20 Februari 2007, Koln, Jerman.
Sudah sekitar tiga hari sejak Raynaldi dan keluarganya datang ke Jerman. Saat ini mereka menetap di rumah sepupu jauh Anita yang merupakan keturunan Indonesia-Jerman bernama Leona Schmidt. Ibu dari Leona adalah adik bungsu dari kakek Raynaldi, jadi mereka masih bisa dibilang kerabat sedarah.
“Anita, ini benar-benar mengejutkan ku. Aku tidak menyangka kalau keponakan kecil ku bisa menarik pencari bakat Leverkusen SC.” Leona memiliki sifat yang riang mengingat usianya baru 22 tahun.
“Sebenarnya aku juga tak mengira akan ada kejadian seperti ini. Jujur saja aku masih merasa aneh saat mendeengar evaluasi mereka tentang kemampuan Ray.” Anita menggelengkan kepalanya saat mengingat hari itu.
“Iya, lagi pula siapa yang akan berpikir seorang pencari bakat yang sedang berlibur malah menemukan seorang anak yang menurutnya berbakat dalam sepak bola.” Leona mengangguk pelan.
Beberapa saat kemudian terdengar pintu terbuka, dan seorang anak lelaki dengan pakaian kotor sambil memegang bola sepak memasuki ruang makan. “Selamat pagi, bu, Bibi Leona.” Anak itu tak lain adalah Raynaldi.
“Bocah kecil, apa kau panggil aku tadi? Sudah ku bilang untuk memanggil ku Kakak Leona!” Leona pura-pura marah dan mulai menarik pipi Raynaldi.
“M-m-maaf, bi- ah- maksyud kuu Kaaak Leeonuaa.” Raynaldi yang pipinya dimainkan Leona menjawab dengan tidak jelas.
“Hm... hm... baguslah kalau kau tau...” Leona mendengus dan tersenyum bangga.
“Haish... kalian berdua ini...” Anita menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah mereka berdua.
“Ray, bukankah kau akan ada uji coba besok? Sebaiknya kau beristirahat dengan baik hari ini, dan jangan terlalu banyak bermain sepak bola.” Anita menasihati Ray.
“Baik, bu. Aku akan pergi mandi dulu.” Raynaldi bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh debu dan keringat..
. . . . .
21 Februari 2007, Haberland Stadion, Leverkusen, Jerman.
Raynaldi dan keluarga berangkat dari Koln yang berjarak sekitar 15 km dari Leverkusen. Jarak ini tidak terlalu jauh dan mengingat lalu lintas jerman yang agak lenggang perjalanan hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam.
Saat ini Raynaldi sedang berada di stadion pemuda milik Leverkusen SC, Haberland Stadion. Di dekatnya juga ada tiga orang lain yang akan mengikuti uji coba untuk bergabung dengan tim yunior Leverkusen SC.
Tak lama berselang, Andre Thomas masuk ke dalam stadion bersama dengan dua orang lainnya. “Semuanya, perkenalkan nama saya Andre Thomas, Kepala Pencari Bakat Leverkusen SC. Dan yang bersama saya adalah Timo Mayer dan Tony Wener yang masing-masing adalah pelatih kepala dan asisten pelatih dari tim yunior Leverkusen SC.” Andre memperkenalkan dirinya dan dua orang lainnya.
“Sekarang, kalian akan mengikuti seleksi tim yunior Leverkusen SC. Masing-masing dari kalian akan dimasukan ke dalam tim yunior sesuai dengan posisi kalian masing-masing, lagu tim yunior akan dibagi menjadi dua sisi, yaitu tim merah dan tim hitam. Saya harap kalian bisa menunjukan kemampuan terbaik kalian disini.” Andre menjelaskan uji coba secara ringkas.
Setelah itu ada 18 anak-anak lain yang memasuki stadion dengan seragam Leverkusen SC, mereka tak lain adalah anggota Leverkusen SC Youth yang berlaga di Kejuaran Pemuda Jerman. Setelah beberapa saat penjelasan akhirnya tim dibagi menjadi dua sesuai dengan arahan Timo Mayer dan Tony Wener.
Raynaldi dan seorang anak kulit hitam, bernama Victor Ogbona bergabung dengan Tim Hitam. Sebelumnya Raynaldi sudah mengenal ketiga orang yang mengikuti uji coba bersamanya dan Victor adalah seorang seorang Gelandang Bertahan dengan kewarganegaraan ganda Republik Demokratik Kongo dan Jerman. Sementara Raynaldi sendiri diposisikan sebagai Penyerang Tengah sesuai dengan permintaan Andre.
Sebenarnya Tim Hitam yang dibela Raynaldi, sebagian besar anggotanya adalah penghuni bangku cadangan Leverkusen SC Youth jadi bisa dibilang komposisi pemain Tim Hitam lebih lemah daripada Tim Merah. Namun mengingat ini hanyalah tim pemuda, jaraknya pasti tidak terlalu banyak.
