Tia melihat Satria yang terus memperhatikan ku.
"Hehe iya lupa terus ini gimana dong?" tanya Tia.
"Bentar aku mau coba usir Abang ku dulu" batin ku.
Satria memerhatikan tingkah Mentari yang aneh.
"Yaudah katanya mau ngerjain tugas cepat sana kerjain lalu pulang gak baik di luar" suruh Satria.
Aku menoleh ke samping kanan.
"Abang gak bisa tinggalin Tari sendiri gitu?" tanya ku dengan senyum semanis mungkin.
Satria menggeleng cepat.
"Gak bisa" jawab Satria menanggapi pertanyaan dari sang adik sambil tersenyum.
"Sial" batin ku.
Aku masih terus saja tersenyum.
"Abang gak mau jalan-jalan gitu beli makanan atau gak liat tuh ada cewek cantik banget godain aja gpp" tunjuk ku ke belakang Abang.
Satria melihat apa yang adiknya tunjukkan.
"Mane itu, heishh ogah" jawab Satria.
"Heish kalau kayak gini gak akan ada yang mau sama Abang umur Abang itu sudah cukup buat menikah dan berkeluarga bisa-bisa nanti Abang jadi perjaka tua lagi" kesal ku.
"Abang akan nikah ketika umur kamu udah genap 20 tahun paham udah lanjut ngerjain tugas setelah itu pulang" perintah Satria.
Aku menarik nafas panjang aku sudah kehilangan akal untuk mengusir Abang dengan selembut mungkin.
"Gagal deh iih Abang ini susah sekali di suruh pergi gak tau apa kalau aku ke sini itu mau menyelesaikan masalah Tia tapi kenapa dia malah ikut sih lebih baik Abang itu kerja biar aku bisa leluasa melakukan apa yang aku inginkan kalau ada Abang pasti gak di bolehin huft menyebalkan" batin Ki kesal.
"Gimana dong Tari?" tanya Tia melas.
"Udah nanti juga aku akan bantuin kamu kok, emang sekarang Rifalnya udah datang apa enggak?" tanya ku.
Mata ku fokus ke buku tapi pikiran ku tengah melayang ke langit ke tujuh.
"Belum tapi biasanya Rifal selalu duduk di sebelah Utara yang sepi itu" jawab Tia.
"Ya udah kamu tungguin aja nanti aku pasti akan bantuin kamu kok tenang aja aku gak ingkar janji" batin ku.
"Oke" jawab Tia sebelum menghilang.
25 menit berlalu.
Abang Satria masih tetap setia menemani ku yang tengah mengerjakan tugas sekolah aku melirik Abang.
"Abang gak mau jalan-jalan gitu masa iya Abang datang ke sini dengan baju yang amat rapi dan harum gak mau jalan-jalan sih sia-sia dong Abang ke sini?" tanya ku.
"Enggak" jawab Satria sambil tersenyum manis.
Aku menghembuskan nafas kasar.
"Udah gpp Abang jalan-jalan aja aku ikhlas kok di tinggalin Abang sendirian" suruh ku.
"Mudah-mudahan kali ini usaha ku berhasil masa iya dari sekian banyaknya akal gak ada yang bisa berhasil sih" batin ku.
"Abang ga mau dek" jawab Satria>
Aku mengerutkan bibir mendengar jawab Abang.
"Ada yang kamu sembunyiin ya dari Abang dari tadi loh Abang merasa jika kamu ingin membuat Abang pergi dari sini" tanya Satria.
"Gak ada kok" jawab ku judes.
"Jujur aja Abang tau kok kamu nyembunyiin sesuatu Abang mau kamu terus terang aja apa yang kamu sembunyiin dari Abang hmm?" tanya Satria.
Aku terkejut mendengar ucapannya.
"Kenapa dia bisa tau sih perasaan aku sudah menyembunyikan rahasia ini serapih mungkin tapi kenapa di hadapan Abang rahasia ini bisa di ketahui? wah ga bener ini" batin ku.
"Hehe Abang tau" cengir ku sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Kamu itu adik Abang, Abang tau sikap kamu saat menyembunyikan sesuatu dari Abang jawab jujur Abang pengen denger langsung dari mulut kamu apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?" tanya Satria.
