Saat sampai di depan kompleks perumahan Arya, Cantika meminta Pak Rohim menghentikan mobilnya.
"Maaf Ayah saat ini aku belum bisa memperkenalkan Ayah pada Arya, dan di rumah itu juga ada Bi asusi yang sudah seperti Ibu bagi Arya. Aku perlu mencari waktu yang tepat untuk bisa memberi tahu semuanya kepada mereka." Kata Cantika dengan hati-hati agar tidak menyinggung Pak Rohim.
"Tidak masalah Nak, beranikanlah dirimu untuk menceritakan segalanya pada Arya. Ayah yakin dia akan mengerti situasimu."
"Iya Ayah, assalamu'alaikum." Cantika memberi salam pada Pak Rohim sambil mencium punggung tangannya.
"awa'alaikumussalam Nak." Pak Rohim merasa seperti bermimpi, bahkan mengetahui dulu istrinya sedang mengandung pun tidak tapi sekarang berdiri seorang gadis solehah di depannya." apak Rohim memandangi Cantika yang berjalan ke dalam kompleks sampai Cantika menghilang dari pandangannya.
Setelah meninggalkan area kompleks Arya, Pak Rohim mengarahkan mobilnya ke rumah lamanya. Rumah dimana dia dan Ibu Cantika pernah menikmati kebahagiaan selama sebulan, rumah tempat putrinya lahir dan tumbuh.
Pak Rohim melihat di gerbang rumah itu tertulis kalau rumah itu milik Bank.
"Berarti rumah ini belum ada yang beli, kalau begitu aku akan menebusnya." Pak Rohim tidak bisa merelakan rumah yang penuh kenangan itu lepas darinya dan Cantika.
Pak Rohim langsung menuju Bank dan menebus rumah itu lagi atas nama Aisyah Cantika.
Sesampainya di rumah Cantika kaget melihat Arya yang biasanya pulang malam sudah ada di rumah dan mengobrol santai di sofa dengan Bi Susi.
"Tumben pulang siang Ar." Kata Cantika lalu duduk di sebelah Bi Susi.
"Aku tidak punya pasien dan jika ada disana juga ada banyak dokter hebat. Aku kangen suasana makan siang di rumah jadi aku pulang. Oh ya kamu dari mana kata Bi Susi kamu hanya bilang mau keluar dan tidak memberi tahu kemana."
"Mungkin kedepannya aku akan lebih sering keluar, aku mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan percetakan."
"Kenapa kamu harus bekerja apa kamu merasa kekurangan disini?" Tanya Arya.
"Tidak, aku sangat tercukupi disini. Tapi aku ingin mandiri, meski gaji yang ku dapat tidaklah besar tapi setidaknya itu hasil dari kerja kerasku sendiri." Cantika merasa bersyukur Arya tidak bertanya apa pekerjaannya kalau tidak entah berapa banyak kebohongan yang akan Cantika beri pada Arya. Tidak, Cantika harus mencari waktu untuk mengatakan semuanya pada Arya.
Arya masih tidak mengerti kenapa Cantika mau bekerja tapi Bi Susi sudah mengatakan.
"Iya Nak Arya, Nak Cantika juga butuh ruang untuk dirinya. Kita tidak bisa terus menahannya di dalam rumah. Biarkan dia bekerja."
"Baiklah tapi ingat jika kamu lelah dari pekerjaanmu kamu berhenti saja aku masih sanggup menghidupimu."
Perkataan Arya yang kecoplosan membuat Cantika malu dan berpikir kenapa Arya harus menghidupinya apakah mereka suami dan istri?
Bi Susi malah menggeleng sambil tersenyum mendengar perkataan Arya.
Arya yang baru menyadari perkataannya langsung gugup dan menjelaskan. "Tidak, bukan begitu maksudku, a.. aku hanya tidak tega melihat Cantika kecapek'an sedang aku sebagai sahabat masih bisa membantunya."
"Benarkah? bukan karena kamu memang mau hidup selamanya dengan Nak Cantika?" Goda Bi Susi yang membuat Arya dan Cantika merasa canggung.
"Aku akan menyajikan makanan." Kata Cantika sambil memasuki dapur menghindari kecanggungan tadi.
"Lihat dia begitu malu, ayolah ungkapkan perasaanmu padanya Bibi yakin dia juga mencintaimu." Kata Bi Susi pada Arya.
"Pasti, aku pasti akan segera mengungkapkan perasaanku padanya."
Arya memutuskan akan mencari waktu untuk menyatakan cintanya pada Cantika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments