BAB 2
Diary 1
"Siapa wanita ini? kenapa seakan-akan ia mengenal ku," batin ku
"Ibu siapa? " Hanya itu yang bisa aku ucapkan ditengah keterkejutan ku
"Oma mirna, panggil aku oma Mirna, ya Nak! " Ku alihkan pandanganku pada nenek yang hanya menundukkan pandangannya itu.
"Aku adik kakek Wira Atmaja, Mirna Atmaja. " Oma Mirna mengulas sedikit senyum dan menarik ku duduk bersama mereka.
"Kakak aku hanya ingin menebus kesalahan ku dan menjalankan pesan Syakira, "
"Apa yang ingin kau lakukan pada cucuku? Apakah tak cukup kau buat aku kehilangan putri kesayanganku?"
"Kakak saat itu aku hanya ingin syakira bahagia hidup bersama orang yang ia cintai, "
"Kebahagian seperti apa yang bisa diberikan oleh seorang pedagang keliling? kamu pikir hidup ini cukup dengan makan cinta? Kami orang tuanya tak mungkin membiarkan dia hidup menderita dan kamu datang seperti peri kesiangan yang menjanjikan cinta, cinta yang bodoh! "
"Kakak aku mengku salah, namun Syakira ingin agar aku menjaga putrinya, ijinkan aku memenuhi tanggung jawabku. " Oma Mirna menangis sambil bersimpuh di kaki nenek.
"Pergi, aku mampu menjaga cucuku! jangan ganggu kami. Tugasmu hanya mengurus harta suamiku sampai saat nanti Arisya mampu mengurusnya. "
"Kakak"
Oma Mirna ingin mengatakan sesuatu namun
"Pergi....! "
teriakan Nenek menghentikan perkataannya. Pria yang bersamanya tadi bangkit dari tempat duduknya dan memapah oma Mirna berjalan kearah pintu tanpa berpamitan dan berbalik menatapku ketika sudah sampai di depan pintu, raut kesedihan tergurat dari wajah keduanya. Aku yang tidak mengerti hanya bisa melihat kejadian ini dengan perasaan yang tidak bisa aku pahami. Tadi oma berkali-kali menyebut nama ibuku dan siapa pria pedagang keliling yang disebut nenek tadi apakah dia ayahku?
Selama ini nenek menutup rapat apa pun yang berkaitan tentang siapa aku, yang ku tau aku cucu nenek dari putri satu-satunya yang bernama Syakira Maharani Atmaja,
Oma Mirna dan suaminya telah pergi, aku berusaha meminta penjelasan pada nenek namun nenek tak ingin mengatakan apapun
"Aku lelah ingin istirahat!" Hanya kata itu yang diucapkan nenek, Mama Lia mendorong kursi roda nenek dan meninggalkanku
Ku langkahkan kakiku ke kamar, ku jatuhkan tubuh di atas tempat tidur. Ku pejamkan mata berusaha menyusun puzzle kata antara nenek dan oma barusan berharap ada sedikit gambaran tentang siapa aku, seandainya aku bisa bertemu dengan oma Mirna, mungkin aku akan tau siapa aku dan kenapa aku begini?
"Jeleeeeek, banguun ayo temenin aku main gitar! ayoo turun.. " Rian masuk ke kamar ku lalu menarik tanganku, seperti anak kecil
"Apaan sih ngantuk tauuu! "
"Jangan tidur terus nanti gendut, ayo main gitar! " Sambil menarik ku turun ke ruang keluarga.
Diruang keluarga aku masih cemberut memasang wajah mode ngamuk.
"Haaa... " Suara tawa Rian terdengar
"Kamu cakep banget tau klo ngambek gitu, foto ya, haa.. " Rian mengarahkan ponselnya ke arahku. Aku berusaha mengambilnya. Namun, ia menghindar dan berlari, membuatku yang sedang marah semakin ingin menangkapnya dan memberikan pelajaran padanya, ruangan yang tadinya rapi mendadak jadi seperti kapal pecah air di meja pun tumpah aku tak perduli dan masih berusaha menangkapnya. Namun, saat aku sudah akan menangkapnya kaki ku terpeleset tumpahan air, dan tubuh ku menabrak tubuh Rian hingga kami terjatuh kelantai dengan posisi tubuh ku menindih tubuh Rian, sesaat pandangan kami beradu, menciptakan perasaan nyaman setiap kali menatap matanya, seolah-olah mata itu memeluk hatiku, rasa hangat dan nyaman berbaur bersama getaran-getaran membuat perasaan menjadi sulit dijelaskan
"Riaaan, Arisyaa... Apa yang kalian lakukan? " Suara mama menggelegar menyadarkan kami. Kami pun bangun dengan salah tingkah, untung mama tak melihat ke arah kami, hingga akhirnya mama menoleh kearah kami, sambil melotot
"Bereskan! Kalian klo sudah bercanda kayak anak kecil, ga ada yang mau ngalah, huft! "
Mama Lia menghembus kan nafas dengan kasar, lalu pergi.
Mama Lia bukan lagi orang lain bagi ku, aku bahkan sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri sejak lahir nenek dan mama Lia lah yang mengasuh ku
"Kamu sih, " Ku senggol tubuh Rian dengan sengaja, kami merapikan kembali ruangan ini. Setelah selesai Rian tampak memegang gitar dan Memetiknya aku menyahut petikan gitar itu dengan bernyanyi. Bernyanyi bersama membuat ku melupakan kejadian siang ini.
