“Putra anda memiliki bakat yang luar biasa sebagai seorang pencetak gol di area penalti, tentu saja baik itu kemampuan fisik dan tekniknya masih dibawah rata-rata para pemain yunior di klub kami, tapi mengingat usianya yang baru 16 tahun. Saya merasa bahwa selama dia bisa memperbaiki tekniknya maka dia akan menjadi pemain top di lima liga utama eropa.” Ucap Andre.
Anita yang mendengar penuturan Andre merasa agak terkejut, lagi pula dia juga cukup paham tentang liga eropa dan lima liga utama eropa memiliki level yang jauh berbeda dari liga-liga lainnya. Selain itu, Andre juga mengatakan bahwa putranya bisa menjadi pemain top di lima liga utama, selama mau berusaha meningkatkan tekniknya.
“Tuan Andre, jujur saja saya merasa apa yang anda ucapkan agak sedikit berlebihan bagi saya. Meskipun saya tahu bahwa anak saya memang berbakat dalam sepak bola tapi itu tidak sampai pada tingkatan yang anda jelaskan.” Anita yang sudah menenangkan dirinya membalas ucapan Andre.
“Saya tahu, apa yang saya ucapkan memang terdengar konyol untuk anda. Tetapi saya sendiri juga pernah menjadi pemain professional dan saya tahu bahwa bakat yang dimiliki putra anda yang paling utama adalah kemampuannya dalam berlari tanpa bola, kemampuan ini hanya bisa didapat dari permainan yang berulang atau bakat alami yang dimilikinya sejak lahir. Saya merasa putra anda memiliki bakat alami dalam hal ini.” Andre menjelaskan dengan tenang.
Anita yang hanya punya pengetahuan yang terbatas tentang sepak bola professional akhirnya memutuskan untuk percaya pada penjelasan Andre, lagi pula sebagai seorang Psikolog, Anita juga bisa melihat bahwa Andre tidak berbohong. Setelah memikirkan pro dan kontra selama beberapa saat, akhirnya Anita menanyakan pendapat putranya.
“Jadi, bagaimana menurut mu Ray? Jika kau ingin pergi ke Jerman untuk bermain sepak bola, maka ibu akan mendukung mu sepenuh hati.” Anita tersenyum saat meminta pendapat Raynaldi.
“Bu, jujur saja. Saya hanya biasa-biasa saja dalam belajar, juga selain kemampuan saya untuk mempelajari bahasa baru dengan cukup cepat, saya hampir tidak bisa melakukan hal lainnya di bidang akademis. Jadi menurut saya, pergi ke luar negeri untuk bermain sepak bola juga adalah keputusan yang baik.” Raynaldi mengutarakan pendapatnya.
Anita tahu bahwa putranya cukup cerdas, tetapi karena pandangan orang-orang saat ini yang melihat kepintaran dan kecerdasan seseorang hanya dari nilai raport yang dimiliki membuat Raynaldi merasa agak rendah diri. Hal ini juga yang membuatnya membiarkan Raynaldi bermain sepak bola setiap pulang sekolah, karena itu bisa membuatnya melupakan rasa rendah diri karena nilainya yang pas-pasan di sekolah.
“Kalau memang kau sudah memutuskannya seperti itu, maka ibu akan mendukung mu sepenuh hati. Tapi ibu juga memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan disini, jadi ibu akan menghubungi sepupu ibu di Jerman untuk menjadi wali mu untuk sementara waktu.” Jawab Anita sambil tersenyum.
“Baik, bu. Terimakasih.” Raynaldi merasa sangat bahagia saat dia berpikir bisa menjadi bintang sepak bola di masa depan.
“Baiklah, Tuan Andre. Sepertinya putra saya juga memiliki keinginan untuk bermain sepak bola di eropa, jadi saya juga akan mendukungnya.” Anita kembali berbicara pada Andre dalam Bahasa Jerman.
“Sekarang mari kita bahas tentang akomodasi yang akan diberikan pihak klub anda untuk putra saya, jujur saja saya hanya berharap bahwa kehidupan putra saya disana akan tercukupi dan juga untuk biaya transportasi dan kebutuhan lain untuk perjalanan dari Indonesia ke Jerman dan juga sebaliknya jika putra saya gagal dalam uji coba, saya juga ingin pihak klub anda bertanggung jawab untuk mengirimnya pulang kembali.” Anita menyatakan kondisinya pada Andre.
