Bab 15

Sesampainya di rumah Mbah Kakung Arisya berjalan menuju belakang rumah di mana dari sana terlihat pemandangan yang begitu indah.

pemandangan alam dengan hamparan hijau sawah dan pegunungan yang tinggi hingga menembus awan.

"Kenapa, apa ada sesuatu yang mengganjal di hati mu? "

Kak Miko duduk di sampingku dan ikut memandang indahnya pegunungan yang jauh di sana.

"Kak Miko tau kemarin Arisya hanya menjadi sosok tanpa kawan dan saudara, hanya Rian yang slalu di samping ku dan Nenek yang begitu menyayangiku saja tak ada lagi selain mereka. Namun kemudian datang Camilla yang bisa memberi ku kepercayaan diri dan membuatku dapat menghargai diri ku sendiri.

Sehingga aku mampu menghadapi cemoohan dan pandangan jijik dari setiap yang melihat ku sungguh itu sangat berarti dalam hidup ku. Setelah itu kakak datang memberi ku hidup dan cinta.

Cinta yang berbeda cinta yang menjadikanku seorang gadis dewasa sesungguhnya. Ciuman pertama itu membuat ku merasa menjadi wanita dewasa dan itu membuat ku bahagia tapi itu juga membuatku berfikir agar aku berubah dan menjadi layak untuk kau cintai kak.

Belum habis kebahagiaan ku karena kehadiran kalian, Tuhan kembali memberi ku kebahagiaan Dia mengembalikan Ayah ku sehingga hidupku kini tak lagi sendiri ada saudara yang mengandeng ku erat dan berbagi suka dan duka. Ketenaran yang kalian berikan pada ku kini membuat ku sadar mereka yang membenci ku itu bukan karena tak menghargai ku tapi semua karena aku yang tak menghargai diriku dan hidup ku sendiri seharusnya dari dulu ku angkat wajah ini dan menata hidup sehingga tak perlu ada Renata, yang selalu membenciku. "

"Kami ada untuk mu, mendukung mu dan aku akan mencintai mu apa adanya Sya dengan atau tanpa upacara ini. " Tangan kak Miko menggenggam tangan ku.

Sebuah getaran indah berdegup dalam dada membuat ku merasa melayang bahagia.

"Aku tak menyangka Arisya si gembel, begitu beruntung mendapatkan tiga lelaki sempurna yang akan selalu menjaga ku. kak Miko akan selalu ada kan, untuk ku?"

"Tentu saja! Memang setelah nyawaku hampir melayang aku akan melepas mu! " Kak Miko menarik hidung ku dan berlari

"Justru kalau nanti kamu sudah tidak berambut gembel lagi mungkin kamu yang akan meninggalkan ku. " lanjut kak Miko

"Kak Miko teganya kamu menuduh ku seperti itu... "

Kak miko berlari dan ku kejar, kami berlari menyusuri bunga liar di tepian sungai, lalu bermain air hingga basah seluruh tubuh kami hingga akhirnya kami berbaring disebuah batu besar dan datar hangat terasa karena terpaan sinar mentari diantara pepohonan.

Namun ternyata ada sepasang mata yang diam-diam mengawasi mereka dengan perasaan yang hancur.

Pagi hari segala keperluan upacara telah disiapkan seperti kebaya berwarna putih dan kain jarik.

Arisya mulai berdandan di bantu Camilla dan 3 sepupunya.

Begitu selesai Arisya berkumpul dengan keluarga lain di pendopo rumah Mbah Kakung Nya

"Arisya apa yang akan kau pinta saat acara potong rambut nanti apakah sudah kau pikirkan baik-baik nak? " Ucap Kakung

"Sudah Kakung! "

"Apa yang kau pinta nak? " Ucap Ayah

"Aku hanya ingin merasakan cinta Ayah dan nenek bersamaan. Cinta yang belum pernah Risya dapat selama ini. Risya ingin makan disuapin oleh Ayah dan nenek bergantian. "

Air mata menetes di pipi Ayah dan nenek, Ayah menghampiriku dan memelukku dengan erat. Pelukan yang slalu ku rindu, pelukan yang tak pernah ingin ku bayangkan.

Kabut pagi di dataran tinggi Dieng baru saja beranjak seiring dengan munculnya sang surya.

Musik gamelan rancak telah terdengar di sudut jalan di Desa

Suara gamelan itu diikuti dengan tarian rampak yakso.

Tarian ini merupakan gambaran peperangan antara Raden Gatotkaca yang dibantu oleh kera putih atau Palwagaseta melawan musuh dari Kerajaan Giling Wesi dipimpin oleh Prabu Kolo Pracono dengan Patih Skepu.

Arak-arakan itu sebagai pembuka pawai keliling kampung bersama anak-anak berambut gimbal yang bakal mengikuti ritual pemotongan rambut.

Setelah berkeliling di Desa, pawai masuk ke kompleks candi Dieng. Tujuan awal adalah kompleks Dharmasala untuk mengikuti jamasan rambut.

Tahun ini ada 11 anak, kesemuanya perempuan, yang mengikuti pemotongan rambut gimbal.

Satu per satu, anak di jamasi dengan memakai air yang diambil dari Sendang Sedayu. Letaknya di pojok kompleks Dharmasala.

Usai dari Dharmasala, kesebelas anak itu dibawa orang tuanya masuk ke Candi Arjuna.

Di kompleks candi itu telah disiapkan tempat untuk prosesi pemotongan rambut gimbal.

Satu per satu anak dipanggil untuk mengikuti prosesi yang dipimpin oleh tetua adat , Mbah Kakung sendiri .

Sebelum dipotong rambutnya, anak-anak tersebut telah meminta sesuatu yang harus diwujudkan pada saat cukur rambut.

Pada saat dipanggil satu per satu, diinformasikan kepada khalayak mengenai permintaan masing-masing anak.

Mereka memiliki permintaan yang berbeda-beda.

Prosesi dimulai. Dengan lantunan tembang macapat Dandanggula, rambut gimbal anak dipotong. Paling pertama yang memulai mencukur rambut anak adalah sesepuh adat yakni Mbah kakung.

"Aris apakah ini betul-betul aman aku takut jika terjadi sesuatu yang membahayakan nyawanya Aris?"

"Tidak apa-apa bu, semoga saja upacara ini berjalan lancar bu."

Rambut Arisya dipotong dan setelah dipotong, dimasukkan ke dalam gentong.

Air mata terus mengalir melihat lembar demi lembar rambut gembel itu berhasil di potong hingga tersisa rambut yang tidak gembel, begitu prosesi potong selesai aku berlari memeluk kaki nenek dan di sambut oleh Ayah, mama Lia lalu Rian, Camilla dan Miko kemudian keluarga ayah satu persatu menyalami ku dan mengucapkan selamat atas dipotongnya rambut ini.

Rambut yang telah dipotong itu nantinya dilarung ke sungai yang mengalir sampai ke Samudra Hindia. Biasanya tempat yang digunakan untuk pelarungan adalah Telaga Warna.

Prosesi larung rambut gimbal merupakan bagian paling akhir ritual pemotongan rambut gimbal.

Pada malam harinya pertunjukan jezz di langsungkan kami bernyanyi dengan gembira menyambut Arisya yang tanpa rambut gembelnya.

Kami bernyanyi dan menikmati alunan lagu jezz yang ceria seperti hati kami saat ini.

Aku dan Rian saling berpelukan dan bahagia bersama melihat aku sahabatnya, yang akhirnya bisa tertawa lepas tanpa beban.

Kak Miko menggandeng tangan ku tak ada cemburu karena Rian jauh lebih dulu menyayangi Arisya hingga saat lagu berakhir Rian menggenggam tangan ku dan menyerah kan pada Miko.

"Jaga kesayanganku dengan baik buat ia tertawa seperti hari ini terus! "

Kak Miko hanya tersenyum dan mengangguk.

Kak Miko membawaku kesebuah lapangan luas dimana ada banyak lampion yang siap dinyalakan kami memilih lampion dengan motif bunga mawar dan bersama-sama menyalakannya kemudian menerbangkannya.

Kami berbaring di rerumputan memandang ke langit melihat ratusan lampion yang beterbangan, kelap kelip bagai bintang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!