Bab 8 Berdebar

Setelah turun dari panggung beberapa teman datang memuji suara kami, terutama Mas Ari,ketua panitia pertandingan ini.

Biasanya tak pernah ia menegur ku bahkan sekedar melihat pun tidak pernah tapi kali ini ia dengan tulus memujiku dan mau berbincang dengan ku.

Aku pamit pada Rian untuk pulang terlebih dahulu agar ia dapat menikmati kemenangan nya bersama teman satu tim-nya

Namun saat keluar lapangan terlihat seorang lelaki yang mengenakan Hoodie hitam, celana olahraga, dan sneakers sport berdiri didepan tempat sampah.

Tiba-tiba dia seperti tersentak antara kaget dan takut wajahnya yang putih berubah menjadi pucat lalu berteriak sambil mengibaskan tangannya.

Ia semakin panik hingga berlari mundur namun belum juga jauh akhirnya jatuh terduduk.

Kini dengan beringsut ia tetap berusaha menjauh dari tempat itu

"Kenapa? " Aku berlari menghampirinya takut terjadi sesuatu

"Itu.. Ada itu.. " Masih dengan wajah pucat penuh ketakutan ia menunjuk sesuatu di belakang ku.

Perasaan cemas bercampur takut kurasakan, sebenarnya ada apa dibelakang ku yang membuat seorang lelaki bertubuh tinggi atletis ini takut.

Dengan menajamkan pandangan perlahan ku hampiri tempat yang ia tunjuk.

Jantung ku berdegup membayangkan sesuatu yang akan ku lihat nanti.

"Hah! ga ada apa-apa kok kak?"

"Ada itu disitu."

"Apa? Di sini cuman ada sampah aja ga ada yang serem kok. "

"Itu binatang itu! "

"Kecoa?????" Ku tatap wajah ganteng itu penuh ketidak percayaan.

"Iya, hii... " Tubuhnya bergidik

"Astaga... " Laki-laki dengan tubuh tinggi atletis dan tampan ini sampai jadi seperti ini hanya karena kecoa? Oh Tuhaan.

Ku lampiaskan kekesalan ku pada seekor kecoa yang merayap di bawah tempat sampah itu, dan menginjak kecoa itu.

Bayangan lelaki maco yang penuh ketakutan karena melihat seekor kecoa, membuat ku sulit menahan tawa, meski sudah ku tahan

"Sudah ayo berdiri! Kecoa Nya dah mati tuh, cemen banget sih kamu kak, ganteng-ganteng takut kecoa. " Dengan masih menahan tertawa, ku ulurkan tangan kearah nya.

"Heh cupu di negara lain ga ada tuh yang namanya kecoa keluyuran. Lagian kamu injek gitu emang kamu ga tau ya? Di badan kecoa tuh isi nya cacing, coba bayangin kalo sampai dia mati dengan cara kamu itu, trus cacingnya masuk ke pori-pori tubuhmu, terus berkembang biak ditubuh mu itu hiiii... Tubuh kamu nanti dipenuhi sama cacing, kaya tubuh kecoa itu coba hiiii... " Dia meraih tangan ku dan berdiri lalu menepuk-nepuk celananya yang berdebu.

"Ah lebai deh kak, lagian kalo ga mau bunuh tuh kecoa, kamu kan bisa usir atau menghindar. Bukannya ngesot-ngesot kaya gadis di kepung preman gitu." Ku tinggalkan dia menuju kursi taman yang tak jauh dari kami.

"Ih, udah tadi, tapi bukannya pergi malah nyamperin, tiap kali aku lempar menjauh dia malah ngejar semakin dekat malah naik ke kaki. Makanya.. "

"Haaaa.... Haaa.. " Ditengah kekesalan ku karena lelaki itu menyalahkan ku telah menginjak kecoa. Ucapannya barusan membuat ku tak bisa menahan tawa sampai-sampai aku harus menyandarkan tubuhku pada kursi taman yang belum sempat ku duduki

"Maaf... Maaf tapi haaa.. Haa" Sulit menahan tawa meski sudah ku coba

"Sudah... Aku pergi, makasih! tapi ingat jangan ngomong sama orang lain tentang kejadian tadi! " Ia pun pergi meninggalkan ku dengan wajah ganteng yang tertutup rona merah yang begitu kontras dengan kulitnya yang putih.

Aku duduk di kursi dan masih tertawa terpingkal-pingkal. Kulihat jam ditangan ku, sudah menunjukkan pukul 5.30.

"Ah, sebaiknya aku cepat pulang jika tidak Nenek pasti khawatir. "

Aku menuju parkiran sepeda dan mulai mengayuhnya menuju rumah.

Suara yang tak biasa terdengar dari sepedaku lalu tiba-tiba tak dapat ku kayuh.

Saat kulihat ke arah bawah ternyata rantai sepedaku putus.

Ditengah kebingungan langit yang semula memang sudah mendung perlahan meneteskan air dan semakin deras.

Aku pun menepi kesebuah pos keamanan di sebuah rumah yang sepertinya masih kosong karena rumah di sekitar sini adalah bangunan baru belum banyak yang ditempati.

Semakin lama hujan semakin deras dan angin berhembus kencang

"Siapa disitu? " Terdengar suara seorang pria dari dalam rumah dan terdengar pintu pagar terbuka

"Kakak! Kok ada di sini? " Si cowok kecoa muncul dari dalam pagar

"Hem.. "

"Em.. Maaf kak saya cuman numpang neduh kok, sepeda saya rusak."

