Tia masih setia menemani Rifal yang sedang bersedih."Tiaaa" kata Rifal yang bisa di dengar oleh ku dan Satria.
Tia dia mendengar ucapan rifal meski dia tau jika rifal tidak bisa lagi melihatnya."Tiaa..aku hanya ingin minta maaf kepada mu karena janji itu kau harus meninggal dengan tragis" kata Rifal.
"Tolong maafkan aku, keinginan ku hanya satu, aku ingin engkau bisa pergi beristirahat dengan tenang di sisinya" kata Rifal.
"Aku ikhlas jika engkau pergi dari hidup ku untuk selamanya jika suatu hari nanti akan ada seorang gadis yang menggantikan mu ketahuilah satu hal jika engkau tidak akan pernah ku lupakan" kata Rifal.
"Istirahatlah dengan tenang, suatu saat nanti jika giliran ku sudah tiba aku akan menemanimu di alam sana" kata Rifal.
"Aku mohon jangan membenciku" lirih Rifal.
"Aku berharap semoga Allah menyatukan kita di surga nanti, pergilah dengan tenang aku ikhlas melepas kepergiamu" terdengar sangat sulit Rifal mengatakan kalimat terakhirnya.
Tia menangis terharu akan ucapan rifal barusan."Aku akan pergi Rifal jaga dirimu baik-baik aku tak apa jika pada akhirnya ada perempuan lain yang bisa memiliki mu yang penting kau jangan melupakan ku agar hati ku tidak sakit, selama tinggal dunia ku, aku akan pergi untuk selamanya, di atas sana aku akan terus melihat mu i love you Rifal Saputra kau lelaki pertama yang aku cintai setelah ayah ku dan kau juga lelaki terakhir yang sangat aku cintai, aku pergi ya kamu baik-baik di sini aku mencintaimu Rifal" kata Tia yang hanya bisa di dengar oleh ku seorang.
Tia memeluk Rifal untuk terakhir kalinya."Mereka saling mencintai tapi sayangnya sang pencipta tidak menyatukan mereka" batin ku.
Tia mendekati ku."Terimakasih" kata Tia tersenyum.
"Sama-sama, pergilah dengan tenang dan jangan pernah mengganggu mereka di alam sana seperti engkau mengganggu ku selama ini" jawab ku.
"Dasar sialan kau ini setelah hari ini kau tidak akan melihat ku lagi, awas kau merindukanku loh ya" kata Tia.
"Tidak akan cepat sana pergi ke alam mu" jawab ku.
"Selama tinggal sampai jumpa kembali" kata Tia menghilang dari hadapan ku untuk selamanya.
Setelah puas menangis rifal pergi meninggalkan taman ia terlihat lebih segar di bandingkan tadi."Misi berhasil hmmm ternyata berpetualang itu asik juga aku suka tantangan, mulai dari saat ini aku Mentari Mavenza bersedia membantu mereka yang tidak kasat mata" kata ku.
"Nah gitu dong kamu nanti juga bisa minta tolong sama Abang, kalau Abang ga sibuk Abang akan bangun kamu kok" jawab Satria.
"Baiklah tapi bang in syaa Allah aku bisa kok menyelesaikan masalah gaib ini sendirian Abang kerja aja cari duit yang banyak ga usah khawatir sama aku, aku kan gadis kuat ga akan takut sama mereka yang tak kasat mata ataupun manusia" kata ku
"Bagus ayo kita pulang udah mau magrib" ajak Satria.
Mentari mengekor di belakang Satria."Eh liat itu bukannya si anak miskin" tunjuk Bu Henny.
Perhatian ibu-ibu yang tengah bersantai itu tertuju kearah ku dan Satria."Mana-mana oh iya itu memang si anak miskin" jawab Bu Ani.
"Iiiih ngapain dia disini bikin kotor aja nih tempat" hina Bu Yanti.
Kami berdua tetap berjalan."Amit-amit aku punya anak miskin + ga waras kayak gitu" kata Maimun menatap jijik.
"Kagak tau malu apa mereka ada di sini" kata Bu Henny.
"Tau, kenapa ada di sini sih menganggu ketenangan aja" jawab Bu Ani.
"Kalau aku punya anak ga waras kayak gitu udah aku buang jauh-jauh ga sudi aku melahirkan anak miskin kayak Mentari itu" kata Maimun.
"Iya bikin malu aja" kata Bu Henny
"Eh orang miskin itu ga tau malu, memang seperti itulah orang miskinn itu" hina Bu Maimun.
