Tak terasa sebulan sudah berlalu sejak pertama kali novel Cantika diterbitkan.
Sudah ada ratusan pembaca yang telah membaca novel tersebut.
Semua penggemar novel Cantika meminta pihak penerbit untuk memperkenalkan siapa sebenarnya penulis novel yang begitu mengguncang tersebut.
Pihak penerbit sudah mulai kewalahan menangani para penggemar yang bahkan datang ke kantor penerbitan novel Cantika. Mereka memaksa ingin bertemu secara langsung dengan penulis yang sudah menggerakkan hati banyak orang untuk lebih mendalami agama islam.
"Pak Rohim tolong bicaralah pada penulis novel itu dan minta dia datang. Aku tidak bisa menangani para penggemarnya yang memaksa bertemu dengannya." Kata pemilik tempat penebitan novel tersebut pada Pak Rohim.
Pak Rohim melihat keluar yang sedang berdiri puluhan penggemar novel Cantika.
Cantika yang baru saja selesai membantu Bi Susi di dapur melihat banyak panggilan tak terjawab dari Pak Rohim di handponenya langsung menelpon balik Pak Rohim.
"Halo, assalamu'alaikum ada apa Pak? maaf tadi saya tidak melihat panggilan Bapak." Kata Cantika saat teleponnya tersambung.
"Wa'alaikumussalam, begini Nak Cantika. Di depan kantor sedang berdiri banyak penggemar novel Nak Cantika dan mereka meminta bertemu dengan Nak Cantika." Jelas Pak Rohim.
Cantika kaget dengan perkataan Pak Rohim. Dia tidak pernah berpikir kalau novelnya terbit akan ada banyak orang yang akan penasaran dengan penulis novel tersebut.
"Terus bagaimana Pak?"
"Tolong Nak datanglah dan temui mereka."
"Tapi Pak aku tidak siap bertemu orang banyak."
"Bapak mohon Nak. Seandainya kami bisa menanganinya kami pasti tidak akan meminta Nak Cantika untuk datang."
Begitulah percakapan Cantika dan Pak Rohim.
Cantika sangat bimbang sekarang. Haruskah dia menemui para penggemarnya tapi kalau dia kesana apa yang akan terjadi, disana pasti sudah ada reporter yang menunggu. Cantika tidak mau membuka identitasnya saat ini. Tapi jika dia kesana sudah pasti identitasnya akan terbongkar karena novelnya jelas menceritakan tentang islam. Cantika harus mencari cara agar penggemarnya mau bubar dari sana tanpa harus membuka identitasnya. Tapi Cantika tidak tahu caranya.
"Halo Nak Cantika apa kamu mendengar Bapak?" Tanya Pak Rohim karena tidak mendengar suara Cantika.
"Iya Pak, baiklah saya akan kesana tapi dengan syarat." Kata Cantika setuju.
"Syarat apa Nak?" Tanya Pak Rohim.
"Bapak harus membantuku menyembunyikan identitas asliku. Nama penaku Aisyah C jadi tolong bapak memanggilku dengan panggilan Aisyah saja." Kata Cantika, dia mendapatkan ide. Dia menggunakan cadar, jika dia tidak mengatakan nama aslinya pasti orang-orang tidak akan mengenalinya. Lagi pula penggemarnya juga merupakan orang islam yang sama sekali belum pernah dia kenal, dan jika ada reporter disana, identitasnya juga akan tetap terjaga dengan nama Aisyah yang dia gunakan.
"Baiklah Nak, Bapak akan menyembunyikan identitas aslimu." Kata Pak Rohim.
"Bi, aku pamit keluar sebentar ya." Kata Cantika pada Bi Susi.
"Tidak, jika Nak Cantika mau keluar Bibi harus ikut." Bi Susi trauma dengan kejadian sebulan lalu saat Rika menculiknya.
Cantika kebingungan bagaimana caranya agar dia bisa keluar tanpa ditemani Bi Susi.
"Tidak pelu Bi, aku mau ke makam ibuku dan akan cepat kembali. Aku janji, lagian Rika tidak akan berani menyakitiku lagi setelah Arya membuatnya kapok waktu itu." Iya ,setelah penculikan Cantika esoknya Arya membuat pelajaran pada Rika yang tidak akan pernah bisa Rika lupakan.
"Lagian Paman dan Bibi juga sudah berjanji akan selalu mengawasi Rika." Lanjut Cantika.
