Arum.
"Lho itu bukannya Sofyan?" celetuk Ghani. "Sof! Sofyan!"
Sofyan pun menoleh dan tersenyum melihat siapa yang memanggil lalu menowel bahu Sabrina yang sedang celingukan mencari tempat duduk. Ricky dan Arum yang melihat pun ikut tersenyum. Keempat orang itu lalu duduk satu meja dengan keluarga Giandra.
"Wah kebetulan banget ketemu disini" sapa Sofyan.
"Ayo pesan dulu" ajak Ghani.
Bara menatap Arum sambil tersenyum. "Pagi Arum."
"Pagi mas" jawab Arum malu-malu.
"Yang udah jadian masih saja malu-malu meong" celetuk Danisha.
Bara dan Arum langsung memerah wajahnya.
"Kalian jadian?" tanya Ricky. "Serius?"
"Serius Pak Ricky. Kami penjajakan dulu." Bara menatap wajah ayah Arum itu.
"Bener itu Rum?" tanya Ricky kepada putrinya.
"Iya Ayah. Semalam kami baru jadian" jawab Arum sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang merah padam.
"Kalian itu long distance relationship tapi ayah harap saling jujur dan setia satu sama lain sampai waktunya menikah." Ricky mengusap kepala putri satu-satunya.
"Itu juga yang aku bilang ke Bara. Mereka sudah bukan anak ABG lagi tapi memang untuk menikah butuh proses meskipun Nisha dan Iwan pacaran singkat langsung menikah tapi Iwan menunggu dua tahun sampai berani meminang Nisha" ucap Ghani.
"Mas Daniswara juga nunggu dua tahun baru berani pacaran sama aku" kekeh Alexandra.
"Tapi aku kan meninggalkan kamu karena pendidikan di FBI sayang" kerling Ghani.
"Memang lama atau sebentarnya pacaran itu tidak menjamin akan langgengnya pernikahan. Justru setelah ijab qobul itulah ujian sebenarnya dimulai, bagaimana kalian lulus pop quiz setiap hari itu yang harus dijalani" sambung Bu Kinanti.
"Betul itu mbak. Saya dan mas Daniswara juga banyak batu kerikil dalam pernikahan kami, Sabrina pasti juga kan?" Alexandra menatap sepupu iparnya.
"Betul Lex. Tidak ada kehidupan pernikahan yang mulus meskipun mungkin tidak ada pelakor atau pebinor tapi menyatukan dua pribadi menjadi satu wadah pernikahan, hidup bareng, jadi tahu buruknya itu yang harus diterima. Kalau sama-sama meninggikan ego, bisa Bubrah" kekeh Sabrina.
"Memang buruknya aku apa Brina?" goda Sofayan ke adik angkat Joshua Akandra itu.
"Perlu nih aibnya dibuka?" tantang Sabrina.
"Coba" senyum Sofyan.
"Tukang kentut, tukang ngorok, kalau makan suka nggak bersih, paling malas taruh handuk ke jemuran khusus, suka taruh baju kotor di kamar mandi..."
"Kayaknya semua pria seperti itu deh" gelak Alexandra.
"Mas Iwan nggak" sanggah Danisha.
"Tapi bapaknya Iwan dulu begitu" sambung Bu Kinanti yang disambut tawa semua orang disana.
Bara yang mendengar para orangtua berbincang hanya senyum-senyum. Dia ingat mamanya suka marah-marah kalau papanya taruh baju sembarangan, begitu juga dulu Necannya kalau melihat Ogannya suka sembarangan taruh gelas.
Apa besok kalau menikah, Arum juga akan mengomeli dirinya kalau kebiasaan buruknya muncul?
"Kenapa mas?" tanya Arum yang melihat Bara senyum-senyum sendiri.
"Nggak papa. Ternyata dimana-mana semua istri sama ya ngeluhnya" kekeh Bara.
Arum tertawa. "Dulu almarhum ibu juga sama kalau ayah mulai berantakan."
"Kalian jadi pulang hari ini?" tanya Ghani ke Ricky.
"Iya G, kita pulang nanti siangan bareng Sofyan dan Sabrina yang kangen laut" senyum Ricky.
"Kalian pulang ke Jakarta juga?" tanya Sabrina.
"Kita sih masih besok pulangnya. Lexa masih kangen kuliner di Solo sama Nisha" kekeh Ghani.
"Kuliner di Solo memang ngangenin" timpal Arum.
"Semalam jadinya kalian kemana?" tanya Danisha.
"Wedangan pak Basuki" jawab Bara.
"Hah? Mas Bara nembak Arum di wedangan? Gak romantis banget!" ledek Danisha.
"Nisha, gak usah heran kalau mas mu seperti itu. Papamu juga sama kok nggak romantis. Ngajak nikah kayak ngajak gelut" ucap Alexandra sambil melirik ke Ghani yang hanya manyun.
