Bara bersama Ghani dan Alexandra sudah kembali ke Jakarta dan hari Senin ini Bara masuk kantor bersama Ghani. Keduanya ingin bekerja sama untuk mengembangkan lebih maju lagi perusahaan Abi yang sudah berjalan dengan baik sekian puluh tahun.
Alexandra yang mendengar percakapan Ghani dan Bara, merasa bersyukur keduanya mau terjun di bisnis milik mertuanya karena bagaimanapun itu adalah warisan keduanya.
Siang ini Alexandra datang ke perusahaan Giandra Otomotif Co sembari membawakan makan siang untuk Ghani dan Bara. Para pegawai disana sudah mengetahui ibunda dari Bara lalu mengantarkan ke ruangan sang CEO.
Ghani dan Bara tersenyum ketika melihat wanita yang sangat disayangi keduanya datang sembari membawakan makan siang.
"Tumben Lexa kemari" ucap Ghani sambil mencium pipi istrinya.
"Mau lihat kedua priaku bekerja di perusahaan papa Abi" senyum Alexandra sambil membuka kotak-kotak bento untuk Ghani dan Bara.
Ketiganya lalu makan bersama sambil berbincang-bincang dan Alexandra pun memberikan masukan tentang desain yang diminta oleh salah satu klien special yang ingin memodifikasi mobilnya.
Alexandra sendiri memilih menemani kedua prianya sembari memantau keadaan di New York yang sedang melakukan autopsi korban pembunuhan yang kemungkinan besar serial killer.
Ghani yang mendengarnya, menjadi gatal ingin terjun kembali ke dunia detektif, mendapatkan pelototan dari istrinya dan hanya bisa terdiam. Bara tertawa melihat papanya kalah dengan mamanya.
***
Sebulan ini Bara dan Ghani sudah menguasai semua isi perusahaan Abi dan sekarang Ghani terbang ke Surabaya bersama dengan Alexandra untuk memeriksa cabang perusahaan disana. Ghani tidak sendiri karena Arya pun ikut menemani Oomnya.
Bara melihat kalender dan tersenyum ada long weekend lagi yang membuatnya bisa pergi ke Pacitan. Sekarang setiap hari Bara dan Arum sudah bisa berkomunikasi karena tower yang dipasang oleh Ricky dan pak Kades dibantu dengan perusahaan provider kenalan Sofyan, berhasil membuat sinyal ponsel berjalan baik setelah menemukan lokasi yang cocok.
Hubungan keduanya pun menjadi semakin dekat dan Bara bertekad untuk meminang Arum menjadi istrinya. Tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya, Bara sudah membeli sebuah cincin untuk nanti disematkan di jari manis gadis itu.
Bara lalu menelpon adik iparnya, Iwan untuk menemani dirinya Minggu depan ke Pacitan.
"Assalamualaikum mas Bara" sapa Iwan di seberang.
"Wa'alaikum salam Wan. Kamu Minggu depan ada acara nggak?" tanya Bara.
"Kayaknya nggak sih mas. Karena jadwal kontrol Danisha Minggu ini. Gimana mas?"
"Kamu temani aku ke Pacitan ya. Jumat malam aku terbang ke Solo nanti biar tidur di Solo Baru. Sabtu pagi-pagi kamu jemput aku dan kita berangkat ke Pacitan. Gimana?"
"Insyaallah bisa mas. Nanti aku bilang sama Nisha" jawab Iwan.
"Iya, aku juga akan bilang sama Nisha kalau pinjam suaminya dulu."
Iwan tertawa. "Harusnya sih boleh, soalnya Nisha hamil yang ini makin posesif sama aku, mas."
"Haaaddeeh, Nisha, Nisha" kekeh Bara.
"Mau ngapelin Arum ya mas?" goda Iwan.
"Iya, aku nggak bisa ke Pacitan sebulan ini karena pekerjaan disini padat banget. Sampai-sampai papa yang sekarang terbang ke Surabaya sama Arya memeriksa cabang disana." Bara tersenyum. "Makanya lihat kalendar kok pas long weekend, kenapa nggak kesana saja."
"Iya sih mas. Aku dapat kabar dari Levi, perusahaan yang di New York juga makin maju dan imbasnya sampai ke Indonesia."
"Iya Wan, kerjasama dengan Boeing inilah yang bikin nama perusahaan Ogan jadi moncer, makanya kita-kita yang di Jakarta tidak mau namanya jadi jelek" ucap Bara.
"Betul mas. Mempertahankan dan membuat lebih baik perusahaan yang sudah berjalan itu lebih sulit daripada menghancurkan."
"Ogan Abi sudah bekerja sedemikian rupa hingga membuat sukses dan di tangan Oom Duncan serta Kaia lebih baik lagi dan aku tidak mau mengecewakan mereka semua, Wan."
"Mas Bara bisa dan mampu karena mas Bara cucu Ogan Abi. Memang berat menyandang nama besar tapi aku yakin kok mas Bara bisa."
"Thanks atas supportnya Wan."
"Sama-sama mas. Sampai bertemu Jumat depan."
***
Hari Jumat, Bara sudah berpamitan dengan Ghani dan Alexandra akan terbang ke Solo dengan penerbangan terakhir karena hari Sabtu akan pergi dengan Iwan ke Pacitan.
"Ngapel nih ceritanya Ra?" goda Ghani.
"Iya pa. Sebulan Bara nggak ketemu Arum, cuma bisa wa dan video call saja" senyum Bara.
"Kamu nggak melamar Arum kan?" selidik Ghani.
"Memang kenapa Pa?"
"Kalau mau melamar, bilang sama papa biar nanti kita melamar yang benar. Jangan kayak papa, lamar dulu baru laporan ke Ogan" kekeh Ghani.
"Mas Daniswara melamar aku kan karena posisi papa dan mama di Jakarta, kita di New York" senyum Alexandra.
"Iya sih. Kalau kamu mau melamar, bilang ya Ra. Kita wong Jowo, ada unggah ungguhnya."
"Iya pa." Gini nih punya bokap mantan detektif, instingnya kuat banget.
"Kamu ke Pacitan jadi sama Iwan?" tanya Alexandra.
"Iya ma. Dah bilang sama Nisha pinjam suaminya sehari" gelak Bara mengingat adiknya manyun suaminya dipinjam kakaknya.
"Ya sudah, hati-hati ya." Ghani menepuk bahu Bara.
***
Iwan dan Danisha datang menjemput Bara di bandara Adi Sumarmo dan segera mengantarkan ke rumah Solo Baru.
"Sampai besok pagi ya mas" pamit Iwan setelah ketiganya makan malam di gudeg Adem Ayem.
"Aku tunggu ya Wan. Dik, mukamu jangan manyun gitu lah. Kan mas Bara cuma pinjam sehari" kekeh Bara melihat Danisha cemberut.
"Habis itu dibalikin ya mas Iwan nya!"
"Iya iya."
***
Jam setengah enam pagi Iwan sudah sampai di depan mansion Al Jordan menjemput Bara yang siap dari tadi. Keduanya pun berangkat menuju Pacitan dan dua paper bag sudah ada di jok belakang mobil Range Rover milik Danisha.
Iwan tadinya ingin membeli mobil lagi karena tidak enak memakai mobil istrinya tapi dilarang oleh Danisha karena dia tidak memperdulikan itu. Akhirnya Iwan mengalah dan tetap memakai mobil mewah milik istrinya.
"Dibawain sarapan mas sama Nisha dan ibu" ucap Iwan yang sekarang bagian menyetir.
"Memang kamu sudah sarapan Wan?" tanya Bara.
"Baru sandwich sih tadi tapi karena sudah dibawain nasi, jadi ayem deh" kekeh Iwan.
"Nanti ada pom bensin atau rest area, kita sarapan dulu saja Wan."
"Oke mas."
***
Hampir tiga jam keduanya menempuh perjalanan menuju kota Pacitan dan sejaman sampai di dusun sendang kulon tempat Arum berada.
Iwan dan Bara terkejut melihat ramainya dusun dan adanya janur kuning melengkung di depan jalan setapak masuk dusun.
"Mas, siapa yang menikah?" tanya Iwan bingung.
Bara sendiri juga tidak bisa menjawab karena sampai tadi malam, Arum tidak menjawab WhatsApp nya.
"Aku tidak tahu Wan." Tiba-tiba perasaan Bara tidak enak.
"Kita turun saja mas." Iwan melepaskan sabuk pengamannya yang diikuti oleh Bara.
Kedua saudara ipar itu pun berjalan menuju dusun dan menyapa beberapa orang disana.
"Siapa yang menikah pak?" tanya Iwan kepada seorang pria.
"Oh yang nikah mbak Arum anaknya pak Ricky dengan mas Azzam."
Iwan menoleh ke wajah Bara yang memucat.
Apa yang terjadi?
***
Yuhuuu Up Sore Yaaaa
Buat yang nunggu Kara Santan, aku tidak tahu kenapa belum lolos review sampai sekarang padahal udah dari jam 13.30 lhooo up nya.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Kara santan itu di judul cerita yg mana Mommy? 🙏🏻🤗
2023-11-09
1
Hana Reeves
readersku bisa cek di Ig aku soal belum up ... @hana_reeves_nt
2022-02-25
3
Nuril sofiyati
ini juga belum up....
2022-02-25
0