27 Mei 2007, Leverkusen, Jerman.
Sudah lebih dari tiga bulan semenjak Raynaldi datang ke Jerman, sekarang dia sudah mampu berbicara bahasa jerman dengan lancar dan memiliki beberapa teman di Leverkusen. Sebulan yang lalu, Raynaldi memutuskan untuk tinggal di asrama yunior Leverkusen sebulan lebih cepat dari jadwal setelah tinggal bersama Leona selama dua bulan.
Selain itu, Raynaldi juga sudah terdaftar di salah satu sekolah yang sudah bekerja sama dengan Leverkusen SC. Disini Raynaldi juga bisa melihat keunikan dari sistem Pendidikan di Jerman yang mengakomodasi hampir semua keadaan siswa mereka.
Raynaldi sendiri masuk ke salah satu kelas Realschule yang akan di tempuh sampai dia berusia 17 tahun atau sekitar Kelas 11 kalau di SMA Indonesia. Disini Raynaldi bisa melihat bahwa sistem Pendidikan di Jerman sebenarnya sangat terarah jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Di Jerman Pendidikan dimulai dengan tingkat Kindergarten atau TK yang merupakan Pendidikan untuk anak-anak berusia 0 – 6 Tahun. Setelah itu mereka akan menerima ujian untuk melihat apakah mereka sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Jika mereka lulus ujian maka bisa melanjutkan ke Grundschule atau SD, dan jika sang murid belum siap maka akan diarahkan ke kelas peralihan yaitu Schulkindergärten dan Vorklassen.
Grundschule sendiri adalah tahapan dimana anak-anak mulai mempelajari berbagai macam pelajaran mulai dari Bahasa Jerman, Bahasa Asing, Matematika, Sains dan sebagainya. Pendidikan jenjang ini berlangsung selama 4 tahun yaitu pada usia sekitar 6 – 10 Tahun. Lalu dilanjutkan dengan Sekundarstufe I (Setara Sekolah Menengah Pertama) selama 5 tahun yaitu pada usia sekitar 10 – 15 Tahun.
Setelah menyelesaikan Sekundarstufe I (Setara Sekolah Menengah Pertama), maka dilanjutkan dengan Sekundarstufe II (Setara Sekolah Menengah Atas) yang sudah dibagi menjadi beberapa jurursan dan keperluan para siswa, sebelum melanjutkan ke Universitas yang sesuai dengan jurusan mereka.
“Sekarang saya sudah berada di kota ini selama lebih dari dua bulan...” Raynaldi menghela nafas panjang saat mengingat semua yang terjadi pada dirinya.
Saat ini Raynaldi sedang berada di sebuah taman olah raga di Leverkusen, Jerman. Angka digital di jam tangannya masih menunjukan Pukul 05:30 pagi dan matahari mulai terbit menyinari Kota Leverkusen.
Sudah lebih dari dua bulan Raynaldi mengulangi aktifitas yang sama, setiap padi dia akan pergi ke taman ini sebelum matahari terbit untuk melakukan lari pagi. Terkadang akan ada beberapa penduduk local yang bermain futsal di lapangan multi fungsi yang terletak di tengah taman ini, karena Raynaldi sering bermain dengan mereka, dia juga mulai terbiasa dengan kehidupan di Kota Leverkusen.
Seperti biasa Raynaldi melakukan jogging pagi sambil menunggu beberapa temannya dari komunitas lokal untuk bermain sepakbola bersama. Lapangan rumput di taman ini cukup luas dan juga memiliki dua buah gawang yang bisa dipindahkan.
Tak perlu waktu lama belasan orang datang ke tempat Raynaldi jogging. “Hai, Ray... Selalu awal seperti biasa?” Seorang pria tinggi berkulit putih berteriak memanggil Raynaldi.
“Oh, Marin... Kau sudah datang?” Raynaldi menghentikan jogingnya dan mendekati kelompok Marin.
Marin Hoffman adalah pemimpin kelompok ini, mereka biasanya bermain sepak bola amatir untuk menghabiskan waktu luang dan bersenang-senang. Dua minggu yang lalu, Marin dan timnya bermain dengan komunitas sepak bola lainnya dan kekurangan pemain karena salah satu orangnya cedera sementara banyak anggota timnya yang tidak bisa datang hari itu.
Akhirnya Marin melihat Raynaldi yang menggiring bola sambil mengitari lapangan dan mengajaknya bergabung dengan timnya. Setelah pertandingan Raynaldi mulai akrab dengan Marin dan timnya, apalagi setelah mengetahui kalau Raynaldi adalah pemain yunior dari Leverkusen SC kecanggungan awal karena perbendaan warna kulit langsung lenyap.
