Bab 5 kebenaran 1

Kami berangkat kelapangan basket dengan mengayuh sepeda, karena letak lapangan basket tidak lah jauh dari rumah.

Saat tiba di lapangan sorak penonton sudah terdengar riyuh,

"Wah, ramai sekali yang datang yan! "

"Iya, ayo sya! di sana. " Rian menunjuk pada deretan tempat duduk yang sudah terisi hampir penuh, terlihat wajah-wajah yang sebenarnya tak asing karena mereka tinggal dekat dengan rumah kami.

"Hai semua!" Sambil menggandeng ku Rian menyapa dan menyalami mereka sebelum duduk

"Hai yan! " Mereka menyambut antusias kedatangan Rian meskipun tampaknya kecewa karena Rian membawaku, tak ada yang menyapaku, seakan-akan menganggap ku tak ada. Sudahlah itu memang sudah biasa aku terima

"kok baru datang, seru tau, kayak nya tim Toni bisa jadi lawan kita di final nih, " suara Ari. Rian menatapnya lalu menatap ke lapangan dan memperhatikan pertandingan, dan benar saja pertandingannya ini membuat kami yang menonton ikut tegang dan hanyut dalam permainan, teriakan terdengar saat kedua tim saling berebut bola dan teriakan serempak dari penonton terdengar saat tim Toni memasukkan bola. Hingga akhirnya pertandingan tim pertama berakhir dan tim kedua yang terdiri dari Rian dan kawan-kawan pun bersiap turun kelapangan.

"Do'ain ya kalau menang nanti ku traktir deh" Rian melepas hoodie nya dan memberikan padaku, lalu berjalan menuju lapangan

"Hei... Ngapain sih ikut-ikut segala ngerusak pemandangan aja! " Anita dan yang lainnya melihatku dengan sinis, ku tatap mereka sekilas lalu ku arahkan pandanganku kelapangan, tak ingin menanggapi. Jika mereka tak ingin dekat denganku maka ya sudah, biarkan saja. Tapi tiba-tiba Dina yang duduk di depanku memegang segelas jus dan berbalik lalu menyiramkannya kearah ku. Untung saja aku sempat menghindar. Seperti kata Camilla aku harus menghargai diriku sendiri agar orang lain pun menghargai ku. Biar kali ini ku tunjukkan pada mereka bahwa aku tak suka diperlakukan seperti itu terus, kutarik tubuhnya yang masih berdiri itu dan ku dudukkan tepat di kursi yang penuh tumpahan jus tadi.

"Arisyaaa... " Dina nampak kaget dengan responku hingga matanya melotot menatap ku, sampai-sampai bibir indahnya bergetar menahan amarah, lalu ia berlari keluar dengan pakaian yang penuh jus dari baju hingga celana.

"Huft.. " Ku hembuskan napas kasar sambil memandang teman-teman yang masih terkejut. Mereka menatap ku tak percaya dengan apa yang aku lakukan barusan.

Andai mereka tau aku tak ingin melakukan itu.

Ku langkahkan kaki menuju kursi Dina dan duduk di sana.

"Kesambet setan apa Arisya sampe berani ngelawan Dina? " Suara bisikan yang sangat pelan terdengar dari arah belakang ku.

"Ssst"

Pertandingan dimulai, pertahanan kedua tim masih sangat baik sehingga terlihat mereka saling merebut bola hingga beberapa saat hingga saat Ari yang berhasil merebut bola mulai mengoper pada Rian yang berada pada garis 3 poin

"Blep" Rian menangkap bola dan bersiap memasukan. Seorang tim lawan menyadari itu namun tak mungkin menjaga Rian, hingga satu-satunya cara adalah menutup pandangan Rian jika tidak bisa melihat keranjang mustahil akan menembak. Pertahanan yang sangat baik dari tim lawan sebenarnya namun tak disangka Rian melangkah mundur dan dengan kecepatan yang sangat cepat

"Hah"

Rian menembakkan bola dan masuuuk...

Penonton berteriak, atas 3 poin pertama yang didapat Rian.

Pertandingan benar-benar seru hingga peluit tanda berakhirnya pertandingan. Tim Rian memenangkan pertandingan itu.

Banyak pendukung yang berlarian kelapangan menyambut kemenangan mereka, aku pun melihat Rian yang sedang dikelilingi banyak pendukung terutama gadis-gadis untuk mengucapkan selamat dan menunjukkan kekaguman mereka, saat Rian melihat kearah ku dan melambai aku menunjuk ke arah luar memberi tanda aku menunggunya diluar dan membiarkan Rian menikmati kemenangan bersama teman-teman nya.

Aku duduk di sebuah kursi taman memandang ke arah kolam. Ikan yang indah, tak ada satupun yang bercorak sama. Apa kalian juga saling membully?

"Hai cantik! Lama ya nunggunya? "

'Ih, Rian! Bikin kaget aja. "

"Ngelamunin apa sih? "

"Selamat ya kamu hebat! " Ku berikan hoodie nya sambil tersenyum.

"Semua karena kamu, coba kalau kamu ga dateng belum tentu aku menang. " Memakai hoodie nya dan duduk di dekat ku.

"Lebai deeh! Kamu pikir aku jimat keberuntungan atau dukun? " Kami tertawa bersama.