Aku menarik nafas sebelum bercerita.
"Jadi gini bang Mentari ceritanya mau bantuin Tia dia itu udah meninggal tapi masih belum bisa balik ke alamnya karena janjinya ke pacarnya gitu" jelas ku singkat.
"Janji apa?" tanya Satria.
Aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tentang Tiara Putri dan Rifal Saputra kepada Abang.
"Hmm gitu" jawab Satria.
"Gimana Abang punya cara ga?" tanya ku di iringi senyuman manis.
"Kagak" jawab Satria.
Seketika senyum manis itu sirna.
"Abanggg" pekik ku kesal.
Wajah ku kesal bukan maen harapan ku kian pupus.
"Ya Abang gak tau harus gimana Abang mamang tidak punya cara apapun untuk menyelesaikan masalah ini" jawab Satria.
Wajah ku kusut bak baju belum di setrika.
"Auah nyesel Tari cerita sama Abang bukannya dapet solusi malah nambahin beban" kesal ku lalu beranjak pergi.
Satria menepuk pelan jidatnya.
"Emang salah aku bilang gitu di mana letak kesalahannya perasaan gak ada yang salah sama sekali deh hanya anak itu saja yang mungkin lagi sensi" kata Satria sendiri.
Satria berdiri dari duduknya kemudian menyusul ku yang belum seberapa jauh itu ia mengerutkan alis saat melihat ku yang tengah bersembunyi di semak-semak yang ada di taman.
Satria mendekati ku.
"ka-
Perkataan satria terputus lantaran aku lebih dulu membekap mulutnya aku melepasnya.
"Ada apaan?" tanya Satria pelan.
"Itu bang yang namanya Rifal" tunjuk ku kearah seorang lelaki yang mengenakan Hoodie, celana, sepatu yang berwarna hitam bak jin kafir tersebut.
Kami berdua bersembunyi di semak-semak yang tidak terlalu jauh dari posisi Rifal duduk.
"Oh itu terus kita ngapain sembunyi di sini? kenapa kita ga langsung samperin dia aja?" tanya Satria.
Mentari mendengus.
"Ya kita atur strategi dulu bang untuk membuat si Rifal bisa mengikhlaskan kepergian Tia masa kita langsung datangin dia dan bilang 'Rifal kamu jangan sedih ya kamu harus ikhlasin Tia' gitu enggak kan" jawab ku.
"Hmm cukup sulit sih" kata Satria.
"Memang kasus Gaibah itu cukup sulit aku aja yang berstatus anak indigo tidak bisa menyelesaikannya seperti kebanyakan anak indigo pada umumnya" jawab ku.
"Mangkanya kamu berpetualang seperti anak indigo lainnya biar kamu tau jika semua makhluk halus itu tak semuanya jahat ada yang baik juga dan itu bisa kamu jadiin teman biar kamu ada yang melindungi saat Abang gak ada di sisi kamu" kata Satria.
"Iya nanti aku akan terus berpetualang kok lagian orang-orang juga sudah tau kalau aku anak indigo ngapain aku masih takut kalau aku akan di bully mereka juga gak berani bully aku memang sih ada geng di sekolahan yang gak suka sama aku tapi aku gak diam aja saat mereka main tangan aku langsung balas mereka seperti yang Abang ajarin" jawab ku.
"Bagus gitu dong jangan jadi gadis lemah Abang gak suka itu kamu harus bisa berdiri di kaki kamu sendiri jangan lemah karena kamu yang akan terluka pada akhirnya" kata Satria.
"Tenang bang aku sudah melakukan semua yang Abang perintahkan mulai dari A sampai ke Z" jawab ku.
"Bagus" puji Satria.
Terlihat rifal yang tengah duduk di kursi putih sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong tak lama butiran bening keluar dari pelupuk matanya.
"Ooh begitu caranya lelaki menangis hmm beda ternyata sama cewek yang nangis" batin ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
senja
Abangnya tau dia indigo, berarti ada keturunan ya?
2022-04-05
0
senja
betina dong ya
2022-04-05
0