"Owalaahhh Ono sing nurunin Thow" gelak Sabrina.
"Namanya gen ga iso diapa-apain" sambung Bu Kinanti sambil tertawa.
***
Bara dan Arum berpisah lagi setelah mereka menyelesaikan makan soto gading karena Danisha minta ditemani ke pasar gede sedangkan Sofyan dan Sabrina hendak mengantar Ricky kembali ke Pacitan.
"Nanti aku wa mas kalau sudah sampai rumah" ucap Arum.
"Meskipun sampainya entah jam berapa ya gara-gara sinyal" kekeh Bara.
"Ini ayah dan pak Kades sedang berusaha menambah tower lagi supaya kita bisa dapat sinyal bagus. Doakan saja berhasil ya mas" senyum Arum.
"Aamiin." Bara melihat para orangtua saling berpamitan dan pria tampan itu pun mengucapkan selamat jalan dengan sopan.
"Arum pulang dulu mas. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
***
"Kamu nggak papa LDR-an Ra?" tanya Ghani setelah mereka di mobil.
"Nggak papa Pa, sudah tahu resikonya hubungan jarak jauh. Kangen tapi tidak bisa dekat" kekeh Bara.
"Moga-moga tower yang dipasang Ricky bisa berjalan dengan baik supaya kalian nggak nunggu malam baru bisa komunikasi."
"Aamiin Pa."
***
Danisha dan Alexandra tampak kalap mencicipi cabuk rambak, dawet selasih, timlo dan beberapa jajanan lainnya yang membuat Iwan, Ghani dan Bara melongo.
Bu Kinanti hanya tersenyum melihat besan dan menantunya heboh sendiri. Dirinya membiarkan Alexandra menikmati hari bersama putrinya karena tidak setiap hari bertemu.
"Ra, mamamu itu perutnya terbuat dari apa ya? Papa sampai kenyang lihatnya" keluh Ghani.
"Kalau Nisha aku nggak heran, tapi mama emang heboh juga" kekeh Bara.
"Mama kayaknya seneng banget bisa makan di pasar gede" komentar Iwan.
Keempat orang itu sedang berada di kursi tunggu toko Orient Solo sedangkan Alexandra dan Danisha masih mencari makanan disana.
"Wan, kamu harus mengontrol pola makan Nisha, jangan sampai kegemukan karena bahaya ke dirinya dan janinnya nanti" ucap Bara ke Iwan.
"Iya mas. Hari ini memang aku bebaskan karena ada papa dan mama tapi hari-hari aku sama ibu selalu mematuhi perintah dokter" jawab Iwan.
"Nak Bara tenang saja, Nisha kami jaga kok" sahut Bu Kinanti.
"Maturnuwun Bu, soalnya adik saya satu itu sukanya makan enak" kekeh Bara.
"Tapi ibu salut lho, Nisha bisa masak. Ibu pikir anak jaman sekarang tidak bisa masak apalagi melihat dari latar belakang keluarganya. Nuwun Sewu njih pak Ghani."
"Mboten nopo-nopo Bu. Anak-anak kami memang semua dari kecil sudah diajak ke dapur sama Necan dan mamanya jadi sudah terbiasa. Bara juga bisa masak" jawab Ghani.
"Pantas kemarin pas keponakan kumpul tampak santai pas acara masak-memasak seperti sudah terbiasa" kekeh Bu Kinanti.
"Kami sekeluarga yang cowok-cowok bisa masak meskipun simpel tapi setidaknya bumbu dapur hapal" sahut Bara.
"Pendidikan keluarga kalian bagus sekali pak Ghani, agama jalan, Budi pekerti juga bahkan humble kepada siapa saja" puji Bu Kinanti.
"Itu hasil didikan dari jaman eyang buyut Pratomo yang tetap diterapkan oleh opa dan Oma hingga ke papa dan mama. Alhamdulillah kami semua menjadi pribadi yang seperti ini" sahut Ghani.
"Saya juga akan meneruskan tradisi itu bersama Danisha, Pa." Iwan menatap Ghani dengan serius.
"Bagus Wan dan papa yakin kamu dan Nisha bisa."
"Aamiin."
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Aku kagum dan semoga bisa seperti keluarga pratomo yang masyaa Alllah Harmonis, mendidik, rukun, keluarga ceria humoris, humble, solidaritas tinggi pokoknya the best. aamiin keluarga yg menginspirasi semua orang. 🤗🤗🌟🌟🌟🌟🌟🌟❤❤❤❤❤❤
2023-11-09
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Ita benar anda bu Kinanti.. santun dan bijaksana banget tutur katanya.
2023-11-09
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Aamiin
2023-11-09
1