Hari yang cerah, ada begitu banyak bunga warna-warni yang bermekaran di setiap sudut tempat. Mereka memilih sebuah pesta pernikahan kecil dengan konsep garden party yang indah.
Acara private yang mewah itu diadakan di halaman belakang mansion keluarga Levine yang luas. Dan hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan beberapa relasi bisnis yang penting bagi kedua keluarga. Walaupun acaranya terlihat simple, tapi itu tidak mengurangi kesan indah dan glamor yang dirasakan oleh semua orang yang hadir.
Sang mempelai wanita yang begitu cantik memukau, memancarkan aura sexy nan elegan dengan memakai gaun pengantin putih, hasil rancangan seorang designer ternama. Gaun berenda dengan potongan sexy itu menempel dengan sempurna dan menonjolkan keindahan tubuh sang pemilik.
Sofia Ann Levine tampak seperti seorang bidadari yang menggoda dalam penampilan sensualnya. Tapi terkadang wajah cantik itu menunjukkan ekspresi layaknya seorang anak gadis kecil yang lugu dan polos. Benar-benar kombinasi yang menggemaskan.
Dan tidak perlu diragukan lagi bagaimana Kaiden Alexander Lee mungkin adalah salah satu mempelai pria tertampan yang pernah ada. Wajahnya begitu ganteng dengan kumis dan jenggot tipis di sekitar mulut dan dagunya. Rambut gelapnya tersisir rapih ke belakang. Semua orang yang menatapnya akan terpesona sambil berdecak kagum.
Dia berdiri tegap dengan tubuh tingginya yang dibalut oleh tuxedo hitam yang mahal dan eksklusif. Dia terlihat seperti model yang ada di cover majalah-majalah fashion.
Secara keseluruhan pasangan pengantin itu tampak seperti seorang putri dan seorang pangeran yang keluar dari sebuah kisah dongeng romantis.
Semua tampak sempurna dan mereķa terlihat begitu serasi. Layaknya dua sejoli yang sedang dimabuk cinta. Para tamu mungkin menduga kalau keduanya adalah pasangan kekasih yang telah sekian lama jatuh cinta dan merajut kasih bersama.
Walaupun pernikahan ini terasa mengejutkan, tapi para tamu tidak akan pernah menduga kalau seminggu yang lalu Kaiden dan Sofia baru bertemu di halaman belakang mansion itu atas desakan kedua orang tua mereka.
Sepasang manusia yang baru saja mengikrarkan janji pernikahan di hadapan seluruh keluarga dan tamu undangan itu, kini sedang berdansa diiringi musik romantis yang mengalun lembut.
Mereka tidak saling berbicara sedari tadi. Hanya tatapan mata mereka yang sering bertemu walaupun sebenarnya mereka berusaha untuk menghindari satu sama lain.
Sofia menggigiti bibir bawahnya pelan, mencoba menepis bayangan saat bibir hangat Kaiden menempel dan menekan lembut bibirnya ketika mereka selesai mengucapkan janji pernikahan.
Sofia mengira Kaiden hanya akan memberikan kecupan singkat saja, tapi ternyata dia salah. Bibir manis Kaiden terus ******* bibirnya hingga dia merasa kehabisan nafas untuk beberap saat.
Ciuman pertama itu membekas begitu dalam, hingga Sofia merasa merinding hanya dengan membayangkannya saja. Tapi tentu saja bagi lelaki yang berpengalaman seperti Kaiden, pasti ciuman itu hanya sesuatu yang biasa saja. Suatu keharusan yang dilakukan tanpa perasaan. Sofia sedikit miris jika memikirkan tentang hal itu.
Pada saat yang sama, Kaiden menatap bibir merah Sofia lekat-lekat.
Kenapa dia mengigiti bibirnya seperti itu, desahnya dalam hati. Apakah dia tahu kalau yang dilakukannya itu membuatku gila? Seharusnya aku yang menggigiti bibirmu seperti itu... Kaiden terus berceracau dalam hatinya.
Dia masih belum bisa melupakan moment ketika mereka berciuman pertama kali sebagai suami istri. Ada sensasi yang terasa bagai aliran listrik ketika bibirnya menyentuh bibir Sofia. Dan dia tidak bisa melepaskan bibir manis itu, dia ingin terus menikmatinya. Lagi dan lagi.
Tentu saja Sofia bukan wanita pertama yang Kaiden cium. Tapi Kaiden harus mengakui kalau dia mendambakan bibir Sofia dan dia belum pernah merasa seperti itu sebelumnya.
Perasaan macam apa ini? Dia merasa sedikit resah.
Sepasang pengantin baru itupun terus berdansa dalam diam. Segalanya terasa begitu tidak nyata bagi mereka berdua. Semuanya memang terjadi sangat cepat. Terlalu cepat. Hanya beberapa kali pertemuan dan sekarang mereka resmi menjadi suami istri.
Kaiden harus kembali ke London karena urusan bisnisnya. Dan keluarga mereka memutuskan bahwa dia harus membawa Sofia ke London juga. Dengan status sebagai istrinya. Ya, dan akhirnya pernikahan inipun terjadi.
