"Kalian mau menginap dulu disini atau gimana?" tanya Ricky.
"Kita ke pantai sebelah saja gimana? Maksud aku disana kan banyak penginapan. Masa kita mau tidur di rumah Ricky? Kayak pindang tar" kekeh Sofyan.
"Disini juga tak apa toh rumah Ricky termasuk luas jadi kita tidur gelar tikar nggak masalah. Paling besok sampai Solo langsung cari tukang pijat" kekeh Ghani.
"Yakin mas Daniswara tidur di lantai?" tanya Alexandra.
"Yakin lah, yang penting kumpul bocah. Jadi ingat dulu waktu kecil pas liburan ke London, aku, Duncan, Javier, Neil tidur di ruang tengah mansion Opa Edward kayak pindang bareng Rhea, Nadya dan Valora." Ghani tersenyum mengingat masa kecilnya.
"Pa, itu kan papa masih kecil, ini kita Segede Gaban lho badannya" ucap Bara.
"Nanti yang perempuan bisa tidur di kamar Arum dan kamar tamu. Kalau tikar, kami ada banyak tapi serius kalian pada mau tidur disini?" tanya Arum.
"Kayaknya begitu sih" jawab Gozali.
"Mobil aman kan Rick?" tanya Sofyan.
"Aku rasa mobil biar diparkir di kantor kepala desa saja kebetulan rumahnya pinggir jalan dan halamannya luas. Yuk, kita parkir disana, aku antar." Ricky berdiri yang diikuti oleh Sofyan, Arya dan Iwan. Mereka akan memindahkan mobil-mobil mewah yang dipakai ke Pacitan.
"Arum, mau masak apa buat makan malam? Biar Tante bantu" tawar Alexandra.
"Masak ikan kembung Tante. Mau dibalado."
"Yuk kita bantu. Pengen tahu rasanya masak pakai tungku" kekeh Sabrina.
"Aku ikut!" Danisha pun mengikuti mama dan Tantenya.
Tinggallah Ghani, Gozali dan Bara.
"Kamu ingat nggak saat itu, Ra?" tanya Gozali.
"Samar Oom. Tidak detail sih tapi yang Bara ingat tiba-tiba helikopter menukik dan Bara reflek melepaskan sabuk pengaman lalu terjun ke laut. David dan Henry tidak sempat..." Bara tercekat. "Mereka meninggal ya Pa? Oom?"
Gozali dan Ghani hanya mengangguk. Bara hanya mengusap wajahnya kasar.
"Itu kamu berenang sampai sini?" tanya Gozali.
"Bara nggak inget Oom."
"Sudah Goz, jangan ditanya lagi. Yang penting anakku selamat" ucap Ghani. Gozali mengangguk.
***
Bara duduk di sebuah batu besar halaman belakang dan memandang ke arah laut yang gelap. Teringat dia terapung di laut selatan. Entah berapa kali rasanya Bara hampir mati namun teringat kedua orangtuanya dan adiknya. Hingga terakhir dia terkena ombak besar, terantuk batu karang dan terseret sampai ke tempat Ricky.
"Mikir apa Boy?" tanya Ghani yang duduk di sebelahnya.
"Mimpi Bara, Pa" jawab Bara. "Mimpi yang membuat Bara teringat semuanya."
"Cerita sama papa."
Bara bercerita dia bertemu dengan Ogan dan Opanya. Mereka berdua bilang kalau Ghani, Alexandra dan Danisha sangat rindu dengan dirinya. Ghani tertegun.
"Papa tidak apa-apa?" tanya Bara setelah usai bercerita.
"Malam kamu mimpi, papa sedang berada di kamar Oganmu. Papa nangis disana Ra" Mata hitam Ghani memandang jauh ke laut selatan di hadapannya.
"Papa nangis?" tanya Bara. Seingatnya papanya hanya menangis waktu Ogan dan Necannya meninggal.
"Iya Ra. Papa nangisin kamu. Tanya mamamu bagaimana hancurnya papa ketika tahu kamu hilang dan dinyatakan meninggal. Adikmu apa lagi. Belum tantemu Rhea dan Kaia. Kami semua shock, boy."
Bara memeluk Ghani. Ayah dan anak yang selalu berdebat setiap bertemu itu ternyata memiliki ikatan batin sangat kuat.
"Seharusnya orang tua tidak ditinggalkan anaknya, Ra" ucap Ghani lagi. "Kamu jangan pergi-pergi lagi Ra. Papa nggak sanggup kalau kehilangan kamu lagi."
Bara menangis mendengar ucapan Ghani. Pria yang selalu dingin jika menghadapi penjahat, pria yang dengan dinginnya menembak musuhnya tanpa ampun, ternyata sangat rapuh jika berhubungan dengan keluarganya.
"Nggak pa. Bara nggak kemana-mana lagi."
***
Arum yang terbangun karena karena hendak mengambil minum, diam-diam menangis mendengar percakapan antara Bara dan Ghani.
Gadis itu terenyuh mendengar bagaimana rapuhnya seorang Ghani Giandra padahal dari hasil Googling nya, nama Ghani dikenal sebagai detektif dingin di NYPD, bahkan mampu memecahkan kasus sulit dan menangkap penjahat kelas kakap.
Arum akhirnya tahu darimana sikap dan perilaku Bara yang selama ini selalu sopan dan bisa ngajeni siapa saja walaupun pada saat itu dia masih belum bisa berjalan dengan baik tapi selalu menyapa ramah kepada para tetangga dan warga.
Ternyata mas Bara memang bukan dari keluarga sembarangan.
***
Suara getar ponsel Arya tidak berhenti berbunyi sebab malam ini dia baru mendapatkan sinyal. Arya pun terbangun dan berjalan ke halaman belakang. Dirinya melihat Ghani dan Bara masih asyik berbincang lalu memilih agak menjauh dari mereka berdua.
Arya melihat grup para sepupu pria ramai dengan pertanyaan seputar Bara.
📩 Junjun : Beneran Bara diganti nama Bambang?
📩 Aidan : Gue bikin bubur merah sama putih kalau begitu.
📩 Fuji : Gue pulang ke Solo. Bancakan kok nggak datang.
📩 Rhett : Serius namanya jadi Bambang? Z ngakak lho pas aku bilang
📩 Levi : Ai, kamu pulang deh! Nanti aku sediakan aqiqah kambing!
📩 Bryan : Akak-akak sekalian, ikuuuuttt !
📩 Levi : Bocil di rumah! Ini urusan orang dewasa!
📩 Bryan : Bocil dari Monas? Aku sudah 20 tahun kak Levi ku yang nyebeliiiinnn
📩 Levi : Sana bilang sama Rhett. Eh aku serius soal aqiqah ya! Kalau perlu tengklengnya Bu Edi kita pesan!
📩 Arya : Itu kan maunya kamu Vi
📩 Aidan : Kambing guling aja! Tar aku masakin. Fuji, pinjem rumah mu lagi ya
📩 Fuji : Yoi, pokoknya aku pulang!
📩 Nathan : Tidur cumiiii ! Berisik tang tung tang tung!
📩 Levi : Silent, Bambaaaaannggg! Eh itu namanya Bara Ding 🤣🤣🤣
📩 Aidan : Kampret lu Vi 🤣🤣🤣
📩 Arya : Kualat lu pada ma orang yang bangkit dari kubur... 👻👻👻
📩 Junjun : Bangkeeee lu Ya ! 🤣🤣🤣
Arya cekikikan membaca pesan sepupu durjananya.
📩 Mario : Bara jadi pulang besok?
📩 Marco : Kalian tuh... kok ya usil sih tapi bagus kok. Teruskan!
📩 Junjun : Tosh bang Marco! Satu server kita!
📩 Arya : Bara besok jadi pulang kok bang Mario.
📩 Nathan : Udah ah, gue mo molor. Goodnight semua para Durjana... 😴😴😴
📩 Aidan : Kok Iwan ga ikut nimbrung?
📩 Arya : Iwan mah alim. Dia tidak mau ikutan Durjana kayak kita.
📩 Fuji : Pelanggaran! Besok kita training dia!
Arya terbahak.
📩 Arya : Udah ya. Sampai ketemu di Solo semua.
📩 Rhett : Salam buat semua disana.
Arya mematikan ponselnya, berbalik untuk masuk ke dalam rumah dan betapa terkejutnya ketika Ghani dan Bara sudah di belakangnya.
"Kamu kirim apa ke grup sepupu Ya?" tanya Ghani.
Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Cuma kirim kalau Bara pulang besok ke Solo terus pada mau kumpul disana."
"Awas kalau kamu kirim macam-macam!" ancam Bara.
"Nggak Ra. Sumpeh!" jawab Arya sambil memberikan tangannya tanda V.
"Yuk masuk, tidur. Besok perjalanan masih jauh" ajak Ghani yang masuk ke dalam rumah.
Arya hanya tersenyum kecut. Besok kalau bener ada aqiqah, apa aku nggak digantung di pohon cabe?
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
kuapokmu Ya bakal di gantung nok pohon cabe
2024-06-08
1
Ita Xiaomi
Aku waktu kecil paling senang klo ada bancakan. Dpt makanan 😁
2023-12-27
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
bukan pohon cabe. tapi pohon ceplukan. mampus noh. digorok ma Bara dan Om Ghani. wkwkwkkwwkwk 🤣🤣🤣
2023-11-09
1