Setelah pertandingan berakhir, para pemain mulai bergaul dan tertawa. Bagaimana pun mereka mungkin akan menjadi rekan satu tim di masa depan, jadi tentu saja mereka perlu saling mengenal satu sama lain.
Raynaldi yang mencetak 2 gol dalam pertandingan uji coba ini, mendapat banyak perhatian dari rekan satu timnya dan membuatnya cukup mudah berbaur dalam tim, meski dia baru saja tiba di klub.
“Hai, Ray. Aku dengar Tuan Andre yang membawa mu kemari, apakah itu benar?” Seorang anak kulit putih bertanya pada Raynaldi.
Raynaldi masih mengetahui nama orang ini, lagi pula dia adalah wakil kapten Leverkusen SC Youth, dan juga dalam pertandingan uji coba dia juga menjadi kapten Tim Hitam, namanya adalah Joshua Klinsman.
“Benar, Joe. Tuan Andre yang merekrut ku.” Raynaldi membenarkannya.
“Wow, itu luar biasa Ray! Sangat jarang Tuan Andre memperkenalkan seorang pemain yunior, apalagi aku dengar kau berasal dari Asia. Maaf, bukannya aku rasis atau meremehkan, tetapi kau tahu? Sangat jarang ada pemain sepak bola Asia yang berhasil berkembang di eropa.” Joshua dengan lugas, karakternya memang seperti ini. Dia selalu mengatakan apa yang ada dipikirannya tanpa menutup-nutupi.
“Yah, aku tahu apa yang kau maksud Joe. Tapi aku tahu alasan mengapa jarang ada pemain Asia yang sukses di eropa bukan karena mereka tidak berbakat, tetapi karena metode pelatihan yang dijalani pemain Asia sangat berbeda dengan yang ada di eropa.” Raynaldi membalas perkataan Joshua dengan senyum kecil, dia tahu Joshua tidak bermaksud buruk.
“Benarkah? Jujur saja, apa yang kau katakan membuat ku bingung. Memangnya apa bedanya pelatihan kita? Bukankah intinya sama-sama bermain bola?” Joshua yang tidak paham dengan ucapan Raynaldi berbalik bertanya.
“Yah, sulit untuk menjelaskannya. Tapi saat aku mendapatkan catatan pelatihan dari Andre, aku tahu kalau pelatihan yang diberikan Andre lebih baik dari latihan yang ku lakukan sebelumnya.” Raynaldi mencoba menjelaskan dengan singkat.
“Oh, begitu.” Joshua agak paham dengan apa yang dimaksud Raynaldi.
“Hai, apa yang kalian bicarakan? Pelatih sudah memanggil kita untuk segera berkumpul.” Teriak Alex Khan yang tak lain adalah kapten tim Leverkusen SC Youth.
Mendengar teriakan Alex, semua pemain segera berkumpul sesuai arahannya. Setelah itu, Timo Mayer dan Andre Thomas berdiri di depan para pemain muda, sementara Tony Wener membawa clipboard dengan catatan kontribusi dan penilaian pemain di dalamnya.
“Baiklah, pertama-tama terimakasih karena sudah bermain dengan baik dalam pertandingan ini. Kalian sudah menampilkan permainan yang luar biasa kali ini, namun sayangnya saya hanya akan mengatakan maaf untuk 4 orang yang melakukan uji coba hanya akan ada 2 orang yang diterima.” Saat Timo Mayer selesai berbicara, suasana stadion agak turun.
Melihat suasana bahagia tim agak menurun, Tony Wener maju untuk mengumumkan para pemain yang akan bergabung dengan Leverkusen SC Youth dan bermain dalam Kejuaran Pemuda Jerman.
“Saya akan mengumumkan dua orang pemain yang lolos seleksi uji coba kali ini. Pertama adalah Posisi Penyerang Tengah : Raynaldi Indrasta, lalu berikutnya adalah Gelandang Bertahan : Victor Ogbona.” Tony Wener mengumumkan hasilnya.
Raynaldi dan Victor yang mendengar pengumuman Tony Wener sangat bahagia. Bahkan bagi Raynaldi momen ini sangat membahagiakan, di kehidupan sebelumnya dia sempat bermimpi untuk menjadi pemain sepak bola, namun tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mewujudkannya.
Setelah mengumumkan hasil uji coba pemain kali ini, Timo Mayer dan Tony Wener langsung membubarkan para pemain. Mereka berdua dan Andre Thomas berniat segera mengatur administrasi klub untuk mengontrak kedua pemain.