Pikiran Kaiden dipenuhi dengan semua hal yang terjadi selama satu minggu terakhir ini. Tentu saja dia tidak bisa menolak pernikahan ini, kan? Dia berusaha membela dirinya dalam hati.
Saat ini Kaiden merasa bingung dengan perasaannya, dan apakah tindakannya ini benar atau salah. Dia tidak tahu. Entah apa yang menyebabkannya begitu impulsif saat memutuskan untuk menerima perjodohan dengan Sofia.
Gila. Dia pasti sudah gila. Hanya itu jawaban yang bisa dia temukan untuk saat ini.
Kaiden menatap wajah istrinya. "Kamu sangat cantik." bisiknya lirih. Itu benar-benar suara hatinya yang keluar begitu saja.
"Terima kasih. Kamu juga sangat tampan." jawab Sofia sambil memalingkan wajahnya. Berusaha menghindari tatapan mata suaminya yang begitu dalam dan tajam. Seakan lelaki gagah itu bisa membaca pikirannya dengan mudah dan dia tidak mau itu terjadi.
"Apa kamu merasa lelah?" Kaiden mengelus pipi putih Sofia dengan jemarinya.
"Ti-tidak." Sofia sedikit terkejut dengan sentuhan lembut Kaiden tapi dia tetap tidak mau menatap mata suaminya itu.
Dia begitu dingin, kata Kaiden dalam hatinya.
Lelaki itu sangat penasaran terhadap Sofia Ann Levine yang sangat cantik sempurna dan begitu seksi menggoda, tetapi tidak memiliki gairah hidup seperti gadis-gadis muda lainnya.
Sofia tampak membeku, menjalani hidupnya dengan hambar tanpa memiliki impian atau harapan yang berarti. Semuanya hanya dia lakukan demi keluarga. Bukan untuk dirinya sendiri. Hal itu terlihat sangat jelas ketika mereka mempersiapkan pernikahan ini.
Sofia hanya mengikuti semua yang diatur oleh keluarga mereka dan pihak Wedding Organizer tanpa membantah sedikitpun. Bahkan dia tidak memilih gaun pengantinnya sendiri. Tidak ada satu halpun yang dipilih berdasarkan kemauan gadis itu.
Bukan karena Sofia tidak diberi kesempatan untuk memilih, tapi karena dia memang tidak mau melakukannya. Ibu Sofia dan Ibu Kaiden tidak mempermasalahkan itu tapi tidak bagi Kaiden.
Lelaki itu bahkan sempat berpikir kalau Sofia tidak perduli sama sekali dengan pernikahan mereka. Tapi keluarganya mengatakan mungkin Sofia merasa sangat gugup dengan pernikahan yang mendadak ini, jadi dia mempercayakan semuanya untuk diurus dengan baik oleh keluarga dan pihak Wedding Organizer.
Tapi tetap saja Kaiden merasa kalau ini cukup aneh. Karena yang Kaiden tahu, semua wanita muda pasti memiliki pernikahan impian yang ingin mereka wujudkan. Dan walaupun Sofia dan Kaiden menikah karena dijodohkan oleh keluarga, tetap saja ini adalah sebuah pernikahan yang Sofia nantikan seumur hidupnya.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Kaiden lagi, masih berusaha memulai percakapan.
"Aku tidak merasakan apa-apa." Sofia lalu tertengun setelah mengucapkan jawaban spontan itu. "Maaf, maksudku..." dia menatap lelaki tinggi di hadapannya dengan perasaan bersalah.
"Aku mengerti." potong Kaiden. Dia menghentikan dansanya. "Sepertinya Dad ingin berdansa denganmu."
Kaiden tersenyum tipis dan menyerahkan tangan lembut Sofia kepada Patrick yang sudah berdiri di belakang putrinya. Sofiapun berdansa dengan ayahnya.
Kaiden menyesap anggur dari gelasnya sambil diam-diam memperhatikan istrinya. Sofia tampak tertawa kecil ketika diajak berdansa dengan gerakan cepat oleh ayahnya.
Kecantikan Sofia tampak berkilauan ketika dia tertawa seperti itu. Sesuatu yang jarang sekali terjadi ketika wanita itu sedang bersamanya.
Kaiden berdecak pelan. Istrinya itu benar-benar bidadari yang seksi dan dia menikmati kesempatan berharga untuk menatapnya dari kejauhan seperti ini. Kaiden tidak bisa mengelak ketika pikirannya dirasuki oleh imajinasi nakal dan liar tentang Sofia.
Bayangan tubuh indah Sofia yang polos tanpa sehelai benangpun, terbaring pasrah di tempat tidur benar-benar membuatnya tergoda. Akan sangat menakjubkan rasanya jika dia bisa mencium dan menyicipi setiap jengkal kulit halusnya yang harum. Dan ketika dia menikmati tubuh sexy istrinya sampai mereka akhirnya menyentuh puncak yang panas dan penuh gairah...
Damn it. Kaiden harus menghentikan imajinasi liarnya. Dia meneguk sisa anggurnya sekaligus, tiba-tiba merasa sangat gerah dan tidak nyaman.
"Kaikai..."
Pada saat itu Sharon berjalan mendekati putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments