Ricky dan Arum pun bersiap-siap untuk kembali ke Pacitan dan selama itu Ghani tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada keduanya.
"Sudahlah G, namanya juga takdir yang membuat kita saling bertemu dan membuka pintu silahturahmi apalagi aku juga bisa bertemu dengan sahabat lamaku" ucap Ricky.
"Tapi kalau tidak ada..."
"Stop G. Kamu sudah terlalu banyak mengucapkan terimakasih padaku, tapi yang paling utama adalah ucapan terimakasih kepada sang Pencipta. Tanpa tangan dan ridho-Nya, kita tidak mungkin bisa berkumpul seperti ini." Ricky menepuk pundak Ghani.
Ghani mengangguk. "You're right, bang."
***
"Ini obatnya diminum kalau mas Bara terasa pusing ya. Eh tapi Bu Alexandra juga dokter ya" cengir Arum.
"Mama kan dokter orang mati, Rum" kekeh Bara.
"Arum, makasih ya sudah menolong dan membantu mas Bara" ucap Danisha sambil memeluk gadis cantik itu.
"Sama-sama Nisha. Sudah, jangan sedih lagi ya, bikin cucu lagi buat Pak Ghani dan Bu Alexandra, keponakan buat mas Bara juga" senyum Arum tulus. Arum tahu Danisha sempat keguguran dua bulan lalu akibat shock mendengar berita kakaknya hilang.
"Insyaallah" jawab Danisha.
"Hati-hati di jalan ya Rum" jawab Iwan.
"Terimakasih mas."
Arum mulai berjalan menuju mobil Alphard yang sudah menunggunya. Sofyan dan Sabrina sedang berpamitan dengan Ghani dan Alexandra.
"Rum."
Arum membalikkan tubuhnya.
"Hati-hati." Bara menatap manik hitam gadis itu. "Ini, kamu simpan ya." Bara meraih tangan Arum dan memberikan gelang perak yang terdapat inisial namanya, BG. "Dari Bambang" ucap Bara sambil nyengir.
Arum terbahak. "Mas Bara tuh! Bikin malu" gelaknya.
"Kalau sudah sampai di Pacitan, kabari ya meskipun aku tahu sinyal nya baru nongol malam" senyum Bara.
"Iya mas. Arum pamit ya. Selamat tinggal mas Bara."
"Bye Arum."
Bara menatap gadis itu masuk ke dalam mobil Alphard hitam itu duduk di belakang bersama Sabrina dan Sofyan yang di tengah karena Ricky di depan bersama sopir.
Tak lama kemudian mobil itu pun pergi meninggalkan mansion Al Jordan. Interaksi antara Bara dan Arum tidak luput dari perhatian Ghani dan Alexandra.
Mama cantik itu pun menghampiri putra sulungnya.
"Kenapa Ra? Sedih ditinggal Arum?" tanya Alexandra.
"Lumayan ma. Apalagi selama dua bulan Bara diopeni sama Arum dan dia serta pak Ricky hanya teman Bara disana. Mana Bara waktu itu tidak ingat siapa Bara sebenarnya."
Alexandra memeluk bahu putranya yang lebih tinggi 15 senti darinya. "Kalau kalian berjodoh, pasti akan bertemu lagi."
Bara mengangguk. "Je t'aime Maman."
"Je t'aime Bara."
***
Kedatangan para sepupu durjana Bara sore harinya membuat mansion. jadi ramai. Menurut rencana, besok pagi mereka semua akan pulang ke negara masing-masing.
"Jadi mas Bara mau ambil alih perusahaan Ogan yang di Jakarta?" tanya Kaia dengan mata berbinar.
"Iya Kai. Mas rasa sudah waktunya mas harus shettle down. "Lagipula mas gak sanggup melihat papa seperti itu."
Saat ini Kaia, Rhett, Bara, Arya dan Levi sedang membicarakan perubahan organisasi karena Bara mau mengambil alih. perusahaan Ogan Abi karena selama ini, Arya yang membantu mengawasi padahal dia juga memegang perusahaannya bersama sang papa Gozali.
"Alhamdulillah lu mau ambil perusahaan Ogan Abi, Ra. Bagaimana pun juga, perusahaan Giandra Otomotif Co semakin maju semenjak Boeing tetap memakai mesin buatan kami ditambah beberapa perusahaan lain juga mulai melirik setelah selama empat tahun Boeing memakai mesin kita, jauh lebih irit untuk biaya avtur nya" ucap Levi.
"Nanti aku bantu Ra untuk mempelajari perusahaan Ogan. Kan selama ini aku yang mengawasi sama papa" ucap Arya.
