Bara melihat wajah papanya yang tampak lebih tua dari yang dia ingat hanya bisa terenyuh. Betapa papanya sangat menyayangi dirinya meskipun keduanya sering tidak akur. Lalu netra hitamnya melihat seorang gadis bule cantik yang menatapnya sembari menangis. Danisha. Nisha.
"Adek..." bisiknya. Danisha langsung menghambur memeluk kakak laki-lakinya yang sangat dia cintai.
"Mas Bara" ucapnya sambil nangis sesenggukan. "Jangan begini lagi ya!"
Bara memeluk adiknya dan mencium pucuk kepalanya. "Maafin mas ya yang nggak mau dengerin adik dan mama."
Danisha menggeleng. "Yang penting mas Bara masih hidup!"
Keempat anggota keluarga Giandra itu masih saling berpelukan membuat orang-orang yang berada disana terharu kecuali Arya yang dengan santainya mengetik pesan di ponselnya meskipun tahu tidak ada sinyal tapi pasti nanti dikirim juga.
Arya memfoto momen keempatnya dan mengirimkan di grup keluarga besae tapi di grup sepupu laki-laki dia mengirimkan pesan berbeda.
Bara berubah nama disini jadi Bambang. Besok kita Bancakan bubur merah putih ganti nama. 😈😈😈
Iwan hanya melirik ke Arya yang senyam senyum tidak jelas dan curiga bahwa pria tampan itu merencanakan sesuatu.
Aku nggak mau ikutan! - batin Iwan.
***
Bara terkejut ketika mendengar berita bahwa adiknya sampai keguguran akibat shock mendengar berita dia menghilang dan dinyatakan meninggal. Pria itu memeluk adiknya erat, dirinya merasa bersalah sampai membuat Danisha dan Iwan kehilangan calon anak pertama mereka.
"Maafin mas ya dik. Maafin mas. Andai waktu bisa diputar" bisik Bara berulang di sisi telinga Danisha.
"Tidak apa-apa mas. Namanya juga takdir." Danisha menatap kakaknya. "Yang penting mas Bara kumpul lagi bersama kita."
"Papa beneran pensiun?" tanya Bara yang setelah melepaskan pelukannya ke Danisha.
Ghani mengangguk. "Papa tidak sanggup bekerja jauh-jauh dari kamu makanya penthouse papa jual, resign, pindah ke Jakarta."
Bara semakin merasa bersalah karena sebenarnya Ghani masih ada waktu enam bulan lagi untuk pensiun tapi karena dirinya, terpaksa papanya pensiun dini.
"Papa sudah kenyang jadi detektif, Boy jadi sekarang mau hidup tenang" senyum Ghani yang sekarang wajahnya mulai segar.
***
Iwan dan Arya membiarkan mereka bertiga mengobrol sambil berjalan keliling dusun tempat Ricky tinggal.
"Tempatnya masih asri ya Wan. Bisa buat liburan nih!"
"Tapi percuma kamu liburan disini, Ya." ucap Iwan.
"Kenapa?"
"Kamu nggak lihat tuh ABG-ABG pada ngintilin kita dari tadi?" ucap Iwan sambil melirik ke belakang mereka.
Arya pun berbalik. "Hai semua!"
KYYYAAAA!
"Beneran Arya Ramadhan!"
Langsung saja Arya dikerubuti untuk dimintai tanda tangan dan foto bareng. Iwan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Masnya foto bareng yuk!" ajak seorang ABG hendak menarik tangan Iwan yang membuat pria itu memundurkan tubuhnya.
"Maaf, saya tidak mau" tolak Iwan.
"Ayolah mas" rayu yang lain.
"Kalau dia jangan, istrinya galak!" kekeh Arya yang mendapat pelototan Iwan. Nisha ku nggak galak, cuma judes.
"Oh udah nikah thow. Istrinya yang bule itu ya."
"Kalah saingan lah."
Diam-diam Iwan bersyukur istrinya Danisha.
***
Alexandra memandang Arum dengan tatapan berterimakasih karena sudah menolong Bara selama ini dan terkejut ketika mengetahui gadis itu adalah seorang dokter.
"Wah, Tante tidak menyangka kamu juga seorang dokter" senyum Alexandra.
"Iya Bu..."
"Tante" potong Alexandra yang membuat Sabrina cekikikan.
"Berasa tua ya dipanggil Bu?" gelak adik Joshua Akandra itu. Alexandra hanya tersenyum. Hatinya menjadi bahagia setelah tahu putra sulungnya masih hidup.
"Tahu saja" kekeh Alexandra ucap dokter yang masih awet cantik meskipun sudah berusia 56 tahun.
"Tante Alexandra ini juga seorang dokter cuma bedanya dia dokter forensik di NYPD dulu tapi sekarang sudah pensiun" ucap Sabrina.
Arum menatap Alexandra dengan tatapan kagum.
"Iyakah Tante? Seru nggak jadi dokter forensik?" tanya Arum.
"Seru lho!"
"Kasus apa yang paling berkesan, Tan?" Mata Arum tampak berbinar-binar.
"Tante ceritakan kasus yang bikin tertawa. Jadi Tante datang kerja sama Oom Duncan, ipar Tante yang waktu itu menemani. Nah, pas datang, ada kiriman mayat dari sungai Hudson dan posisi sudah menggembung.
Oom Duncan itu badannya tinggi besar, kebayang kan bule tinggi 188cm badannya build gitu dan dia keturunan mafia, bisa pucat oasi lihat mayat seperti itu. Kalau Tante nggak suruh dia ke ruang kantor, bisa-bisa dia muntah di ruang autopsi" kekeh Alexandra.
Sabrina menatap horor ke saudara iparnya. "Kok bisa sih kamu santai gitu, Lex? Aku kebayang aja sudah eneg, apalagi Duncan yang lihat langsung!"
"Makanya kebayang kan Duncan kayak apa mukanya. Sumpah, dia benar-benar pucat!" gelak Alexandra.
"Kayaknya seru ya Tante jadi dokter forensik." Arum menatap kagum wanita cantik itu.
"Kamu mau jadi forensik?" tanya Alexandra.
"Pingin tapi aku kepikiran Ayah. Ayah sudah nyaman disini, apalagi semenjak ibu meninggal, ayah hanya bersama aku." Arum menoleh ke arah Ricky yang masih asyik mengobrol.
"Jika kamu menyukai sesuatu, hemat Tante lakukanlah tapi tidak semua memang bisa dituruti."
"Arum, kalau menurut Tante Brina, ada baiknya kamu bicarakan dulu dengan ayahmu" sambung Sabrina.
"Iya Tante" jawab Arum.
***
Ricky asyik mengobrol dengan Sofyan setelah sepuluh tahun tidak bertemu.
"Ingat ketika kita disuruh almarhum Bryan Smith dan tuan Edward Blair menjaga tuan Yudhi? Kita bertemu dengan Joshua dan malah jadi keluarga" kekeh Sofyan.
"Ingat dulu Sabrina sampai ngejar-ngejar kamu lalu tuan Rudy marah-marah karena Brina main kabur ke Delanggu bukannya kuliah" kekeh Ricky.
"Gara-gara itu juga Sabrina menolak kuliah di Singapura malah milih masuk UNS demi tidak mau jauh dari aku" gelak Sofyan.
"Masa-masa menyenangkan ya Yan" ucap Ricky.
"Yakin kamu tidak mau menikah lagi?" goda Sofyan.
"Aku sudah 60 tahun lebih Yan" gelaknya. "Sudah tidak mikir menikah lagi."
"Arum gimana kalau kamu pergi?" tanya Sofyan serius.
"Aku tahu dia ingin menjadi dokter spesialis hanya saja dia juga memikirkan aku bagaimana." Ricky menatap putrinya yang asyik berbincang dengan Alexandra dan Sabrina.
"Pulanglah ke Solo. Rumah Delanggu masih ada lho, masih terawat juga" bujuk Sofyan.
Ricky hanya tersenyum tipis. "Akan aku pikirkan, Yan."
"Ada baiknya kamu pulang, kita bisa wedhangan bareng seperti masa lalu" cengir Sofyan.
"Nanti aku akan bicarakan dengan Arum."
***
Bara menatap gadis yang asyik ngobrol dengan sang mama dan Tante Sabrina. Entah kenapa, dirinya tidak mau jauh dari gadis yang sudah merawatnya selama dua bulan lebih terakhir ini.
"Kamu kenapa Ra?" tanya Ghani melihat wajah putranya tampak galau.
"Bara bakalan kangen tempat ini Pa" jawabnya.
"Kangen tempatnya atau kangen Arum nya?" goda Ghani lagi.
Bara hanya mendelik ke arah Ghani. "Mulai deh julidnya!"
Ghani terbahak. Alexandra yang mendengar suaminya tertawa merasa bersyukur. Alhamdulillah, suamiku sudah ceria kembali.
***
Yuhuuu Up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
bener wan, jangan ikut ikutan sama musuh kompor abadi 😅
2024-08-21
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
maaf Mom, bukan pucat oasi tapi pucat pasi. 🙏🏻🤗 semoga cepat diperbaiki.
2023-11-09
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Arya keturunan Eiji ini mah. 🤣🤣🤣 duh nackal ya kamu Arya minta diketok palu. 😂😂😜
2023-11-09
1