Sebelum Cantika pulang dia singgah di toilet umum tadi untuk mengganti pakaiannya lagi.
"Berhenti Pak, tolong tunggu sebentar aku mau ke makam Ibuku." Kata Cantika pada supir taksi.
"Bu aku sangat merindukanmu. Aku mohon Bu beri aku petunjuk dimana aku bisa menemukan aayah." Kata Cantika di hadapan kubur Ibunya, dia sudah berusaha mencari Ayahnya tapi belum juga menemukan titik terang.
Setelah mendoakan Ibunya Cantika langsung pulang ke rumah Arya.
Saat sampai di rumah hari sudah siang dan menunjukkan waktu sholat dzuhur.
Cantika langsung ke kamarnya dan sholat, setelah itu Cantika masuk ke dapur.
"aeh Nak Cantika sudah pulang, syukurlah." Kata Bi Susi yang baru pulang dari supermarket.
"Iya Bi, Bibi dari belanja ya?"
"Iya Nak Bibi dari supermarket membeli bahan makanan."
"Kalau begitu ayo Cantika bantu Bibi menyiapkan makan malam."
Cantika dan Bi Susi menyiapkan makan malam bersama layaknya seorang Ibu dan puteri kandungnya.
Saat makanan selesai disajikan Arya juga sudah pulang dari rumah sakit.
Arya menatap Cantika, dia ingin mengajak Cantika pergi ke rumah sakit bersamanya besok. Arya sudah mendiskusikan tentang masalah wajah Cantika bersama tim bedah wajah tadi sore dan mereka sepakat mengoperasi wajah Cantika namun sebelumnya mereka harus memeriksa separah apa luka di wajah Cantika.
Tapi Arya bingung bagaimana caranya memulai percakapan, sungguh dia takut membuat Cantika merasa sedih dan tersinggung.
"Can, aku boleh ngomong sesuatu ngak?"
Akhirnya Arya memberanikan diri bertanya pada Cantika.
"Hah? ya ngomong saja, kenapa kamu harus bertanya seperti kita orang asing saja." Kata Cantika.
"Apa kamu bisa ikut ke rumah sakit denganku besok?" Tanya Arya.
"Buat apa?" Cantika merasa heran dengan Arya yang tiba-tiba mengajaknya ke rumah sakit.
"Sebenarnya bulan lalu aku bertanya dengan tim spesialis bedah wajah di rumah sakit tentang cara mengatasi luka di wajahmu dan tadi sore kami sudah berdiskusi dan memutuskan untuk mengambil tindakan operasi plastik padamu. Tapi untuk itu kami harus memeriksa seberapa parah luka di wajahmu. Apa kamu bersedia ikut denganku untuk menjalani pemeriksaan supaya kami bisa lebih cepat menjalankan operasi untukmu?" Kata Arya yang membuat Cantika dan Bi Susi hampir tersedak.
Cantika dan Bi Susi saling menatap, dalam hati Bi Susi merasa khawatir dengan Cantika dan juga merasa tidak enak hati pada Arya karena dia membantu Cantika menutupi rahasia Cantika.
Cantika merasa bingung saat ini, dia tidak tahu harus berkata apa.
"Aku mohon Can, operasi ini sangat aman dan terjamin berhasil." Kata Arya, dia mengira Cantika diam karena merasa takut di operasi.
"Tapi Ar, aku belum siap ini terlalu tiba-tiba." Ucap Cantika pelan, dia tidak punya alasan saat ini.
"Percayalah padaku kamu akan baik-baik saja dan bahkan aku sendiri yang akan menjalankan operasimu bersama tim yang lain, aku pastikan semua aman."
Arya terus membujuk Cantika, dia sangat berharap Cantika setuju.
"Nak Arya berikan Nak Cantika waktu untuk mempersiapkan diri. Ini memang sangat tiba-tiba jadi tentu saja dia belum siap." Bibi Susi tidak tega melihat situasi Cantika dan memutuskan membantu Cantika menghindari operasi tersebut saat ini.
Arya merasa kecewa saat ini, dia sudah mempersiapkan segalanya tapi dia juga mengerti ini memang terlalu tiba-tiba buat Cantika.
"Baiklah, tapi aku mohon sesegera mungkin beri tahu aku saat kamu sudah siap. Aku dan timku akan selalu siap untukmu."
Cantika hanya menganggukkan kepalanya. Jujur saja saat ini dia merasa semakin tidak enak hati pada Arya. Andai saja dia sudah bertemu Ayahnya pasti dia akan menceritakan segalanya pada Arya meski resikonya adalah di jauhi Arya. Tapi entah bagaimana dan dimana dia bisa menemukan petunjuk tentang Ayahnya.
Saat mau tidur Cantika mengambil buku diary Ayahnya. Dia membacanya dengan teliti untuk mencari apa ada sedikit saja petunjuk agar dia bisa menemukan Ayahnya. Halaman demi halaman dia baca dan hingga larut malam Cantika selesai membaca keseluruhan buku itu tapi tidak juga menemukan apa pun. Tapi saat Cantika mau menutup buku itu tiba-tiba ada ujung kertas yang muncul dari dalam sampul buku itu. Cantika mengambil kertas itu dan alangkah bahagianya Cantika ternyata kertas itu berisi sebuah alamat. Mungkin saja itu alamat Ayahnya. Cantika berdoa semoga itu benar dan dia memutuskan untuk mencari alamat itu besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments