permainan, dengan umpan lambung dari lapangan belakang langsung ke penyerang?"
Sang pelatih kepala menutup mulutnya dengan dua tangan sambil terus berpikir tentang solusi yang harus diambil, karena jika taktik berubah di awal permainan akan berdampak buruk untuk timnya.
"Mari kita lihat lagi... Saya ingin melihat berapa lama mereka bisa mempertahankan gaya permainan gila ini."
Lapangan depan sedang melakukan press ketat yang sangat berdampak pada kekuatan fisik para pemain di lapangan depan. Selama Tim Yunior Gelserkichen FC berhasil menahan bola di laga pembuka, tanpa kebobolan gol. Saat kekuatan fisik Tim Yunior Leverkusen SC menurun, inisiatif permaian akan beralih ke tangan Tim Yunior Gelserkichen.
Tim Yunior Leverkusen SC memiliki keuntungan luar biasa dalam momentum serangan tersebut. Mereka meluncurkan gelombang serangan gila, dan Gelserkichen hanya bisa menahan serangan gila mereka.
Namun, sebagai tim dengan kekuatan bertahan terkuat di Liga Pemuda Jerman. Tim Yunior Gelserkichen FC, yang berada dalam situasi pasif seperti itu, memiliki pertahanan yang kuat dan teratur. Serangan Tim Yunior Leverkusen dipatahkan lagi dan lagi, selain tembakan Herman diawal pertandingan hampir tidak ada serangan yang mengancam gawang Gelserkichen.
Setengah jam berlalu dengan cepat, Tim Yunior Leverkusen memiliki total tujuh tembakan dengan satu on-target, dan Gelsenkirchen FC hanya memiliki satu tembakan.
Raynaldi akhirnya juga mendapatkan satu kesempatan menembak setelah merebut bola rebound dalam kotak penalti, sayang tendangannya masih membentur tiang luar gawang Tim Yunior Gelserkichen. Namun, masih memberikan efek kejut bagi pemain bertahan Gelserkichen.
“Perhatikan bola dengan benar dan jangan panik!”
Di sisi lapangan, Pelatih Tim Yunior Gelserkichen meneriaki pemainnya untuk lebih fokus dan tenang dalam bertahan.
Setelah tendangan Raynaldi, Timo yang melihat kekuatan fisik timnya mulai menurun, mengeluarkan perintah baru untuk mengangkat press frontcourt dan melakukan serangan balik defensif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yudi Priadi
mulai unjuk kemampuan
2022-12-25
1
Kaylha✌️✌️
wow, wow
2022-08-18
0
Aril Aril
mangat thorr
2022-04-18
0