"Masuk! " Dengan dingin dan tanpa ekspresi yang berarti ia menyuruh ku masuk.

"Disini aja kak. "

" Duaaar" Suara petir terdengar begitu keras

"Aaaaaa" Aku berlari mendekatinya

Ia melihat kearah ku lalu ke sepedaku. Ia berjalan mendekati sepeda ku dan menuntun kedalam rumah

"Tolong tutup pagarnya! "

Aku menutup pintu pagar itu dan berjalan di belakangnya. Aroma parfum yang begitu harum tercium memanjakan hidung. Ia menaruh sepeda ku

"Tunggu hujan nya didalam saja! "

Dia berjalan meninggalkan ku begitu saja ke dalam rumahnya.

Karena hujan semakin deras mau tak mau aku pun mengikutinya. Sesampainya di dalam tak ada seorang pun di sana. Ku ikuti dia hingga sampai ke dapur.

"Silahkan duduk, nama ku Miko, rumah ini baru ku beli beberapa waktu yang lalu jadi belum ada pekerja disini. "

"Oh! Aku Arisya. Kakak sudah tinggal disini? "

"Belum dan sepertinya tidak akan. "

"Kenapa? "

"Kecoa."

"Hah! "

"Iya, awalnya aku ingin tinggal disini tapi ternyata di sini banyak kecoa mungkin aku harus berpikir lagi deh. " Sebuah teh hangat dan beberapa snack ia taruh di atas meja lalu ia duduk di depan sebuah jendela besar.

Terlihat wajah tampan yang tengah asyik memandangi hujan dengan mata coklatnya yang indah, sangat serasi dengan alis matanya yang tegas.

Hembusan angin dari luar mengantarkan Aroma samar yang menggetarkan hati.

Sebuah aroma maskulin yang membuatku membayangkan betapa nyamannya berada dekat tubuh itu.

"Duaar" Sebuah petir membuatku memejamkan mata dan menutup telinga ku

"Kamu takut petir? " Ia berjalan mendekat setelah menutup jendela.

"Iya." ku jawab dengan pelan kemudian kami duduk berhadapan sambil berbincang.

Ya Tuhaan! Begitu indahnya ciptaan mu.

Apakah hati mu sedang bahagia saat menciptakan mahluk di depanku ini?

begitu tampan, ditambah suaranya yang lembut memberi ketenangan namun menghanyutkan.

Ku tundukan pandangan ku agar tak semakin terlena dan mabuk dengan karisma dan ketampanan nya.

"Aaaaaaaa" Lampu seketika padam dan suasana jadi gelap.

Akhirnya sorot cahaya ponsel Miko membuat suasana tidak terlalu gelap. Miko mengajak ku berpindah ke sofa di ruang tamu agar lebih nyaman.

Mungkin karena belum ditinggali jadi tak ada persiapan untuk keadaan seperti ini dan kami hanya bisa mengandalkan cahaya ponsel.

"Kamu sudah menghubungi keluarga mu? "

"Ah, iya belum! " Ku kirim pesan pada Rian mengabarkan bahwa aku, akan pulang terlambat tapi ternyata baterei ponselku pun habis. Untung pesan itu sudah terkirim tadi

"Semakin malam suasana semakin dingin dan lampu pun tak kunjung menyala hingga akhirnya aku tertidur di sofa itu

" Brug" Tubuhku jatuh tepat di atas sesuatu yang hangat.

"Aduh! Arisya sakit." seseorang berada tepat di bawah ku. Namun saat akan bangun

"Duaaar" Suara petir membuat ku kaget hingga memeluk nya. dan lagi, aroma itu tercium begitu harum membuat ku mabuk kepayang. perlahan ku buka pelukanku.

Mata kami saling bertemu, tak bisa dihindari. Pertemuan mata itupun menimbulkan percikan api.

Sebuah api yang menyulut hasrat pada pria tampan dan harum itu.

Hingga saat hembusan nafas terasa di wajah ku dan semakin dekat membuat perasaan jadi tak menentu.

Tiba-tiba sesuatu yang lembut menempel di bibirku begitu hangat.

memberikan sebuah sengatan lembut yang menjalar ke sekujur tubuh.

Otak ku menolak tapi tubuh merespon lain. Dengan tak mudah akhirnya tubuh ini bisa ku kuasai lagi ku toleh kan wajah ku dan berdiri dari atas tubuhnya lalu duduk di atas sofa, meninggalkan nya

Suasana menjadi sangat canggung, aku tak tau harus berbuat apa. Akhirnya lampu menyala membuat perasaan ku menjadi lega.

"Mana ponsel mu? " suara Miko memecah kesunyian

Ku berikan ponsel ku, terlihat Miko mengeluarkan charger dari dalam laci

"Hujannya masih lebat nanti kuantar kamu pulang saja! "

"Tidak perlu nanti aku minta jemput saja kalau ponsel ku sudah hidup. "

"Sudah jangan nolak! Sekalian aku juga mau pulang. "

Kami mulai bersiap pulang setelah ponsel menyala terlihat banyak panggilan dari rumah dan Rian. Ku telepon nenek di rumah mengabarkan ke adaan ku dan ternyata Rian pun masih belum pulang.

Terpopuler

Comments

Bhebz

Bhebz

cowok kecoa?

2022-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!