Bab 11

"Aku tak ingin Rian bersama mu. Aku tak ingin kamu bahagia. Aku tak ingin kamu hidup Arisya maka terimalah ini! "

" Duar"

"Kak Miko... " Aku begitu terkejut dengan kejadian ini hingga suara pun serasa tercekat di leher entah terdengar atau tidak.

Sedang kak Miko yang masih membopong ku perlahan mulai menurunkan ku, dengan keringat bercucuran menahan rasa sakit.

"Kenapa kamu berbuat nekat Renata apa kamu tak tau masa depan mu akan berakhir jika kau lakukan ini? "

"Salahkan pria mu itu! aku hanya ingin melenyapkan mu. Kenapa... Kenapa semua orang ingin melindungi mu sya.. Kenapa....? " Renata terduduk karena tak menyangka senjata api yang hanya akan dia gunakan untuk menakut-nakuti itu, kini melukai orang dan itu bahkan bukan Aku

"Kalau kamu tak berbalik aku yakin kini Arisya yang terluka, kenapa kau korbankan hidup mu demi seorang wanita berpenampilan aneh itu? " Renata melanjutkan.

"Karena ia layak. Arisya gadis baik dan cantik, sedang kan dirimu apa? Aku tidak mengenal mu, tapi aku yakin kalau kamu itu hanya seorang gadis manja yang segala keinginannya harus tercapai. Bukan cinta yang kau rasakan pada Rian, tapi hanya obsesi."

"Dilihat dari sisi mana pun Arisya jauh lebih baik dari mu jadi jangan bandingkan dia dengan diri mu, seujung kukunya pun kau tak sepadan dengannya. "

"Kalau begitu matilah kalian di sini, takkan ada yang menemukan kalian di sini. "

Renata pergi meninggalkan kami.

Ku usap punggung kak Miko yang penuh darah.

Air mata mengalir hingga tak dapat ku bendung lagi.

Kak Miko mengeluarkan ponsel nya

["Halo Camilla, tolong datang dan bawa ambulan ya! "]

[" Bang siapa yang sakit bang? Ada apa? "]

["Kak Miko aku Rian apa Arisya baik baik saja? "] Suara Rian yang sepertinya merebut ponsel Camilla

[" Rian cepat datang kak Miko tertembak! Tolong cepat datang! "]

Aku mengambil alih ponsel kak Miko karena melihat dia yang sudah kesakitan.

Ku lihat beberapa kali kearah luar namun semenjak Renata pergi bersama Gio dan Alcy tak adalagi yang datang ketempat itu sedangkan kak Miko semakin lemah wajahnya pucat dan darah terus mengalir dari punggungnya.

Ku dekati ia dan kupeluk

"Kak, kakak harus baik-baik saja kak jangan tinggalkan aku! "

Terlihat bibirnya masih mengukir senyum meski sudah tak mampu membuka mata.

"Tenang saja, aku akan berusaha tetap hidup karena aku ingin tetap bersama mu Sya! "

"Iya! Kakak harus hidup karena aku pun ingin kakak tetap berada di sisiku seperti Rian! "

"Jika kamu hanya bisa memilih antara aku dan Rian. Siapa yang akan kamu pilih Sya? "

"Rian sangat berarti bagi ku bahkan aku rela memberi nyawaku untuk nya tapi... Kak Miko adalah nyawa ku tak mungkin aku hidup tanpa kak Miko! "

Ku peluk tubuh lemah kak Miko. Hingga ia membuka matanya menatap ku lekat.

Tangan nya meraih leherku dan menariknya, hingga kini wajah kami berhadapan

Cup

Bibirnya mendarat di kening ku.

***

Di tempat lain Camilla dan Rian mengendarai motor tepat di depan sebuah ambulans, mereka melajukan kendaraan dengan cepat tak ingin membuang waktu.

Sesekali Rian melihat Camilla yang duduk di belakangnya dari kaca spion, terlihat Camilla yang terus menangis sambil memeluk erat pinggang nya.

Akhirnya mereka sampai, Arisya yang mendengar suara sirine berlari keluar melambaikan tangan.

Petugas ambulans menaikkan tubuh Miko kedalam ambulans, aku dan Camilla menemani di dalam mobil. Terlihat Rian menelepon seseorang entah siapa .

Hingga saat tiba di rumah sakit tampak ayah dan ibu kak Miko yang ku kenal hanya dari foto mereka di dinding rumah Camilla dan Ayah Aris pun sudah ada di sana. Begitu pintu ambulans terbuka mereka menghambur ke sisi kak Miko, mengantar hingga ke depan ruang operasi.

Hingga seorang Suster di bawa Ayah untuk mengobati luka di kaki dan tangan ku. Tak lama berselang datang juga petugas polisi yang meminta beberapa keterangan dari ku. 4 jam sudah kami duduk di depan ruang operasi tanpa ada suara hingga akhirnya seorang Dokter dan Perawat keluar dari dalam ruangan itu.

"Bagai mana Dokter? " Suara penuh ke khawatiran keluar dari mamanya kak Miko

"Operasi berhasil peluru telah dikeluarkan. Beberapa jam lagi pasien akan sadar tapi sebaiknya bergantian ya menengoknya. Baik lah permisi saya tinggal ya pak, bu. "

Dokter meninggalkan kami semua

Ayah memintaku untuk pulang dulu dan besok baru menengok lagi tapi aku ingin menunggu kak Miko hingga sadar.

"Sya minum dulu! " Rian menyodorkan minuman untuk ku dan yang lainnya tak lama Om Joni yang merupakan orang kepercayaan ayah datang membawa makanan untuk mengisi perut kami.

Hari ini aku benar-benar merasa memiliki segalanya ada kak Miko yang rela mengorbankan nyawanya untukku, Rian yang selalu menemani ku, dan juga Ayah yang begitu pengertian. Dalam hati ku bertekad akan melakukan yang terbaik bagi mereka.

Tak lama ayah dan ibu kak Miko keluar dari ruangan kak Miko

"Apa nama mu Arisya? " tanya ayah kak Miko

"Iya Om saya Arisya. "

"Miko ingin bertemu masuk lah! "

"Kak Miko sudah sadar Om? "

Ayah kak miko hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan menghampiri ayah, dijabatnya tangan ayah.

"Apa ayah kak Miko mengenal ayah? " Batin ku

Aku dan Camilla masuk kedalam menengok kak Miko.

Camilla yang masuk dan langsung saja memeluk kakaknya itu.

"Bang! Apakah sakit? "

"Anak bodoh! tentu saja sakit. Tapi tenang, abang mu ini pria tangguh yang kuat! "

"Dasar... Abang sakit masiiiih aja becanda. "

"Sya, kamu nangis? "

"Semua gara-gara aku kak! Seharusnya kakak gak perlu menyelamatkan aku apa lagi saat Renata menembak ke arah ku seharusnya kakak biar kan saja tak usah pedulikan aku! " Aku menangis

"Sya kamu itu, mana mungkin kakak ku membiarkan orang yang ia cintai terluka! " ucap Camilla

"Mila! " teriak kak Miko

"Udah lah kak jangan tutupi, dari awal bertemu di rumah aku tau ada sesuatu di antara kalian tapi aku masih takut sama Rian takut ia kecewa, jadi aku diam saja. Tapi jika sampai begini aku rasa aku akan mendukung mu kak! "

"Aku dan Rian memang dekat tapi bukan cinta ada sayang yang lebih besar dari cinta mil, dan aku sudah bilang pada kak Miko aku tak akan memilih di antara mereka. Karena aku bisa mengorbankan nyawaku demi Rian tapi aku tak kan bisa hidup tanpa kak Miko. "

"Arisya kemarilah! Percaya pada ku aku akan menghormati Rian karena Rian berarti untuk mu tapi perlu kau ingat aku mencintai mu! "

"Ok, kak! Risya belum istirahat sejak penculikan itu jadi jangan manja. Biarkan dia pulang ya? Aku ga mau kalau calon kakak ipar ku ini sakit. "

Wajah ku memanas mendengar ucapan Camilla itu

"Sya pulang lah istirahat. " ucap kak Miko

Terpopuler

Comments

Riena El Fairuz

Riena El Fairuz

semangat

2022-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!