Gadis Berambut Gembel

Gadis Berambut Gembel

BAB 1 Kenyataan pahit

Bab 1

(Kenyataan pahit)

Kenyataan pahit harus Arisya alami bukan hanya karena kisah hidupnya yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua, tapi juga kenyataan bahwa ia memiliki rambut yang berbeda dari kebanyakan. Rambutnya saling menempel seperti rambut gembel, dan yang lebih menyedihkan lagi adalah rambut Arisya tak dapat dipotong jika dipotong maka akan membahayakan nyawanya. Untung saja nenek begitu menyayanginya ia melakukan berbagai usaha untuk mengatasi rambut gembel Arisya itu.

Awal kali nenek tau bahwa rambut Arisya tak dapat dipotong adalah saat Arisya berusia 40 hari. Saat itu bayi Arisya harus mengalami masa kritis selama beberapa hari, sesaat setelah rambut Arisya dipotong. Namun, nenek belum menyadari akan keanehan rambut Arisya. Hingga saat Arisya berusia 2tahun rambutnya mulai kusut, padahal rambut Arisya selalu dirawat dengan baik. Bahkan, semakin lama semakin menyatu seperti rambut gembel meski hanya rambut bagian belakangnya saja. Nenek yang melihat itu tanpa pikir panjang memotong bagian gimbal itu. Namun, saat rambut itu dipotong tubuh Arisya mengalami demam dan kejang-kejang, Arisya kembali kritis hingga beberapa hari.

Mulai saat itu nenek tidak berani memotong rambut Arisya, karena berpikir setiap rambut itu dipotong maka ia akan menyakiti Arisya. Sebagai pencegahan nenek rutin membawa Arisya kecil ke salon untuk melakukan perawatan namun hasilnya sama saja rambut belakang Arisya tumbuh dengan keadaan kusut dan semakin lama semakin melekat rambut gimbalnya semakin seperti rambut gembel, segala cara telah dilakukan nenek namun semua sia-sia rambut Arisya tetap seperti itu seperti rambut gembel.

Langkah satu-satunya yang bisa nenek lakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri Arisya adalah menutup rambutnya dengan head scarf atau topi, namun bagi orang-orang yang mengetahui keadaan Arisya mereka tak mau dekat dengan Arisya bahkan mengolok-oloknya dan memanggilnya dengan si gembel

"Tiiiiiin... Tiiiin"

Suara klakson motor yang terdengar tanpa henti dari arah garasi, dan baru berhenti saat seorang gadis berkaca mata dan memakai head scarf di kepalanya berlari mendekat

"Riaan, berisik tau!" Arisya memanyunkan bibirnya dan naik keatas motor.

"Lagian lama banget, jam berapa ini Arisya, " ucap seorang pemuda tampan yang bernama Rian, Rian adalah sahabat satu-satunya Arisya, ibu Rian bekerja pada nenek sejak kami masih kecil, sehingga kami selalu bersama baik di rumah maupun di sekolah.

Arisya dan Rian selalu bersekolah di sekolah yang sama meski tak sekelas seperti saat ini Rian memilih jurusan IPA, sedangkan Arisya, IPS.

"Sudah sampai tuan putri yang cantik, silahkan turuun," tutur Rian sambil menghentikan motornya.

Arisya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa memukul punggungnya dan turun.

"Nanti pulang bareng ya, aku ga ada kegiatan hari ini," ucap Rian

"Ok, bos!" Arisya menoleh sambil mengacungkan jempol.

Dulu mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Namun, kesibukan Rian bertambah di satu tahun belakangan, semenjak Rian menjabat sebagai ketua OSIS .

Arisya yang selalu merasa berbeda itu selalu berjalan menunduk, berusaha menghindari pandangan sinis dan menghina dari orang sekitar.

Arisya merasa bahwa dirinya hanya dianggap seperti sampah yang merusak pemandangan mereka setidaknya itu yang ia dengar dari mulut mereka.

Semua cacian dan hinaan perlahan menjadi biasa Arisya terima, sakit memang, tapi apalah daya tangannya tak sanggup menutup mulut mereka. Di kelas Arisya duduk sendiri di pojok belakang, sebenarnya murid di kelasnya berjumlah genap. Namun, tak ada seorang pun yang mau duduk bersamanya. Seperti halnya Dewi yang seharusnya duduk dengannya pun tak mau. Ia bahkan lebih memilih untuk menghadap guru dan kepala sekolah agar mencarikan bangku lain atau memindahkan ke kelas lain saja dibanding harus duduk di dekat Arisya.

Arisya meletakkan tasnya lalu duduk menatap keluar, dari lantai dua ini Arisya dapat melihat dengan jelas kegiatan di lapangan, di mana anak lain tampak bahagia bersama sahabat mereka, sedangkan Arisya? tak satupun disekolah ini yang mau mendekat atau sekedar bertegur sapa dengannya kecuali Rian.

"Kriiiiing... Kriiing... Kring"

Tiga bunyi tanda dimulai pelajaran, seperti biasa hari-hari di kelas begitu membosankan tak ada canda tawa seperti murid lainnya yang bisa Arisya lakukan, bukan tak mau bergaul tapi dengan penampilannya yang seperti itu membuat semua orang menghindar darinya mungkin mereka merasa jijik.

"Kriiing.... Kriiing"

Dua bunyi bel tanda jam istirahat tiba, dulu saat istirahat biasa nya Rian datang untuk menghabiskan waktu istirahat. Namun, kesibukannya sebagai ketua OSIS membuatnya tak bisa datang lagi, aku memakan bekal di kelas dan berjalan menuju Perpustakaan tempat tersepi saat jam istirahat karena sebagian besar murid, lebih suka pergi ke kantin untuk mengisi perut atau sekedar menghabiskan waktu bercanda tawa di sana, Arisya sangat ingin seperti mereka. Setelah menghabiskan waktu di perpustakaan Arisya kembali ke kelas. Namun, kali ini saat akan kembali tanpa sengaja Arisya berpapasan dengan Putri, Nani, dan Ririn

"Hey gembel kamu ngerusak pemandangan aja sih, sana pergi," bentak Putri yang berdiri tepat didepan ku.

"Iya nih gembel, ga usah so keluyuran di sini deh, mending sono no di jalanan, bikin enek aja," tambah Ririn disertai dorongan di tubuh Arisya hingga terhempas ke dinding kelas.

"Akh, jangan tolong lepaskan! " Arisya merintih pelan saat Putri menarik kerah bajunya.

Tak ada yang membela bahkan sepertinya murid disekolah sangat menikmati setiap adegan dihadapan mereka, mungkin mimik menyedihkan di wajah Arisya membuat hiburan tersendiri bagi mereka.

"Kriiing... Kring... Kring"

"Put, masuk tuh! yuk! " Suara bel masuk berbunyi, kali ini bel ini menyelamatkan ku

"Lo tau kan siswa gembel kaya lo itu ga diterima di sekolah elite ini, ngerusak pemandangan tau! Jadi harusnya lo tuh tau diri jangan pernah nongol didepan murid sini! " Putri menghempaskan Arisya begitu saja hingga jatuh kelantai kemudian berjalan meninggalkannya. Arisya pun berlari ke kelas tanpa mampu menahan air matanya. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Arisya meratapi nasib buruk yang ia alami selama ini.

"Kriiing"

Suara bel pulang berbunyi disambut suara gaduh di kelas. Arisya masukkan perlengkapan sekolah kedalam tas dan saat akan berjalan keluar kelas

"Heh gembel! mau ke mana sih? buru-buru amat. " Sebuah tangan menarik tas Arisya, hingga tampak seorang gadis cantik dengan mata yang indah, badan tinggi langsing dan bibir tipis yang tengah menatap sinis Arisya. Dia adalah Renata gadis terpopuler disekolah, entah apa yang ia pikir tentang Arisya sehingga ia begitu membencinya.

" Nih cuci muka dulu, biar seger!"

"Cuurr"

Tiba-tiba sebotol air di tuang tepat di atas kepala Arisya.

"Nah, bener tu Re! Ajarin kramas sekalian biar ga gembel gitu!"

Gadis lainnya ikut mengolok Arisya, disambut tawa dari yang lainnya, Arisya menatap setiap orang di kelas ini yang seperti nya begitu menikmati, layaknya menyaksikan sebuah tontonan gratis.

"Hufff.. " Sebuah hembuskan napas panjang terdengar, di susul tarikan kuat pada tasnya, kemudian Arisya berlari meninggalkan kelas.

Sepanjang koridor semua mata menatapnya tanpa perasaan, akhirnya lagi-lagi air mata mengalir. Arisya mempercepat langkah kaki ini

"Brug"

Kepalanya membentur sesuatu yang keras, sebuah dada bidang yang kokoh, beraroma maskulin yang tak asing. Dengan menghirup aroma ini saja hatinya merasa tenang.

"Mereka mengganggumu lagi? " Arisya memandang mata indah Rian yang kini tampak memancarkan kemarahan

"Ayo! biar ku hajar mereka! " lanjut Rian sambil menarik tangan Arisya, sedangkan Arisya tak bergerak dan menarik balik tangannya.

"Ayo pulang aku cape! " Arisya berjalan meninggalkannya hingga mau tak mau Rian mengikuti berjalan pulang meski api kemarahannya itu belum juga padam

"Kenapa kamu selalu seperti ini Sya, sampai kapan kamu akan terus menerima perundungan itu?" Seharusnya kamu melawan mereka dan tunjukkan pada mereka bahwa Arisya tidak takut. Ayo Sya, lawan mereka, jangan diem aja sya! "

"Apakah ada gunanya? Kedua tangan ini tak mungkin bisa menutup seluruh mulut di dunia ini yan, jadi biarlah ku pakai tangan ini untuk menutup telinga ku saja. " ucap Arisya

"Humff... Aku hanya tak rela kamu menderita terus Sya! " Rian membelai kepalaku.

"Udah ayo pulang! Jangan ngebut yaa.. Aku masih ingin hidup, pengen liat kamu jadi dokter nanti." Saat tiba di parkiran Arisya mengambil helm dari tangannya sambil tersenyum manis agar Rian melupakan kejadian tadi

"Dasar bodoh! Sudah begitu masih bisa ketawa " Rian tersenyum kecut sambil memukul kaca helm Arisya hingga tertutup

"Oh iya yan, kapan masa jabatan mu berakhir?"

"Tiga bulan lagi setelah Ulangan semester 1, mungkin pelantikan pengurus baru, ada di bulan januari kenapa?"

"Ga, cuman akhir-akhir ini kamu kelihatan sibuk jadi aku penasaran?"

"Jangan-jangan kamu kangen sama aku yaaaa...? " Ia tertawa meledek

"Enak saja mana mungkin aku kangen aku cuman kehilangan tempat sampah untuk bekalku, setiap hari nenek marah karena bekalnya masih, padahal bekal dari nenek itu banyak, bahkan bisa dimakan 5 orang, "

"Haaa... Betul juga kamu Sya, jadi selama ini, kamu manfaatin aku ya? "

"Iya sih tapi kamu suka kan?"

"Ya iya lah, bekal dari nenek itu ga ada duanya Sya, laziiiz?" Motor melaju hingga tiba di rumah.

Setibanya di rumah Arisya turun di depan pintu utama sedangkan Rian menuju arah belakang rumah, Rian tinggal di luar rumah keluarga yang letaknya di area belakang, Mama Lia yang meminta agar bisa tinggal di sana.

Arisya membuka pintu dan mengucapkan salam dengan lantang seperti biasa. Namun, ternyata ada tamu.

"Upst.." Assalamu'alaikum nenek, Bu, Pak, " Arisya mengulang salamnya yang urakan tadi, sembari mencium punggung tangan pria dan wanita paruh baya di depannya.

"Naik dan ganti baju mu dulu sya!" Suara nenek ditekan seakan mengusir Arisya untuk cepat pergi.

"Mba, apa dia Arisya? " Suara wanita itu memotong kata-kata yang baru akan Arisya ucapkan, tepat saat Arisya membuka mulutnya.

"Ganti baju mu dulu sya,, bau tauuuu, "

"Baik nek,"

Arisya menggukkan kepala sambil tersenyum untuk menghormati mereka dan pergi ke kamar. Namun, sekilas aku melihat perasaan sedih dimata mereka, baru beberapa langkah Arisya berjalan, wanita itu berlari dan memeluknya mencium keningnya sambil menangis.

"Siapa wanita ini? kenapa Seakan-akan ia mengenal ku, " batin Arisya

Terpopuler

Comments

🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍

🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍

mampir y kk

2022-05-09

0

UNI NANNI

UNI NANNI

baru mampir kak. Mampir di novelku juga, tetali maaf. Nyicil bacanya

2022-04-30

0

lazy

lazy

semangat Arisyaaaa

2022-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!