"Jangan membuat nenek sedih, " ucap Rian sambil menatap ku seperti tau apa yang aku pikirkan, ia menghentikan permainan gitarnya lalu tangannya mengambil remote dan menyalakan film drakor kesukaan ku,
"Ya aku tau," Sambil merebut remote ditangannya
Mama Lia datang membawa cemilan dan ikut duduk di sampingku lalu memeluk ku, kami menonton hingga makan malam siap, namun nenek tidak ikut makan malam
"Nenek ga enak badan jadi kalian makanlah dulu," Ucap mama Lia
Setelah selesai makan ku sempatkan ke kamar nenek mencium kening perlahan agar tidak Membangunkannya, setelah itu aku pun ke kamar untuk tidur.
Saat alarm berbunyi tanda hari sudah pagi, seperti biasa setelah berganti baju aku menuju meja makan, terlihat nenek dan mama Lia sedang asik membicarakan mawar yang mereka tanam 3 minggu yang lalu kini sudah berbunga,
"Nenek, aku sayang nenek emuah, "
Ku peluk dari belakang wanita tua yang kini hanya bisa duduk di atas kursi rodanya itu, lalu mencium secara bertubi-tubi di pipinya yang keriput. Sejujurnya aku takut kehilangan wanita ini, wanita yang dengan bersusah payah menjaga ku.
"Selamat pagi wanita-wanita ku, pagi ini kalian terlihat cuantik sekali" Rian tersenyum lalu memasukkan gorengan kemulut nya
"Riaan ga sopan kamu, duduk dulu baru makan, lihat tuh anak gadisku sikapnya manis sekali, ga kayak kamu boro-boro nyium, bilang sayang aja ga pernah, " Gerutu mama Lia,
"Plak" Nenek memukul dengan lembut tangan mama Lia.
"Sudah ayo makan cucu-cucu ku sudah lapar tuh, kamu malah ngambek, mana ada anak bujang yang manis, anak bujang harus tegas dan bertanggung jawab seperti Rian, " Nenek memang selalu membela Rian, meskipun Rian hanya anak seorang pekerjanya, nenek tidak membeda-bedakan kami, kami bersekolah di sekolah yang sama dan mendapat uang jajan yang sama besarnya, bahkan setiap kali nenek membelikan sesuatu untukku maka nenek pun akan membelikan sesuatu untuk Rian, nenek selalu berpesan agar kami selalu saling menjaga karena nenek hanya memilikiku dan Rian.
Setelah sarapan kami pun berpamitan dan berangkat sekolah bersama. Namun saat motor kami keluar perumahan ada sebuah mobil mengikuti kami, mobil mewah berwarna merah dengan plat B.
"Wah ada yang ngikutin kita sya! "
"Trus gimana?"
"Ini jalur yang rame sya mereka ga mungkin melakukan sesuatu yang melanggar hukum jadi tenang dulu kita lihat apa mau nya. "
Tak lama mobil mewah itu mendekati kami, dan perlahan kaca mobil itu terlihat semakin terbuka hingga terlihat oma Mirna tersenyum ke arah kami dan ada juga suaminya yang sedang menyetir
"Arisya oma mau ngobrol, di depan sekolah kamu aja, boleh ga? klo boleh oma ikutin ya di belakang motor kalian? "
"Rian gimana, temuin ga?"
"Terserah kamu sya,"
"Tapi jagan bilang nenek ya yan,"
"Iya"
aku mengangguk kearah oma Mirna. Dan mereka memposisikan mobil mereka di belakang motor kami
Saat di depan sekolah Rian menghentikan motornya dan oma Mirna menghampiri kami, ia turun dan memelukku
"Sayang, oma cuma mau pamitan, oma akan kembali ke Jakarta. " Tangannya membelai pipiku, matanya terlihat teduh, kerutan diwajahnya bahkan tidak menghapus sisa-sisa kecantikan di masa lalu, wanita ini begitu cantik, anggun dan lembut
"Maaf oma aku ga tau harus bersikap seperti apa, sejak kecil aku hanya kenal nenek, mendengar kisah ibu yang hanya sebagian dari nenek, aku tak pernah tau yang sebenarnya, aku berharap oma bisa membantuku untuk menceritakan sesuatu?"
Oma menghembus kan nafas nya lalu mengambil tasnya dan menyerahkan sebuah buku,
"Ini buku diary yang ditulis ibumu, kamu tau ibumu sangat suka menulis tidak? Bahkan semasa hidup ia adalah salah satu penulis yang handal di novel toon, apa kamu tau itu?"
"Ya aku tau nenek menceritakan itu, dan aku sudah baca beberapa buku diary ibu ada beberapa buku diary saat ibu bersekolah, nenek yang berikan."
"Yah,, bacalah buku ini tapi jangan sampai nenek mu tau, dan di halaman akhir oma sudah selipkan no telfon hubungi oma jika butuh sesuatu. "
"Baik oma" Kami berpelukan dan berpisah.
Saat memasuki halaman sekolah bel masuk sudah berbunyi, aku berlari memasuki kelas
"Brug"
Suara benturan disusul teriakan
"Aduh maaf aku ga lihat jalan tadi, maaf nabrak. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍
nyicil bacanya 😂
2022-05-11
0
Bhebz
Gadis Pemimpi menyemangatimu kak
2022-03-31
2
Libra
semangat ya kak 💪
2022-02-20
1