Bab 6
Pada hari Sabtu pagi Arisya, Rian dan Camilla berkumpul di sebuah taman membicarakan tentang yang terjadi di hidupnya dan meminta saran pada mereka untuk mencari di mana ayahnya.
"Sepertinya kita butuh laptop deh Arisya, kita bisa coba cari informasi tentang Ayah mu secara daring, asal tau nama lengkap kita bisa coba cari di web universitas di mana Ayahmu kuliah dulu, lalu baru mencari media sosial yang sering ia pakai. Dari sana kita bisa tau orang-orang terdekat dari Ayah mu, nantinya kita bisa menanyakan keberadaan ayah mu di sana. "
"Wah, ide bagus nih ayo kita ke rumah aja. " Rian menarik tangan Camilla yang sedang asyik melihat orang-orang yang sedang berolahraga.
Setelah kami sampai di rumah kami disambut Nenek dan mama Lia. Sepertinya mereka sangat senang melihat Camilla karena selama ini aku tak punya teman selain Rian. Aku langsung mengambil laptopku ke kamar dan mulai menjelajahi setiap nama yang sama dengan Ayah. Tak mudah memang, ada ribuan nama yang sama. Hingga tersaring puluhan nama yang sama yang berlatar belakang di universitas itu. Kami mencocokkan dengan jurusan dan tahun ayah berkuliah saat itu dan akhirnya di dapat 5 nama Aris Soetedjo.
"Istirahat dulu nak, ayo dimakan cemilannya dulu! " Mama Lia membawa banyak makanan
"Wah, tante banyak sekali makanannya. Em.. aromanya juga harum kayaknya enak ni! "
"Ah, nak Camilla bisa saja, tapi panggilnya mamah aja ya biar sama kaya Arisya sama Rian. "
"Oh, ok mah! " Camilla tertawa renyah.
"Ayo mill, istirahat dulu! " Ku sodorkan sepiring kue buatan mama Lia
"Em, enak banget apa ini namanya? Manis sya! "
"Kue lumpur! gitu aja ga tau." Rian menjawab sambil mengambil kue di piring.
"Kue lumpur tapi kok putih ga cokelat? "
"Emang ada kue lumpur yang warnanya cokelat? " Tanya Arisya sambil melihat Rian.
"Kan namanya lumpur. Lumpur Kan cokelat ini kok putih? " Camilla memperlihatkan kue nya.
Aku dan Rian tertawa bersamaan yang membuat Camilla bingung
"Kenapa? Kok malah ketawa? "
"Kamu tuh ini kue lumpur dari dulu bentukannya begitu dibuat dari kentang sama tepung terus atasnya di kasih kismis ga ada hubungannya ama lumpur! " Kami masih tertawa melihat kepolosan Camilla.
"Maklum lah kan aku ga tau. " kata Camilla sambil ikut tertawa.
"Kita cari kelima orang ini di sosial media aja ya Mill, Sya? "
"Iya boleh kamu punya fotonya sya?"
"Ada foto pernikahan Ayah dan Ibu. "
Rian mulai mencari dan dari 5 orang itu 3 orang masih aktif di sosial media sedangkan yang 2 tidak . Namun dari ke 5 nya tak ada yang mirip dengan foto itu. maka pencarian kami lanjutkan dengan menghubungi satu persatu.
Dimulai dari 3 orang yang aktif. Kami mengirimi mereka pesan
[Salam kenal. Maaf jika saya mengganggu apakah anda mengenal syakira? ]
Satu jam terkirim dan tak ada balasan.
"Mungkin kita cari di sosial media Ibu saja. Nama Aris yang mana yang berteman dengan Ibu. " ucap Camilla
"Iya juga ya, kan mereka dekat pasti sering berbalas pesan. "
Kami mencari media sosial Ibu tapi tak satu pun ada nama Aris. Hingga saat kami sudah putus asa.
"Ting"
Sebuah notifikasi pesan masuk ke laptop ku. Jantungku berdebar tak menentu apakah itu Ayah?
[Maaf saya tidak kenal Syakira mana ya? ]
"Yaah..." Perasaan yang tadinya memiliki sedikit harapan hancur sudah.
[Oh, terimakasih. Maaf telah mengganggu. ]
"Ting"
Sebuah pesan masuk. Kali ini tak seperti pesan pertama, kami membuka dengan perasaan yang pesimis.
[Apa Syakira dari perusahaan Atmaja Grup]
Kami terbengong sesaat
"Apa dia ayah mu sya? " tanya Rian yang hanya dijawab gelengan dari ku
[Benar. Apa anda mengenal nya] Rian membalas pesan itu
[Tidak bisa dikatakan mengenal hanya saja kami pernah satu jurusan ]
[Apa anda mengenal suaminya? ]
[Suami? Setau ku dia belum menikah hingga akhir hidupnya. Kamu siapa? ]
"Berarti dia bukan ayah mu Sya. Kita bilang apa nih? "
"Sepupu aja biar ga curiga. "
[Aku sepupunya]
[Dulu pernah ada yang pernah dekat dengannya dia teman satu jurusan dengan istriku. ]
Setelah bertukar pesan dan ternyata mereka tinggal ditempat yang bisa kami kunjungi kami memutuskan ke sana.
Di hari Minggu pagi aku dan Rian menaiki motor menuju alamat yang mereka berikan. Setelah perjalanan selama 2 jam akhirnya kami sampai ke alamat itu.
Kami disambut dengan baik oleh mereka. Mereka berbagi cerita hingga kisah cinta yang tak direstui pun istri pak Aris tau dan beliau memberi sebuah no telepon milik seorang sahabat dekat Ayah.
Kami berterima kasih pada keluarga pak Aris dan pamit pulang. Tepat pukul 8 malam kami sampai rumah. Setelah membersihkan diri Rian datang ke kamarku
"Sya, mana nomornya biar ku hubungi. " Ku sodorkan no telepon itu dan Rian pun menghubunginya.
"Sya, rumahnya ga jauh dari rumah kita besok kita akan menemuinya di cafe Mawar jam 5 sore. "
"Semoga dia tau keberadaan Ayah."
"Sudah Istirahat sana! besok sekolah. " Rian keluar dari kamar.
Senin sore
"Sya, kamu udah siap? "
"Udah yan, ayo. "
Sesampainya di cafe Mawar ternyata teman Ayah sudah menunggu di sana
"Permisi Om maaf kami terlambat. "
"Ah tidak! tadi aku ada urusan di restoran itu, jadi sekalian. "
Akhirnya kami mengobrol dan ternyata Om Joni tau banyak tentang Ayah bahkan Om Joni tau tentang pernikahan Ayah dan kehamilan Ibu. Akhirnya kami jujur bahwa aku adalah anak Syakira.
"Apa? Kamu anak Syakira? Apa aku tak salah dengar ini? " Om Joni menatap ku dan lama ia tak bicara lagi hingga ia mengeluarkan telepon genggam miliknya dan menghubungi sebuah nomor.
"Ris, kamu harus pulang sekarang anak mu sedang mencari mu!"
Setelah itu ia seperti mendengarkan jawaban dari orang di sebrang telepon
"Ayah mu akan menemui mu di sini besok sore. "
"Om tau di mana Ayah? "
"Aku bekerja padanya, mengurus perusahan di dalam negeri. Sedangkan Ayah mu memegang perusahaan pusat di Singapura. Ayah mu tak ingin pulang karena hanya ada kenangan buruk di sini.
Sore hari di hari selasa
" Yan apakah aku akan bertemu Ayah hari ini? "
"Tenanglah Sya, jangan gugup. "
"Ga bisa yan, haduuh nanti aku harus bilang apa ya? "
"Syaaaa...! "
"Iya aku tau, tenang kan? tapi susah. "
Sudah ayo berangkat.
Begitu sampai di cafe Mawar ku cari di setiap meja hingga
"Arisya!" Suara Om Joni terdengar dari sebuah meja di sudut cafe. Dan di sampingnya duduk seorang pria seusia Om Joni, begitu gagah dan berwibawa. Pria itu memandangku dan air mata menetes di pipinya.
Pria itu mengusap air matanya dan berdiri kami saling berhadapan
"Ayah.. " Pria itu memelukku tanpa berkata apapun kami melepas beban di dada dan menumpahkan segala rasa yang selama ini terpendam
"Maafkan Ayah.. " Satu kata yang akhirnya bisa terucap kami menguatkan diri saling melepas pelukan dan duduk
"Ayah apakah benar anda Ayah ku? "
"Ya. Arisya sebuah nama yang indah yang Ibumu berikan. Nama itu gabungan dari nama kami. Bagai mana hidup mu nak? Apakah selama ini kamu hidup dengan baik? "
"Ya! Nenek membawaku bersembunyi di kota ini agar keluarga besar Atmaja tidak bisa melukai ku ayah. "
"Nenek mu? Bukan kah selama ini ia juga menentang hubungan kami? "
"Nenek hanya tak bisa menentang keinginan keluarga besar Atmaja ditambah kedua kakak dari kakek yang bernama Mirdad dan Mario terus menghasut membuat Nenek tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan mereka berencana untuk mencelakai ku untung Nenek datang tepat waktu menyelamatkan ku dan membawaku pergi hingga kini kami hidup bersembunyi di sini. "
"Maaf kan aku nak, yang tak bisa berbuat banyak untuk mu. Ayah kecewa dengan semua yang terjadi dan juga putus asa karena semua orang bilang kalau Syakila meninggal bersama bayi yang ia kandung. " Isak tangis dan luapan kekecewaan terlihat begitu nyata di wajahnya yang berkarisma itu
"Sudah lah Ayah, semua yang terjadi pasti ada hikmahnya tapi Ayah lihat lah ini! "
Arisya membuka headscraf yang ia kenakan.
"Kau sungguh putri ku Arisya! " Menatap rambut ku dan membelainya.
"Maksud Ayah! "
"Rambut itu hanya dimiliki oleh anak terpilih di tempat kami tinggal dan rambut ini sangat istimewa. Menurut masyarakat kami, anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Kyai Kolo Dete merupakan salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam (sekitar abad 14)."
"Apakah bisa dihilangkan? "
"Tentu saja bisa! Rambut gimbal ini bisa dipotong dalam prosesi khusus (ruwatan). Pengadaan ruwatan harus mengikuti aturan khusus dan atas dasar kemauan dari si anak berambut gimbal.
Biasanya, sebelum dilakukan prosesi pemotongan (ruwatan), si anak akan mengajukan suatu permintaan. Dan kepuasan atas apa yang kamu terima itu lah yang akan menentukan berhasil atau tidak acara potong rambut itu.
"Kalau begitu bisakah Ayah menemui Nenek untuk melakukan upacara itu?"
"Tentu saja Arisya. Apapun akan ku lakukan untuk mu nak. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
lazy
aku juga suka kue lumpur endulita, yang pandan suji endolan mak haha semangat thor lanjut pengen liat arisya melibas yang buli pake harta tahta dan glowing shining shimmering, splendid wakakak
2022-04-08
0
Camut gemoy
Semangat💪
2022-03-27
0
Riena El Fairuz
semangat Thor, aku hadir lagi
2022-03-08
1