Ch. 09 - Teman Asrama dan Pelatihan

Sudah dua hari berlalu sejak pertandingan amatir di taman kota. Saat ini jam digital menunjukan angka 05:30 dan Raynaldi sudah berada di lapangan Latihan untuk tim yunior. Dia memutuskan untuk melakukan beberapa putaran joging untuk menjaga staminannya.

Setelah menyelesaikan jogging, Raynaldi mengambil istirahat sepuluh menit saat dia melihat jam digital di tangannya berubah menjadi 06:00. Setelah beristirahat sebentar dia melanjutkan untuk melatih dribbling dan kemampuan teknisnya.

Setelah satu jam berlatih dribbling dan kemampuan teknis, Raynaldi berjalan ke kantin untuk mendapatkan makanan dietnya. Dalam setengah tahun pertama Raynaldi akan menerima hidangan diet untuk sarapan sampai makan malam, untuk mengurangi kadar lemak tubuh dan meningkatkan jumlah ototnya. Ini adalah hal yang disarankan Andre Thomas padanya, dan Raynaldi yang sadar akan kekuatan konfrontasinya yang rendah juga langsung menyetujuinya.

Di kafetaria Raynaldi mengambil satu set hidangan dietnya yang berisi steak daging, salad sayur, serta jus buah tanpa tambahan gula. Pada awalnya Raynaldi hampir tidak bisa menelan makanan tanpa rasa ini, tetapi setelah berjalan lebih dari sebulan akhirnya dia mulai terbiasa.

“Sekarang aku tahu kenapa kebanyakan pemain akan jatuh saat mereka mulai terkenal, mempertahankan pola makan ini saja sudah sangat menyakitkan.” Raynaldi bergumam sambil menyantap makanannya.

Setelah selesai menyantap makanannya, Raynaldi beristirahat sebentar sambil memainkan hpnya. Raynaldi memegang hp genggam Nakia 7N keluaran tahun ini. Saat melihat hpnya ada sentuhan nostalgia karena dikehidupan sebelumnya dia juga memiliki hp dengan speksifikasi yang sama.

“Di dunia ku sebelumnya produk hp yang populer adalah N*kia dan disini namanya berubah menjadi Nakia?” Raynaldi yang sudah berada di dunia selama beberapa bulan juga menemukan banyak perbedaan antara dunianya dulu dan dunia ini.

Sepertinya kecuali mata uang, nama negara, tempat, dan kota hampir semuanya berubah. Raynaldi juga merasa bingung karena seolah hanya keluarganya saja yang tidak berbeda antara dua dunia. “Atau mungkin ada banyak persamaan lainnya yang masih tidak ku ketahui?” Gumam Raynaldi.

“Biarlah, dunia yang lama sudah hilang. Sekarang aku adalah Raynaldi Indrasta di dunia ini.” Raynaldi menghapus pikiran anehnya dan kembali ke kamar asramanya untuk mandi.

Raynaldi berjalan sekitar 1 kilometer ke arah bangunan dua lantai dengan banyak pintu di depannya. Ini adalah asrama yunior, tempat semua pemain yang bukan berasal dari Leverkusen tinggal. Raynaldi melihat bangunan dengan lima kamar di tiap lantai dengan luas masing-masing asrama 8 x 8 meter, lalu melangkah kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Setelah Raynaldi memasuki ruang asrama dia melihat wajah yang tidak asing di ruang tamu. “Victor, jadi kau satu asrama dengan ku.” Sapa Raynaldi pada pria hitam di depannya.

“Iya, Ray. Aku baru saja sampai dan diberitahu nomor asrama ku.” Victor menjawab dengan ramah.

“Kau bisa mengambil kamar yang di sebelah kiri, karena yang berada di sebelah kanan sudah ku pakai. Selain itu, jika kau merasa lapar di malam hari, ada buah-buahan dan susu rendah lemak di lemari es.” Raynaldi menjelaskan tempat kondisi asrama pada Victor.

“Aku tahu, terimakasih Ray. Aku akan menyiapkan kamar ku terlebih dahulu.” Victor membawa koper dan barang bawaannya ke kamar di sebelah kiri.

“Iya, aku juga akan menggunakan kamar mandi terlebih dahulu. Dan juga jangan lupa, pelatihan di mulai jam 09:00.” Raynaldi menuju ke kamarnya untuk mengambil peralaatan mandi dan pakaian ganti lalu masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai membilas dirinya, Raynaldi kembali ke kamar untuk menelpon keluarganya dan memberitahu mereka bahwa dia baik-baik saja.