Setelah mengatur posisi dan strategi permainan untuk masing-masing tim, Andre yang menjadi wasit dalam pertandingan uji coba ini meniup peluit tanda dimulainya pertandingan uji coba Leverkusen SC Youth.
Raynaldi menendang bola kick-off kemudian mulai bergerak ke depan. Tim Hitam dengan tenang memainkan ritme bola seperti yang diminta pelatih, bola bergerak ke depan secara perlahan dengan kontrol dan umpan yang baik dari gelandang Tim Hitam. Setelah bola berkeliaran di lini tengah selama beberapa menit, Victor Ogbona yang melihat posisi berlari Raynaldi mengirim umpan terobosan ke kotak penalti Tim Merah.
Raynaldi melihat bola datang ke arahnya, menghentikan bola dengan satu sentuhan kaki kirinya lalu menggesernya ke kanan dengan pelan dan melewati bek terakhir Tim Merah. Tanpa ragu Raynaldi berlari ke kotak penalti dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper Tim Merah.
Setelah melihat posisi gawang sebentar, Raynaldi menendang bola dengan tenang ke sudut jauh gawang. Kiper Tim Merah mencoba meraih bola tapi sayangnya dia terlambat satu Langkah, dan bola dengan pelan menggelinding masuk ke dalam gawang.
Raynaldi yang melihat bola masuk ke gawang langsung melompat dan berteriak bahagia. “Goooaal” Raynaldi berlari ke sudut lapangan sebelum dijatuhkan rekan satu timnya.
“Gol yang hebat Ray.” Victor Ogbona memberi selamat pada Raynaldi sembari tersenyum dan memperlihatkan gigi putihnya yang sangat kontras dengan warna kulitnya.
“Terimakasih Victor. Umpan mu juga luar biasa.” Raynaldi merangkul teman satu timnya sambil merayakan gol mereka.
Setelah perayaan Tim Hitam selesai, pertandingan dilanjutkan dengan kick-off dari Tim Merah. Kali ini giliran Tim Merah yang menguasai bola, mereka menggunakan umpan-umpan pendek untuk mengacaukan pertahanan Tim Hitam. Tak perlu menunggu lama, bola berhasil mencapai kotak penalti Tim Hitam, namun sayangnya penyerang Tim Merah terlalu terburu-buru dan tendangannya melambung tinggi diatas mistar gawang.
Setelah itu tidak ada peluang yang muncul, baik dari Tim Hitam maupun Tim Merah dan pertandingan babak pertama berakhir dengan keunggulan sementara Tim Hitam 1-0.
“Andre, orang yang kau bawa kali ini cukup menarik. Meskipun, kemampuan teknis dan fisiknya tidak terlalu menonjol tetapi kemampuannya untuk mengonversi peluang menjadi gol benar-benar luar biasa.” Timo Mayer mengomentari penampilan Raynaldi.
“Timo, bukankah aku sudah mengatakannya sebelumnya? Dia mengingatkan ku pada Fillipe.” Andre menjawab komentar Timo Mayer dengan bangga.
“Yah, awalnya aku tak percaya saat kau mengatakannya. Lagi pula sebagai pensiunan pemain sepak bola dan seorang pelatih, aku tahu kalau seseorang seperti Fillipe Nesta adalah anomali di dunia sepak bola.” Timo Mayer menghela nafas pelan.
“Aku tahu bagaimana perasaan mu, lagi pula Fillipe selalu terlihat biasa-biasa saja diluar pertandingan resmi. Dia tidak punya keunggulan dalam hal apa pun selain kemampuannya menembak dan mencetak gol.” Andre yang pernah bermain di klub yang sama dengan Fillipe Nesta.
“Baiklah, sudah cukup nostalgianya. Mari kita lanjutkan pertandingan uji coba ini.” Tony Wener menghentikan percakapan mereka berdua dan mengingatkan untuk melanjutkan pertandingan uji coba.
Timo dan Andre akhirnya hanya tertawa kecil dan memanggil para pemain untuk melanjutkan pertandingan uji coba.
Saat babak kedua baru saja mulai, Raynaldi kembali mendapatkan kesempatan di kotak penalti. Dia dengan tenang mengecoh bek tengah lawan dan membuka ruang disebelah kanan kotak penalti, lalu menendang bola dengan keras.
Kiper Tim Merah yang tidak siap dengan tendangan Raynaldi terlambat beraksi dan gagal menghentikan tembakannya. Skor akhirnya berubah 2-0 untuk keunggulan Tim Hitam, pertandingan dilanjutkan dengan saling serang antar kedua tim, tetapi skor akhir tetap tidak berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ahmad Najih
mirip gua dapet bola langsung gol karna ga ada kiper
biasanya kadang gak gol juga karna gak ada gawang 🙂
2023-05-28
1
Kai
Reynaldi mengingatkan ku pada young messi
2022-09-29
0
Kaylha✌️✌️
wow
2022-08-17
0