“Apa tidak masalah kalau kau ikut bermain dengan kami hari ini? Bukankah besok kau harus memulai pelatihan dengan tim yunior?” Marin bertanya dengan sedikit khawatir.
“Tidak masalah, lagipula aku hanya akan bermain setengah terakhir pertandingan. Selain itu, aku juga perlu mencari perasaan untuk bermain di lapangan.” Raynaldi menenangkan Marin.
“Baiklah, kalau begitu.” Marin mengangguk dan mulai mengarahkan teman-temannya untuk mulai pemanasan.
Pertandingan amatir yang akan diikuti Marin dan timnya adalah pertandingan untuk menentukan prioritas penggunaan taman ini. Pertama kali Raynaldi mendengarnya, dia merasa aneh karena bukankah taman ini untuk publik? Tapi Marin kemudian menjelaskan bahwa yang dimaksud prioritas itu berarti jika komunitas yang memenangkan hak taman akan memiliki prioritas memilih waktu penggunaan taman, bukan berarti memblokir komunitas lain dari menggunakan taman.
Setelah beberapa saat kelompok lainnya datang ke taman, mereka dipimpin oleh dua orang dengan tinggi badan sekitar 186 cm. Raynaldi mengenali salah satunya sebagai kiper tim yunior Leverkusen SC, Mark Wagner.
“Hai, Ray... Ternyata itu kau, orang yang mereka maksud...” Mark sedikit terkejut saat melihat Raynaldi di taman.
“Yah, aku biasanya berlatih di taman ini saat pagi hari... Tapi ini juga mengejutkan untuk bertemu dengan mu disini.” Raynaldi menyambut Mark.
“Hahaha... Terakhir kali kita bertemu lebih dari dua bulan yang lalu, kita masih bermain dalam satu tim. Tapi sekarang menjadi lawan?” Mark tertawa bahagia, baginya penampilan Raynaldi saat mengikuti uji coba tim yunior masih membekas. Meskipun teknik Raynaldi sangat standar tapi kemampuan finishingnya dan penilaian situasi di depan gawang sangat luar biasa.
Mark Wagner sendiri adalah salah satu jenius di klub bahkan dia masih terpilih dalam Jerman U-17 meskipun hanya sebagai kiper pengganti. Namun itu bukan karena Mark Wagner lemah, bagaimana pun dia masih berusia 16 Tahun dan kiper utama Jerman U-17 juga seorang jenius yang sudah menjadi kiper utama klub Berlin FC di usia 17 Tahun.
“Ya, kali ini kita adalah lawan. Tapi aku hanya akan bermain setengah pertandingan, lagipula aku masih harus menyiapkan diri untuk pelatihan besok.” Ucap Raynaldi.
“Hehe... Sayangnya aku akan bermain penuh hari ini, bagaimanapun aku masih perlu menggerakan tubuh ku setelah dua bulan hampir tanpa pertandingan.” Balas Mark.
“Oke, sebaiknya kita kembali ke tim kita masing-masing.” Raynaldi dan Mark berpisah dan kembali ke sisi timnya masing-masing.
“Hai, Ray... Siapa pria besar itu? Sepertinya aku pernah melihatnya tapi aku tidak terlalu ingat.” Marin yang melihat Raynaldi cukup akrab dengan Mark bertanya dengan rasa ingin tahu.
“Namanya Mark Wagner, dia adalah kiper utama tim yunior Leverkusen SC. Kalau tidak salah dia juga terpilih masuk ke Jerman U-17 sebagai kiper pengganti.” Jawab Raynaldi.
“Oh, ternyata itu dia... Pantas saja wajahnya terlihat familiar, rupanya anggota tim yunior. Tapi untuk seorang anak berusia 16-an dengan tinggi hampir 190 cm, bukannya itu keterlaluan?” Marin akhirnya mengingat Mark Wagner, tapi masih merasa sedikit kaget karena tinggi Mark yang berlebihan untuk usianya.
“Yah, aku paham dengan apa yang kau pikirkan... Sebenarnya aku juga kaget saat pertama kali mendengar kalau dia seusia dengan ku.” Raynaldi mengingat saat pertama kali berkenalan dengan Mark dua bulan yang lalu, dia berpikir Mark seharusnya satu atau dua tahun lebih tua darinya, tapi ternyata Mark dan dirinya masih seumuran.
“Sudahlah, tak ada gunanya membahas tinggi orang lain... Lebih baik kita memulai pertandingan segera.” Marin mengarahkan Raynaldi dan yang lainnya untuk mulai pemanasan dan memulai pertandingan segera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kaylha✌️✌️
mantap
2022-08-17
0
👑VIP👑
Up up
2022-04-15
1
Vano Udin
lanjut
2022-03-23
0