Raynaldi duduk dipinggir lapangan sambil menyaksikan pertandingan antara Tim Marin dan Tim Mark berlangsung. Sebenarnya kekuatan kedua belah pihak hampir sama menurut pendapat Raynaldi, namun perbedaannya adalah Tim Marin memiliki penyerang yang lebih kuat sementara Tim Mark memiliki pemain bertahan yang lebih baik. Sehingga membuat seolah-olah pertandingan berat sebelah.
Pertandingan berlangsung selama 25 menit akhirnya Tim Marin yang sudah mencoba menyerang berulang kali akhirnya mendapatkan peluang emas di depan gawang. Marin yang menerima umpan terobosan rekan satu timnya berhadapan satu lawan satu dengan Mark.
Tanpa menunggu Mark menutup ruang tembaknya, Marin menembak kearah sudut kanan gawang. Namun Mark merespon dengan baik, dan dengan lengannya yang panjang berhasil menepis bola keluar dari jangkauan gawang.
“Ini benar-benar layak sebagai kiper utama tim yunior, dia benar-benar ‘jenius’.” Raynaldi yang melihat penyelamatan luar biasa merasa takjub sesaat.
Setelah berselang 15 menit, Tim Mark mendapatkan peluang serangan balik dan berhasil melepaskan umpan yang tajam ke dalam kotak penalti. Namun sayangnya penyerang dari Tim Mark menyia-nyiakan peluang dan tembakannya melambung jauh diatas gawang Tim Marin.
Pertandingan kembali berlanjut dengan kondisi hampir seimbang dan akhirnya babak pertama berakhir tanpa ada gol yang tercipta. Hasil ini sebenarnya sesuai dengan ekspektasi Raynaldi, bagaimanapun kemampuan kedua tim hampir setara dan saling menahan satu sama lain.
“Yo, Marin bagaimana perasaan mu melawan seorang pemain semi-profesional?” Raynaldi yang melihat wajah tertekan Marin tidak bisa menahan untuk menggodanya sedikit.
“Apa yang kau harapkan? Itu benar-benar membuat orang putus asa.” Marin menghela nafas dan merasa agak tertekan.
“Baiklah, aku akan ikut bermain untuk setengah pertandingan terakhir. Mari kita lakukan sebaik mungkin.” Raynaldi menepuk punggung Marin dan menenangkannya.
“Oke. Karena kau akan bermain di babak ini, mungkin kita bisa mencetak gol.” Marin masih sangat mempercayai kemampuan Raynaldi dalam finishing di depan gawang. Baginya kemampuan Raynaldi mencetak gol saat bermain dengan tim amatir mereka seperti seorang pria dewasa bermain melawan anak-anak.
“Aku akan mencoba sebaik mungkin.” Balas Raynaldi sambil tersenyum.
“Joe, kau akan keluar di babak kedua sesuai dengan apa yang kita bahas sebelumnya.” Marin mengarahkan timnya dan menggantikan penyerang lain dalam tim selain dirinya.
“Oke, aku juga hampir kehabisan nafas.” Joe yang terlihat agak gemuk menjawab dengan terengah-engah karena kelelahan.
“Ayo bersiap, babak kedua akan segera dimulai.” Marin bertepuk tangan dan menyemangati teman-temannya.
“Yo, Ray. Akhirnya tak tahan untuk bermain? Ayo aku tidak akan membiarkan mu mencetak gol dengan mudah.” Mark yang melihat Raynaldi bermain mulai bersemangat. Baginya bermain dalam pertandingan amatir hanya untuk mengisi waktu luang, tetapi akan menjadi hal yang baik untuk memiliki lawan yang baik.
“Ya, bersiaplah Mark. Mungkin kau akan banyak mengambil bola dari gawang.” Raynaldi juga cukup bersemangat melawan kiper setingkat Mark.
Pertandingan kembali dimulai dengan kick-off dari Tim Mark, mereka mencoba menahan bola selama mungkin dengan terus mengumpan sambil menjaga jarak dari pemain lawan. Setelah terus menoper selama lebih dari sepuluh menit, akhirnya Tim Mark mengirimkan umpan panjang ke depan. Namun sayang umpan mereka terlalu jauh untuk dikejar penyerang tim mereka.
Menit ke-60 pertandingan, Marin yang mendapat umpan dari gelandang bertahan timnya berhasil mengecoh gelandang bertahan lawan. Saat melirik ke depan, dia bisa melihat Raynaldi sudah bersiap untuk anti-offside dan mengumpan ke depan tanpa ragu.
Raynaldi yang melihat umpan Marin langsung berlari ke depan dan meninggalkan dua bek tengah yang tidak siap. Dalam kondisi satu lawan satu dengan Mark dia dengan tenang membawa bola ke daerah penalti lawan sambil memperhatikan posisi Mark.
