Keesokan harinya Cantika berniat mencari alamat yang dia temukan semalam tapi tiba-tiba saja Pak Rohim menelponnya dan mengatakan kalau hari ini ada pertemuan khusus di kantor penerbitan novelnya dan Cantika juga harus menghadirinya.
Cantika memutuskan menghadiri pertemuan itu agar tidak mengecewakan Pak Rohim.
asesampainya di kantor Cantika dikelilingi oleh banyak reporter.
"Benarkah anda sang penulis legendaris itu? katakan pada kami sedikit tentangmu para pembaca novel memeluk islam sangat penasaran tentangmu." Para reporter terus bertanya pada Cantika dan membuat Cantika kebingungan.
"Maaf tolong beri jalan, hari ini kami semua ada pertemuan tertutup dan tidak bisa diwawancarai dulu." Kata Pak Rohim lalu membawa Cantika masuk ke dalam kantor.
Di dalam pertemuan itu pemilik kantor penerbitan novel meminta para penulis yang hadir mengungkapkan pendapatnya tentang lomba menulis novel yang akan di adakan minggu depan dengan tema "Islam Itu Indah".
"Bagaimana apa ada di antara kalian yang bersedia mengikuti lomba ini?" Tanya Pak Saeful selaku pemilik kantor.
Semua orang saling memandang, mereka sangat ingin mengikuti lomba tersebut tapi lomba itu akan diadakan minggu depan dan novelnya harus selesai sekurangnya 20 bab sebagai syarat untuk mengikuti lomba saat waktu perlombaan di mulai agar para juri dapat menentukan siapa yang akan maju ke babak selanjutnya dan akan mendapatkan kesempatan membukukan tulisannya tersebut. Jadi jika ingin ikut mulai saat ini sudah harus menulis dan itu hanya mempunyai waktu seminggu, siapa yang mampu menulis novel sebanyak 20 bab dalam waktu yang begitu singkat dengan tema yang telah di tentukan, karena biasanya penulis bisa menulis dengan cepat jika tema dan gaya cerita dia sendiri yang tentukan.
Melihat semua penulis diam saja Pak Saeful berkata.
"Saya mohon di antara kalian harus ada yang mengikuti lomba ini, ini demi nama baik kantor dan juga demi kemajuan kita semua."
"Maaf Pak tapi mustahil bagi kami menyelesaikan novel dalam seminggu. Kami bahkan belum menentukan kerangka ceritanya, dan jika kami sudah menentukan kerangkanya tetap membutuhkan waktu setidaknya sebulan untuk menyelesaikan 20 bab ke atas."
Kata salah satu penulis yang hadir.
Melihat semua orang kebingungan Cantika berkata.
"In syaa Allah saya bersedia, saya akan berusaha menulis lebih dari 20 bab sebelum waktu pengumpulan berakhir."
Semua penulis yang hadir melihat ke arah Cantika, ada yang merasa terkesan atas keberanian Cantika dan ada juga yang meremehkan dalam hati berpikir dirinya saja yang sudah lama bergabung dengan perusahaan penerbitan novel ini tidak mampu bagaimana mungkin Cantika yang baru saja bergabung bisa melakukannya.
Tapi Pak Saeful dan Pak Rohim merasa sangat kagum dengan Cantika, mereka yakin Cantika sungguh mampu karena melihat dari karya Cantika yang luar biasa yang baru mereka terbitkan.
"Kalau begitu terima kasih dan kami berdoa semoga kamu berhasil. Kamu hanya perlu menulis setidaknya 20 bab dan tentang pendaftaran dan yang lainnya perusahaan yang akan mengurusnya, fokus saja dengan tulisanmu." Kata Pak Saeful.
"Terima kasih atas doanya saya akan berusaha dengan baik. Kalau begitu saya permisi dulu." Kata Cantika.
"Biarkan saya mengantar kamu." Kata Pak Rohim.
"Tidak usah Pak saya tidak bisa merepotkan Bapak."
"Tidak merepotkan, ayo!"
"Baiklah."
Pak Rohim mengantar Cantika pulang. Meski Pak Rohim tidak tahu dimana rumah Cantika tapi Pak Rohim tahu Cantika tinggal di kompleks dekat cafe yang pernah mereka tempati bertemu pertama kalinya.
"Bisa berhenti di depan sebentar Pak?"
Pak Rohim langsung menghentikan mobilnya.
Cantika turun dan kembali dengan membawa bunga mawar putih.
"Kamu menyukai mawar putih?"
Tanya Pak Rohim dengan pandangan terarah fokus pada mawar putih di tangan Cantika.
"Ini untuk Ibuku, sewaktu beliau masih hidup beliau sangat menyukai mawar putih jadi setiap melihat mawar putih aku teringat padanya." Cantika teringat Ibunya yang sangat menyukai mawar putih.
Pak Rohim justru teringat dengan wanita masa lalunya.
"dulu aku juga selalu membeli mawar putih setiap melihatnya."
"Oh ya? Bapak juga menyukai mawar putih?"
"Tidak, bukan aku tapi seseorang dalam hidupku." Pak Rohim seperti kembali ke masa lalu, dia teringat kenangannya saat bersama mantan istrinya.
"Kalau begitu ini, berikan padanya." Kata Cantika lalu memberikan setangkai mawar putih pada Pak Rohim.
"Tidak, kami sudah berpisah lama sekali."
"Oh maaf."
Cantika merasa tidak enak hati karena membuka masa lalu Pak Rohim yang mungkin ingin dia lupakan.
Saat sampai di dekat pemakaman umum Cantika meminta Pak Rohim berhenti lagi.
"Bapak tidak keberatankan kalau aku mampir di makam Ibuku dulu?"
Tanya Cantika merasa tidak enak hati karena telah menyita banyak waktu Pak Rohim.
"Tentu tidak, aku juga akan menemanimu untuk mendoakan Ibumu bolehkan?"
Tanya Pak Rohim, entah kenapa dia merasa ingin sekali melihat makam Ibu Cantika.
"Tentu boleh, selama Ibuku tiada sedikit sekali yang datang menziarahi kuburnya.
Hanya aku dan sahabat baikku. Bahkan saudara Ibuku yaitu Pamanku sendiri tidak pernah mengunjungi kubur Ibuku."
Kata Cantika, entah kenapa dia ingin berbagi kisahnya pada pria paruh baya yang belum lama dia kenalnya itu.
Pak Rohim merasa kasihan dengan Cantika, gadis yang baik dan penuh semangat tapi kini hidup sendiri tanpa keluarga.
"Oh ya kamu kesini untuk menziarahi kubur Ibumu lalu Ayahmu?" Tanya Pak Rohim yang membuat Cantika bingung harus menjawab apa.
"Aku tidak pernah melihat awyahku." Kata Cantika lirih.
"Kenapa dan dimana dia?" Tanya Pak Rohim penasaran.
"Entahlah ceritanya sangat panjang, bahkan sampai Ibuku menghembuskan nafas terakhirnya beliau tidak menceritakan apa pun tentang Ayah padaku, sudahlah aku pasti akan menemukannya mungkin sebentar lagi."
Kata Cantika, dia ingat dengan alamat yang dia temukan kemarin malam.
Pak Rohim semakin penasaran dengan kisah Cantika dan Ibunya tapi dia tidak enak bertanya banyak.
"Ibu lihat Cantika bawa bunga kesukaan Ibu." Kata Cantika lalu duduk dan meletakkan mawar putih di atas kubur Ibunya.
Melihat tanda salip di atas kubur Ibu Cantika Pak Rohim tidak heran karena dia sudah tahu Cantika seorang muallaf. Tapi melihat nama yang tertulis disana dia bergetar.
"Alisa Kristiani!" Pak Rohim menggumamkan nama Ibu Cantika.
Lalu Pak Rohim membaca tanggal lahir yang tertulis disana dan Pak Rohim semakin gemetar.
"Cantika, nama Ibumu Alisa Kristiani? apa rumah kalian di jalan anggrek no 46 di samping sebuah gereja tua yang sudah tak terpakai?" Tanya Pak Rohim dengan tubuh bergetar.
Cantika merasa kaget kenapa Pak Rohim bisa tahu alamat rumah lamanya.
"i iya, tapi..." Belum selesai Cantika berbicara Pak Rohim lansung memeluknya.
"Katakan tanggal lahirmu apa sekitar tahun 2003?" Tanya Pak Rohim dengan mata basah.
"Iya 01 januari 2003." Jawab Cantika semakin heran dengan Pak Rohim.
"Putriku." Kata Pak Rohim sambil memeluk Cantika. "Aku, aku Ayahmu Nak. Maafkan Ayah, Ayah tidak tahu kalau saat Ayah meninggalkan Ibumu dia sedang mengandung. Maafkan Ayah, maafkan Nak maafkan Ayah." Pak Rohim menangis memeluk Cantika, dia sungguh tidak menyangka kalau wanita yang dia ceraikan karena perbedaan agama sedang mengandung anaknya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Allynda Shelly
ya gini sat set was wes
2022-08-22
1
Endah Sri yatniarsih
Alhamdulillah akhirnya Cantika bs bertemu dgn ayah kandungnya
2022-07-24
1