Setelah pembubaran, Raynaldi dan Victor melompat dan merayakan penuh kebahagiaan, dua anak lainnya yang gagal gagal lolos menangis melampiaskan keluhannya sebelum ditenangkan oleh orang tua dan wali mereka masing-masing.
Disisi lain, Leona, Anita, dan Lisa yang melihat Raynaldi lolos uji coba juga ikut bahagia. Bahkan tanpa sadar air mata kebahagiaan mengalir di pipi Anita. Dia benar-benar senang untuk putranya, bagaimana pun putranya sering mendapat ejekan karena kemampuan belajarnya dianggap ‘buruk’ oleh para guru di sekolahnya.
Tak jauh dari Anita dan keluarganya, seorang pria kulit hitam yang berdiri dengan sebuah kruk juga menangis bahagia. Victor yang sudah memastikan lolos uji coba juga berlari ke arah pria itu dan memeluknya dengan bahagia.
Raynaldi juga berlari dan memeluk Anita dengan gembira, dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemain professional, apalagi ini adalah salah satu klub Bundesliga Jerman.
“Bu, aku berhasil lolos.” Raynaldi memeluk ibunya dengan gembira.
“Ya, selamat Ray.” Anita juga tersenyum bahagia karena keberhasilan Raynaldi.
“Oh, lihat... Sekarang kita punya calon superstar sepak bola disini... hehehe...” Leona terkekeh sambil menggoda Raynaldi.
Sementara itu, Lisa hanya ikut melompat-lompat dengan penuh semangat. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi karena Raynaldi dan lainnya terlihat bahagia, Lisa ikut melompat-lompat riang dan merayakannya kebahagiaan mereka.
Raynaldi dan keluarganya hanya tertawa riang melihat tingkah lucu Lisa. Setelah beberapa saat merayakan bersama anggota keluarganya.
Setelah tertawa dan merayakan bersama keluarganya, Raynaldi melihat Victor dan pria kulit hitam yang berjalan dengan kruk mendekat ke arah mereka.
“Hai, Ray. Perkenalkan ini adalah ayah ku N'golo Ogbona.” Victor memperkenalkan ayahnya sambil menopangnya untuk membantunya berjalan.
“Ah, Victor. Selamat karena berhasil lolos uji coba. Dan perkenalkan juga, ini adalah ibu ku Anita, Kakak ku Leona, dan adik ku Lisa.” Raynaldi memperkenalkan keluarganya.
“Hm, sama juga untuk mu Ray. Jujur saja awalnya aku tidak terlalu percaya diri untuk lolos uji coba ini, tapi mungkin aku beruntung menjadi rekan satu tim mu dan berhasil lolos.” Victor tertawa bahagia sambil menunjukan gigi putih yang kontras dengan warna kulitnya.
“Tidak, Victor. Kemampuan mu sendiri juga luar biasa, kau memiliki kemampuan bertahan yang baik dan juga umpan lambung yang nyaman untuk di terima.” Raynaldi hanya terkekeh mendengar pujian Victor dan berbalik memuji keunggulannya.
“Baiklah, aku harap kita bisa berteman dengan baik di masa depan.” Victor mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Tentu saja, aku juga berharap bisa berteman dengan mu juga.” Raynaldi menjabat tangan Victor sebelum mereka berdua tertawa bersama.
“Oke, Ray. Aku masih harus membantu ayah ku bekerja, sampai jumpa di masa depan.” Victor mengucapkan selamat tinggal pada Raynaldi dan keluarganya.
“Oke, semoga pekerjaan mu lancar.” Raynaldi membalas dengan sopan.
Setelah itu, Victor dan ayahnya berjalan keluar dari stadion. Raynaldi sempat melihat mereka dijemput dengan sebuah mobil keluaran 90-an, Mazda Vantred. Dalam pandangan Raynaldi bisa menilai kalau keluarga Victor pasti bukan keluarga yang berpenghasilan baik. Mungkin Victor sedang mencoba peruntungannya dalam sepak bola professional untuk ‘menggali emas’. Lagi pula banyak pemain keturunan Afrika yang melakukan hal yang sama.
Namun, Raynaldi tidak terlalu banyak memikirkannya. Dia segera berkemas dan bersiap untuk kembali ke rumah Leona di Koln.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kaylha✌️✌️
wow, oke
2022-08-17
0
TowIlIsme
mantap
2022-03-09
1
No name
pertamax..
2022-03-09
1