Satria berbalik menatap tajam kearah ibu-ibu yang tidak tau dosa itu."Permisi wahai para penghuni neraka, kalau ga salah tadi saya ga sengaja dengar kalian lagi menghina saya dan adik saya ya?" tanya Satria menahan emosi.
"Anda tadi bilang apa? kami anak miskin? mengganggu ketenangan? bikin malu bukan? iya kami memang anak miskin tapi kami tau cara bersikap tidak semua yang anda sebutkan tadi itu benar" tegas Satria.
"Kami memang miskin soal ekonomi tetapi tidak dengan akhlak dan tata krama, kami tau caranya bersikap dan berperilaku meski kami terlahir dari keluarga yang tidak mampu" kata Satria.
"Jangan suka menghina orang, kita tidak tau orang yang anda hina saat ini itu bisa sukses di kemudian hari, asal anda tau takdir seseorang itu berbeda-beda meski berasal dari keluarga miskin tetapi jika dia berusaha insyaallah dia bisa sukses di masa yang akan datang" kata Satria.
"Umur anda ini sudah tua seharusnya anda bertaubat kepada Allah, anda semua ini seharusnya lebih memperbanyak menjalankan ibadah bukan malah memperbanyak dosa yang anda tunggu saat ini adalah KEMATIAN tidak lebih" kata Satria penuh penekanan.
"Malu lah masa sudah beranak-pinak masih aja suka berghibah dosa Bu..dosa apa yang anda lakukan saat ini itu akan di pertanggung jawabkan di akhirat kelak" kata Satria.
"Kamu itu anak ingusan tau apa tentang dosa" bentak Bu Yanti.
"Sok-sokan ceramahin kita" marah Bu Maimun.
"Iya saya tau saya tidak berhak menasehati anda karena umur saya lebih muda dari pada anda semua tapi kelakuan anda ini tidak bisa di benarkan kalian itu sudah tua seharusnya kalian itu melakukan kebaikan bukan malah keburukan, kalian itu jangan suka, menjelek-jelekkan orang lain, kalau ngomong itu dipikir dulu Bu, sakitt..apa yang anda keluarkan dari bibir anda itu menyakitkan, saya sebagai kakaknya Mentari saja dapat merasakannya dengan jelas apalagi adik saya yang selalu kalian hina lantaran dia anak terpintar di sekolahannya" kata Satria.
"Kalian itu hanya iri dengan keberhasilan anak miskin seperti kami sedangkan anak kalian BODOH ga bisa apa-apa, taunya cuma menghina dan merendahkan orang lain sama kayak ibunya sama-sama suka berbuat dosa, memang yah kalau buah itu tidak akan jauh jatuh dari pohonnya" hina Satria.
Wajah ibu-ibu sosialita itu memanas."Saya tegaskan sekali lagi jangan pernah mencampuri urusan orang lain, jangan pernah mengusik kehidupan saya, urus saja hidup anda sendiri jangan mengurusi hidup orang lain" tegas Satria.
"Dasar anak kurang ajar masih bocah aja seenaknya menghina kita kamu itu orang miskin seharusnya otak mu juga miskin" marah Bu Maimun.
Mentari tertawa paksa."Hei Maimun aku memang anak orang tidak punya tapi otak ku ini tidak miskin ya tidak sama seperti anak-anak mu yang bodoh itu jadi kalau anda kalah saing bilang kagak usah menghina jika kalian ga mau di hina" kata ku.
"Dasar anak kutukan kamu itu terlahir tidak normal masih aja belagu" hina bu Yanti.
"Aku normal kok hanya saja aku memiliki kelebihan yang berbeda jadi kau jangan asal kira ya Yanto" hina ku balik.
"Anak kurang ajar kamu ya apa kamu tidak di ajarkan sopan santun sana ibu mu opss kau kan tidak punya ibu pantas saja kau seperti ini" hina Maimun.
Wajah Satria murka."Udah bang ga usah di ladenin percuma Abang bicara sama iblis kayak mereka" kata ku menarik Satria pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
putriku juga dulu disekolah di bully karena dia pintar dan indigo .tp ada juga komentar yg bilang putriku depresi karena dia suka bicara sendiri sambil baca novel horor.pdhal aslinya dia berteman denga anak2 kecil tak kasat mata
2022-07-04
0
Friest Lyiee
😭😭😭😭😭😭
2022-04-14
0
Friest Lyiee
ini gila banget sudah buat aku menangis😭😭😭😭
2022-04-14
0