"Baiklah tapi janji cepat pulang." Bi Susi juga merasa tidak perlu khawatir terlalu berlebihan, lagi pula Cantika juga butuh kebebasan.
Cantika naik taksi menuju kantor penerbit novelnya.
Sekitar sepuluh meter sebelum sampai kantor, Cantika turun dari taksi.
Dia masuk ke sebuah toilet umum dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang belum pernah dia pakai agar Arya atau orang yang mengenalnya tidak dapat mengenalinya jika saja melihatnya.
Setelah mengganti pakaian Cantika langsung berjalan ke arah kantor. Disana dia melihat banyak orang yang sedang menunggunya, termasuk Pak Rohim.
"Itu dia penulis novel kita Aisyah." Kata Pak Rohim lalu menghampiri Cantika.
Semua orang terpanah dengan kedatangan Cantika, dia seperti bidadari saat ini. Dengan pakaian putih yang panjang dan cadar putih yang membuatnya terlihat sangat cantik dan berkilau.
"Wah dia Aisyah, Aisyah aku mencintaimu." Teriak para penggemar Cantika.
"Semuanya aku mohon jaga jarak, biarkan Aisyah lewat." Kata Pak Rohim dan membantu Cantika membuka jalan.
"Tolong berikan sepatah kata untuk kami semua disini." Kata seorang reporter pada Cantika.
Pak Rohim khawatir jika Cantika tidak akan bersedia, itu tidak akan baik dan akan membuat penggemarnya kecewa.
Tapi Cantika setuju dan berdiri dengan tenang dihadapan semua orang.
"Baiklah, assalamu'alaikum sahabat islam." Sapa Cantika pada semua orang.
"Wa'alaikumussalam." Jawab semua orang secara serentak.
"Aku akan memperkenalkan sedikit tentangku dan alasan aku menulis novel memeluk islam. Namaku Aisyah, dan aku penulis novel memeluk islam. Awalnya aku menulis hanya untuk sekedar mengisi waktu luangku saja. Tapi setelah tulisan itu selesai aku berpikir untuk membaginya dengan semua orang agar orang-orang dapat terinspirasi sepertiku dan bisa lebih memahami pentingnya belajar islam. Islam itu sangat indah, dia seperti mentari pagi yang menyelimuti kita dengan hangat.
Aku hadir disini untuk mengucapkan terima kasih pada kalian semua yang telah mendukung dan mencintai tulisanku. Aemoga kita semua dapat memetik hikmah di dalamnya. Aamiin."
Kata Cantika sambil tersenyum.
Semua orang semakin terpanah dengan kelembutan suara Cantika.
"Baiklah, aku rasa sekarang kalian sudah puas. aaku mohon kembalilah karena Aisyah masih punya urusan." Pak Rohim sangat khawatir jangan sampai ada penggemar yang mengajukan pertanyaan yang akan menyulitkan Cantika.
"Aisyah apa kamu tinggal di kota ini? atau kamu tinggal di daerah ini? dimana asalmu?" Tanya salah satu penggemar disana.
"Maaf kami tidak bisa menjawab hal pribadi." Kata Pak Rohim lalu membawa Cantika masuk ke dalam kantor.
Meski agak kecewa tapi para penggemar merasa puas karena telah melihat penulis novel kesukaan mereka.
Setelah semua orang bubar Cantika juga pamit pada Pak Rohim dan pemilik penerbitan disana.
"Sekali lagi terima kasih, anda sudah mau hadir hari ini." kata pemilik penerbitan novel tersebut.
"Sama-sama Pak itu sudah tugas saya, kalau begitu saya mohon pamit assalamualaikum." Cantika berpamitan lalu berjalan keluar tapi di susul oleh Pak Rohim.
"Aku akan mengantarmu." Kata Pak Rohim.
"Terima kasih tapi tidak perlu Pak, aku sudah memesan taksi." Cantika merasa ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Pak Rohim, seperti ada sesuatu yang membuatnya merasa dekat dengan Pak Rohim tapi dia tidak tahu apa itu.
"Baiklah kalau begitu hati-hati." Begitu pun dengan Pak Rohim, dia merasa sangat dekat dengan Cantika. Seperti ada yang mengikat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Endah Sri yatniarsih
Mungkinkah pak Rohim ayah kandung Cantika
2022-07-24
2