Arjuna pun datang untuk menimbrung bersama para sepupunya. "Jadi dia ambil perusahaan Ogan Abi?" tanyanya sambil duduk di sisi kosong gazebo.
"Jadi Junjun" ucap Arya.
"Baguslah! Setidaknya dia bisa anteng di satu kota, kagak nomaden seperti biasanya" ujar Arjuna.
"Besok kita pulang semua nih?" tanya Kaia.
"Pulanglah Z. Kamu kira kita tidak banyak pekerjaan?" sahut Rhett sambil memeluk istrinya.
"Tapi kayaknya papi sama mami mau di Jakarta dulu sekalian pengalihan manajemen Jakarta" ucap Kaia.
"Kok tahu?" tanya Levi.
"James baru saja ngabari kalau besok Papi mau ketemu dengan Oom Neil malam hari."
Neil Blair adalah sepupu Duncan Blair, ayah Kaia. Neil putra Stephen Blair adik kandung Edward Blair yang sama seperti ayahnya menjadi pengacara. James, putra Neil, pun mengikuti jejak ayahnya.
"Berarti kita duluan yang pulang ke New York" gumam Levi.
"Aku dan Aidan sama papa pulang ke London" sahut Arjuna.
"Ga nanya Bam... Eh ga jadi! Kan dah jadi namanya Bara" gelak Levi tanpa dosa.
"Brengsek lu Vi!" sungut Bara sebal.
***
Duncan, Ghani, Gozali dan Abian tampak berbicara serius di ruang kerja Hiro Al Jordan.
"Bara serius mau ambil alih G?" tanya Duncan Blair adik ipar Ghani dan Gozali.
"Tadi dia bilang gitu, mau stay di Jakarta dan mengambil alih perusahaan Daddy yang di Jakarta yang selama ini diawasi oleh Gozali dan Arya."
"Kenapa nggak kamu G?" tanya Abian..
"Aku mau istirahat, Bian. Sudah cukup lama aku di NYPD, kini waktunya aku cooling down. Apalagi kejadian Bara kemarin benar-benar membuat aku drop."
Duncan mengangguk paham. "Aku yang nantinya akan mengajari Bara karena rencananya, aku dan Rey akan di Jakarta selama sebulan. Nantinya kalau biar Arya dan Gozali yang membantu jika Bara mengalami kesulitan."
"Aku sih tidak masalah D. Toh selama ini juga aku dan Arya yang membantu mengawasi" jawab Gozali.
"Neil sudah kamu beritahukan kah?" tanya Abian.
"Sudah. Semua berkas yang dulu dibuat oleh Papa Abi dan Daddy tersimpan rapih kok sama Oom Stephen dan sekarang dipegang Neil" jawab Duncan.
"Ohya G, bagaimana menurut mu soal gadis bernama Arum itu? Tampaknya cocok sama Bara" goda Abian.
Ghani melirik. "Kalian tuh sukanya jodoh-jodohin" kekehnya.
"Dokter, cantik dan dia yang merawat Bara" ucap Duncan.
"Terserah Bara sajalah. Kalau memang jodoh, nggak lari kemana" ucap Ghani sok bijak.
"Seperti aku dan Rey" balas Duncan jumawa.
"Kalau elu mah maksa! Bahkan dari kecil udah anggap aku rival, D" cebik Gozali.
"Tapi kan endingnya Rey memang jodoh aku!" Duncan menyeringai licik.
"Soalnya Rhea juga maunya sama kamu D!" balas Abian yang diikuti tawa para iparnya.
***
Suara notifikasi masuk di ponsel Bara yang baru saja selesai sholat tahajud. Wajah pria tampan itu tersenyum.
📩 Arum Banowati : Arum sudah sampai tadi jam empat sore mas. Mas Bara besok pulang ke Jakarta hati-hati ya.
Bara melihat Arum mengirim pesan pukul 19.15. Memang sinyal sana parah banget!
📩 Bara Giandra : Iya Rum. Alhamdulillah sudah sampai Pacitan. Mas Bara hari ini pulang ke Jakarta ya.
Bara membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua dan berdiri di balkon. Arum Banowati. Kapan bisa bertemu lagi ya?
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaa
Cerita Bara memang mau aku bikin slow nggak grusah grusah dan insyallah minimal dua - tiga chapter sehari.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Uniie Gentra
maksudnya keponakan buat mas bara mungkin ya bukan ghani
2022-07-04
1
Murni Agani
mantap..😁
2022-02-21
0
Murni Agani
mantap..😁
2022-02-21
0