"Kamu bukan jimat apalagi dukun tapi kamu penyemangat ku sya! Apalagi liat kamu yang berani kaya tadi aku senang. "

"Kamu liat kejadian tadi? "

"Iya! lihat kamu narik dia, itu luar biasa! "

"Sudah ayo pulang keburu magrib nih! " Aku berjalan menuju parkiran sepeda.

"Ga mau aku traktir dulu? " Rian berkata sambil mengikuti ku kearah sepeda kami terparkir

"Besok aja lah, Nenek sama Mama pasti nungguin kita. "

Kami mengayuh sepeda hingga ke rumah. Sesampainya di rumah, Nenek menyambut kami dan terlihat wajahnya yang bahagia mendengar kemenangan tim Rian. Kami pun bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian untuk makan malam.

Setelah makan malam terlihat Nenek duduk di kursi roda nya sambil melihat taman mawar di teras samping, tempat favoritnya.

"Nek..! " Ku peluk tubuh renta itu dan melepas semua beban yang bergelayut bersama sejuta tanya yang ragu ku ungkapkan.

"Ada apa Arisya? " Tangan hangatnya menyentuh tangan ku

"Boleh Arisya tanya sesuatu? " Ku langkahkan kaki ku hingga kehadapan Nenek. Kini aku berbicara dengan duduk di kaki Nenek sambil merebahkan kepalaku di pangkuannya.

'Nenek membelai lembut rambut ku sambil meneteskan air mata. Mungkin Nenek bisa merasakan apa yang akan aku tanyakan. "

"Tanyakan lah, apa ada hubungannya dengan Oma Mirna. "

"Iya Nek. "

"Dia adik kakek mu. "

"Apakah hubungan kami dekat? Oma Mirna sepertinya sangat menyayangiku. "

"Ya! Oma Mirna mungkin lebih berhak atas kamu daripada nenek mu ini sya. "

Terlihat Nenek meremas lengan kursi rodanya.

"Nek.. "

"Mungkin saatnya kamu tau, tentang kenyataan toh cepat atau lambat pun kamu harus tau. "

Ku peluk pinggang Nenek dengan erat ada perasaan takut, takut kecewa dengan apa yang akan aku dengar. Hingga Nenek melanjutkan ucapannya

"Arisya... Nenek tidak pernah menceritakan tentang Ayahmu bukan karena benci tapi kenyataannya Nenek ga tau seperti apa Ayah mu dan bagai mana wajah Ayah mu. Nenek pernah melihatnya tapi dari jarak yang cukup jauh, saat itu Kakek mu mengurung Ibumu di kamarnya dan Ayah mu datang untuk menemuinya namun di usir oleh Kakek. Nenek tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa memeluk Ibu mu yang begitu terluka hatinya." Terdengar isak tangis Nenek. Lalu melanjutkan ceritanya lagi.

"Keluarga Atmaja adalah keluarga besar Kakek mu memiliki seorang adik kandung yaitu oma Mirna dan 2 orang kakak tiri Mirdad dan Mario. Kecuali Mirna mereka semua bahkan Ayah mereka, Kakek buyut mu adalah orang-orang yang selalu melihat manusia berdasarkan bibit dan bobot. Sehingga mereka tak setuju dengan Ayahmu yang hanya orang biasa. Mereka berusaha memisahkan Ayah dan Ibu mu bahkan berusaha menyikir kan mu yang saat itu masih bayi merah. " Suara Nenek berhenti berganti tangis lirih.

"Nenek, maafkan Arisya. Jika Nenek berat menceritakannya, Nenek tak perlu melanjutkan! "

"Tidak Arisya sebentar lagi kita akan kembali berhadapan dengan mereka jadi kau harus tau orang-orang seperti apa yang akan kau hadapi nanti. Kekejaman Mirdad dan Mario tak cukup sampai disitu Arisya, saat Kakek mu sakit dengan berbagai cara mereka mencoba mengambil harta Kakek mu namun Asisten kakek yang bernama Herman mengetahui itu dan membicarakan pada Kakek mu tentang usaha pengambilan harta. Beberapa perusahaan berhasil mereka ambil dengan tanda tangan palsu atau dengan menyuap direksi perusahaan agar menyerahkan wewenang pada mereka karena Kakek tidak punya keturunan. Saat itu Kakek sangat kecewa maka Nenek memberanikan diri untuk berterus terang bahwa anak dari Syakira masih hidup dan baik-baik saja, Kakek bisa bernapas lega dan membuat surat wasiat bahwa seluruh perusahaan atas nama mu. Namun itu malah jadi bencana, mereka berencana mencari mu dan membunuh mu Sya. Maka dari itu Oma mengambil mu dari Mirna dan bersembunyi di sini, bersembunyi dari semua yang akan menyakitimu. "

"Nek, bolehkah Arisya mencari ayah? "

"Carilah, mulai sekarang kamu harus belajar menjadi gadis yang kuat karena ada banyak tanggung jawab yang menunggumu dan mungkin tempat ini tak akan sedamai saat kemarin. Orang-orang mario dan Mirdad pasti akan segera tau tempat ini.

Terpopuler

Comments

Ryoka2

Ryoka2

😂😂😂

2022-05-16

0

meli meilia

meli meilia

kembali datang Kak..salam hangat dr Cinta Sang Maharani, Kakak..😁😁

2022-04-05

0

Bhebz

Bhebz

mantap banget thor, salam dari gadis Pemimpi

2022-04-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!