“Ini sudah hampir jam 08:30. Ayo bersiap untuk kembali ke tempat pelatihan.” Raynaldi keluar dari kamarnya dan melihat Victor membawa tas selempang olah raga.

“Ray, ayo pergi ke tempat pelatihan.” Ajak Victor.

“Iya.”

. . . . .

Victor dan Raynaldi berjalan kaki dari asrama ke tempat pelatihan selama kurang lebih 15 menit. Setelah sampai di ruang ganti, mereka melihat beberapa rekan tim lainnya sudah berganti seragam latihan.

“Victor, loker mu nomor 23 yang berada di pojok nomor terakhir. Ray loker mu nomor 21.” Alex Khan kapten tim yunior Leverkusen SC memberitahu Victor dan Raynaldi tempat loker mereka.

“Terimakasih, Alex.” Raynaldi langsung beralih ke lokernya setelah berterimakasih pada Alex. Dia tahu kapten tim yunior ini memiliki sifat yang tegas dan agak kaku yang hampir tidak cocok dengan umurnya.

Setelah sepuluh menit hampir semua anggota tim yunior sudah ada di ruang ganti dan sebagian besar sudah mengenakan seragam latihan mereka. Tony Wener asisten pelatih tim yunior memasuki ruang ganti.

“Kalian semua segera keluar dari tempat ini ke lapangan latihan!” Tony berkata dengan ringkas dan tegas, lalu keluar dari ruangan ganti.

Melihat Tony sudah keluar ruang ganti semua pemain yunior mengikutinya ke tempat pelatihan. Ray tahu di tim yunior, Tony akan menunjukan wajah galak dan pemarah, sedangkan pelatih tim yunior Timo Mayer adalah pria tua yang baik hati.

Setelah sampai di tempat pelatihan, Timo Mayer sudah bersiap di posisinya bersama seorang pria besar berotot.

“Kalian bisa mulai berbaris.” Timo berkata dengan ramah.

Melihat Timo yang bersikap ramah, Raynaldi hanya bisa menahan pikirannya. “Benar-benar pria tua yang baik hati.” Namun Raynaldi sudah sering melihat pelatih seperti ini di kehidupannya sebelumnya, seorang pelatih bisa bersikap ‘baik’ karena mereka memiliki asisten yang memerankan posisi ‘setan’ dalam tim.

“Perkenalkan, yang berdiri di sebelah ku adalah Jorge Van der Berg. Dia seorang pelatih fisik yang juga merupakan lulusan jurusan olah raga, Universitas Turin. Karena tim utama sedang liburan sekarang, aku memintanya secara pribadi mengatur pelatihan fisik kalian.” Timo memperkenalkan pria berotot di sebelahnya.

Jorge Van der Berg hanya tersenyum sambil mengangguk, tapi entah mengapa Raynaldi dan yang lainnya merasa senyumannya agak menakutkan. “Sekarang materi utama pelatihan kami adalah pelatihan fisik dan Teknik. Sekarang sudah bulan Mei dan liga pemuda akan di mulai bulan Juli sampai Januari. Jadi kita memiliki waktu satu bulan untuk menyesuaikan fisik kalian.” Tony menjelaskan pelatihan secara ringkas.

“Berikutnya kita akan mulai mengetes kondisi fisik kalian, sebelum menentukan metode pelatihan yang sesuai untuk setiap pemain. Kami akan mengatur metode pelatihan fisik yang paling sesuai dengan posisi dan kondisi fisik kalian masing-masing setelahnya.” Lanjut Tony.

“Oke, untuk tes fisik selanjutnya akan dipimpin langsung oleh Jorge. Kalian bisa mengikuti arahannya secara langsung.” Timo langsung melempar tugas penilaian fisik pada Jorge yang lebih memahami aspek fisik.

“Baiklah, sepertinya kalian mendapatkan liburan dua bulan yang baik. Aku bisa melihatnya dari senyum di wajah kalian.” Jorge berkata sambal tertawa kecil.

“Tapi saya harap hasil tes kalian juga memenuhi standar professional setelah ujian fisik ini, atau kalian harus mencicipi lantai neraka untuk sementara waktu.” Jorge masih tersenyum namun para pemain yang sudah lama berada di tim mulai bergidik ketakutan.

“Sialan, kami tidak mau pelatihan neraka itu.” Gumam para pemain lama dalam hatinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***