Andre yang mendengar permintaan dari Anita, merasa permintaannya cukup masuk akal dan tidak berlebihan. Akhirnya atas nama klub Andre menyetujui secara lisan permintaan Anita dan kemudian akan menyampaikannya pada pihak klub, lalu menunggu jawaban dari bagian departemen pelatihan pemuda klub.
Setelah menyelesaikan negosiasi dan mencapai kesepakatan dengan pihak klub melalui telpon, pihak klub mengirimkan email tentang kontrak pemuda dan akomodasinya dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jerman dengan masing-masing satu salinan.
Anita memeriksa semua dokumen kontrak dengan teliti dan setelah memastikan bahwa tidak ada masalah dalam dokumen kontrak, akhirnya Anita menandatangani dokumen kontrak atas nama wali dari Raynaldi. Kemudian secara resmi Raynaldi akan menjadi bagian dari tim yunior Leverkusen SC setelah lolos dari uji coba perekrutan klub.
Andre yang akhirnya berhasil mendapatkan kontrak Raynaldi merasa sangat senang, lagi pula sebagai orang yang pernah bermain di klub yang sama dengan Fillipe Nesta dia benar-benar merasa bahwa Raynaldi sangat mirip dengannya. Penemuan pemain ini juga akan membuat klub memiliki penyerang masa depan mengingat penyerang utama klub sekarang sudah berusia lebih dari 30 tahun.
Setelah semua prosedur diselesaikan, akhirnya Andre dan penerjemahnya meninggalkan Rumah Raynaldi setelah berpamitan dengan Raynaldi dan keluarganya. Sementara itu, Raynaldi yang melihat Andre meninggalkan rumahnya merasa bersemangat dengan masa depannya.
Seminggu kemudian, Anita dan Raynaldi disibukan untuk mengurus keperluan Raynaldi untuk menetap di luar negeri. Anita membantu mengurus Pasport dan Visa Pelajar bagi Raynaldi dan juga menghubungi sepupu jauhnya yang sekarang menetap di Jerman. Selain itu, Anita juga menyiapkan Pasport dan Visa Liburan untuk dirinya dan putrinya Lisa, setelah memutuskan untuk menemani putranya agar lebih mudah beradaptasi di luar negeri.
Setelah semua persyaratan untuk pergi ke luar negeri selesai, Anita langsung menghubungi Andre untuk menentukan waktu keberangkatan mereka ke Jerman. Setelah beberapa saat berkomunikasi, akhirnya diputuskan bahwa mereka akan berangkat ke Jerman, tanggal 15 Februari 2007. Selain itu, pihak Leverkusen SC juga berniat membayar tiket pesawat untuk Anita dan putrinya sebagai tanda ketulusan klub untuk Raynaldi.
. . . .
15 Februari 2007, Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia. Anita, Raynaldi, Lisa dan Andre bertemu di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
“Bagaimana perasaan mu Ray? Apakah kau bersemangat untuk pergi keluar negeri?” Andre berbicara dalam Bahasa Inggris yang cukup fasih.
“Sebenarnya saya, merasa agak gugup Tuan Andre.” Raynaldi menjawab dengan Bahasa Inggris yang juga cukup fasih.
“Tidak perlu gugup, bagaimana pun juga ini pertama kalinya kau pergi ke tempat yang jauh... hahaha...” Andre menenangkan Raynaldi sambil tertawa.
“Iya, Ray. Kau hanya perlu menikmati pengalaman pertama mu terbang ke luar negeri dengan pesawat.” Anita juga menenangkan Raynaldi yang terlihat gugup.
Raynaldi hanya mengangguk mendengarkan nasehat mereka, tapi dia masih merasa gugup karena ini kali pertama dia pergi ke tempat yang begitu jauh. Saat Raynaldi merasa gugup, adiknya Lisa menarik kaosnya sambil menatapnya dengan mata yang polos.
“Ada apa Lisa? Apa kau mau mengatakan sesuatu pada kakak?” Raynaldi menunduk dan membuat tingginya sejajar dengan Lisa.
“Kakak tidak perlu gugup, karena Lisa akan menemani kakak juga.” Ucap Lisa sambil meletakan kedua tangannya di pinggul dan memasang wajah bangga yang malah terlihat sangat lucu.
Anita, Raynaldi, dan Andre tertawa lepas saat melihat tingkah lucunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kaylha✌️✌️
okee
2022-08-17
0
👑VIP👑
Up up
2022-04-15
1
Ompong Tengah 💤
Kepintaran anda terlihat dari seberapa bagusnya nilai raport anda wau
2022-04-06
0