Mark yang mencoba menutup jangkauan tendangan Raynaldi dengan maju ke depan justru terjebak dengan tipuan Raynaldi, karena dia menendang bola dengan bagian dalam kaki kanannya untuk mengoper ke arah Marin yang menyusul ke depan untuk melanjutkan tembakan ke gawang kosong.
Skor berubah Tim Marin 1 : 0 Tim Mark.
Mark yang melihat dia sudah ditipu Raynaldi mengumpat kesal. “Sialan, kalau kau pria tendang bola sendiri!”
“Hahaha... Mark, kau masih terlalu naif. Sepak bola adalah olah raga tim. Jadi tak peduli siapa yang mencetak gol, timlah yang menang.” Raynaldi hanya tertawa saat melihat Mark yang kesal.
Setelah beberapa saat, Mark akhirnya menenangkan dirinya. Sebagai seorang penjaga gawang professional dia sangat pandai untuk mengendalikan emosinya. “Hmph... Aku tidak akan membiarkan mu bermain lagi.” Ucap Mark kesal.
Pertandingan dilanjutkan dengan kick off dari Tim Mark, mereka masih menggunakan taktik yang sama untuk mengatur serangan secara perlahan dengan terus mengumpan bola. Bagaimanapun semua tim amatir hanya akan memiliki satu cara bermain yang tidak berubah.
Saat pertandingan berjalan membosankan dengan umpan pendek terus-menerus yang berhenti di tengah lapangan. Raynaldi akhirnya mendapat kesempatan saat memotong umpan gelandang bertahan Tim Mark dan kemudian membawa bola ke depan seorang diri.
Raynaldi melihat dua bek tengah mengepunya secara bersamaan dan dengan tenang menggulirkan bola melewati bagian tengah mereka berdua dan kemudian berlari ke depan mengandalkan kecepatannya meninggalkan dua bek tengah yang terlambat merespon.
Raynaldi kembali menghadapi Mark satu lawan satu, kali ini dia mengurangi sedikit kecepatannya saat menggiring bola saat Mark mencoba menutup ruang tembaknya. Namun, sebelum Mark sempat menutup ruang tembak Raynaldi, dia langsung menendang bola tanpa persiapan dan bola melesat ke sudut atas kanan gawan Mark.
Skor berubah Tim Marin 2 : 0 Tim Mark.
“Hahaha... kali ini skor berubah lagi. Bagaimana perasaan mu Mark?” Raynaldi yang melihat Mark tercengang merasa senang dalam hatinya.
“Sialan, kau masih bisa menembak tanpa persiapan seperti itu? Orang aneh macam apa kau ini? Apa kau sudah berlatih menembak sejak dalam kandungan?” Mark juga tercengang sangat melihat tembakan Raynaldi. Dia pernah melihat orang yang sama bisa melakukan itu, dan dia adalah penyerang utama Timnas Jerman, Jan Flitz.
“Hahaha...” Raynaldi hanya tertawa menanggapi umpatan Mark. Namun, dalam hati Raynaldi juga berkata, ‘Aku sudah bermain sepak bola dalam dua kehidupan, meski semuanya bukan sebagai pemain professional tapi aku sudah banyak memainkan ratusan pertandingan amatir untuk bersenang-senang.’
Pertandingan berlanjut dan bola masih mengalir di lini tengah seperti biasa, Raynaldi yang melihat ini merasa
nostalgia karena di kehidupan sebelumnya dia juga sering bermain seperti ini. Dalam pertandingan amatir yang dicari bukan kemenangan tapi kesenangan, jika tim memenangkan pertandingan itu hanyalah sebuah bonus.
Raynaldi juga masih mengingat kata-kata seorang legenda sepak bola, ‘Sepak bola paling murni adalah saat anda melihat 22 pemuda bermain di taman kota. Karena yang mereka kejar bukan kemenangan tapi kebahagiaan.’
Pada akhirnya pertandingan berakhir dengan skor 2 : 0 untuk kemenangan Tim Marin. Seusai pertandingan kedua tim berjabat tangan dan tertawa bersama, ini bukan pertandingan resmi dan semua orang datang ke tempat ini untuk berolah raga dan bersenang-senang.
“Bermain melawan mu berbeda dengan saat berada satu tim dengan mu, kau seperti tiket lotere yang tidak diketehaui.” Ucap setelah Mark memeluk Raynaldi dan menepuk punggungnya.
“Haha... kalau begitu selamat mengenal ku.” Raynaldi tertawa kecil saat mendengar ucapan Mark.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Lari Ada Wibu
mantap thor
2023-11-22
0
Gadiez Rahayu
sii udin
2022-09-19
0
Herry Ruslim
jadi ingat masa kecil dulu
2022-06-22
0