"Teman-temanmu sangat baik dan lucu."
"Hm~hm." Kaiden hanya bergumam, matanya tetap fokus pada dokumen-dokumennya.
"Mereka juga sangat tampan dan gagah." Sofia berkata sambil tersenyum.
"Hmm." Kaiden tidak bergeming.
"Terutama Louis."
Pria itu segera menoleh pada istrinya saat mendengar Sofia menyebutkan nama temannya itu.
"Louis?"
Si cantik menganggukkan kepalanya dua kali. Mata bulatnya yang indah tampak berbinar.
"Louis?" Kaiden meletakkan dokumen di meja dan menyandarkan punggungnya ke kursi. "Apakah kamu menyukai Louis?" tanyanya dengan nada tidak suka. Ada kilatan aneh di mata Kaiden.
Senyum Sofia semakin lebar. Sebenarnya di mata Sofia, Kaidenlah yang paling menonjol di antara teman-temannya. Mereka semua memiliki wajah tampan rupawan dan fisik yang sempurna, tapi Kaiden terlihat lebih menarik dan sexy dengan aura dingin dan misteriusnya.
Atau mungkin karena Sofia sudah tahu keahlian Kaiden di atas ranjang yang menakjubkan dan betapa dia sangat menyukainya? Sofia cepat-cepat menepis pikiran nakal itu dari otaknya.
Sambil tersipu diapun menjawab, "Dia yang paling tampan, lucu dan baik."
"Really?" Kaiden merasa tidak senang mendengar Sofia memuji Louis seperti itu.
"Kalau aku ga ketemu kamu, mungkin aku akan berkencan dengan Louis." Sofia mengatakan itu untuk menggoda suaminya.
"Apa?! Whoahh..." Kaiden tampak kesal dan hendak protes ketika tiba-tiba ada yang membuka pintu kantornya.
Ethan muncul dan segera memasuki ruangan, berjalan mendekati Sofia dan menarik tangannya.
"Kai, sorry tapi aku sangat membutuhkan bantuan Sofia."
"Apa? Ethan, kenapa kamu ada di sini?" Kaiden menatap sahabatnya dengan bingung.
"Nanti aku akan jelaskan padamu." Lalu Ethan menoleh pada Sofia. "Ini tentang Claudia. Sofia, bolehkah aku meminta bantuanmu?" Dia membimbing Sofia untuk berjalan menuju pintu, keluar dari ruangan kerja Kaiden.
"Tapi Ethan..." Sofia kebingungan dengan ajakan Ethan yang tiba-tiba.
"Ethan!" Kaiden juga tak kalah bingungnya.
"Sebentar aja. Nanti aku jelaskan..." kata Ethan sambil melambaikan tangannya dan membawa Sofia keluar dari ruangan.
Kaiden masih belum pulih dari keterkejutannya dan bermaksud untuk mengejar Ethan ketika asistennya yang bernama Adrian masuk dan melapor.
"Tuan Kaiden, di luar ada Nona Bella. Dari tadi dia memaksa untuk masuk ke dalam ruangan anda. Saya sudah mencoba menahannya karena anda sedang berada dengan Nyonya muda di dalam. Tapi dia bersikeras untuk menemui anda. Jadi ketika tadi Tuan Ethan datang, saya memberitahunya dan..."
Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan keras dan masuk ke dalam.
"Kita harus bicara!" Seorang wanita cantik berdandanan glamor menatap pada Kaiden dengan raut muka yang tampak galau.
Kaiden balas menatap Bella dengan tatapan dingin.
"Maaf, Tuan. Saya--"
"Tidak apa-apa, Adrian. Kamu bisa tinggalkan kami sekarang." Kaiden berkata kepada asistennya.
Begitu Adrian meninggalkan ruangan, Bella berjalan cepat menuju Kaiden dan langsung memukul-mukul dada bidang lelaki itu.
"Kenapa?! Kai... Kenapaaa?!" dia berteriak histeris.
"Bella!" Kaiden menangkap tangan wanita yang sekarang sudah menangis tersedu-sedu.
"Kenapa?! Kenapa kamu menikahinya?!" Bella berteriak sambil terisak.
"Oh, God. Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Kamu bertanya kenapa aku ada di sini? Kai! Kenapa kamu tega sekali padaku."
Kaiden menghela nafas, lalu dia membawa Bella yang terus saja menangis ke sofa.
"Kita ga bisa bicara dengan baik kalau kamu seperti ini. Kamu harus tenang atau kamu bisa keluar dari ruanganku." Dia berkata dengan dingin sambil menyodorkan kotak tisu.
Bella tahu bagaimana sifat Kaiden dan dia juga tahu kalau ancamannya bukan omong kosong. Diapun mengambil tisu dan menghapus air matanya lalu menatap Kaiden.
"Jelaskan padaku kenapa kamu menikahi wanita itu? Siapa dia? Kenapa dia tiba-tiba muncul di antara kita?"
"Kapan kamu datang dari Amerika?" Kaiden tidak menjawab semua pertanyaan Bella.
"Beberapa hari yang lalu. Dan temanku memberitau kalau kamu sudah menikah 3 bulan yang lalu." kata Bella dengan suara gemetar. "Apa itu benar?" Airmatanya kembali beruraian di pipi.
"Aku ga perlu menjelaskan apapun padamu." ucap Kaiden dengan wajah yang datar tanpa ekspresi.
"Kaiden! Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kita sudah menjalin hubungan selama dua tahun lebih, tetapi mengapa kamu tiba-tiba menikahi wanita itu?"
"Bella, kamu dan aku sudah putus. Apa kamu lupa? Jadi ga ada yang salah kalau aku menikah dengan wanita lain, kan?"
Mata Bella melebar. "Tapi kita baru putus 4 bulan yang lalu, dan hanya selang waktu 1 bulan kamu langsung menikahi wanita itu?! Kenapa begitu tiba-tiba? Aku tidak percaya hatimu bisa berubah secepat itu. Maksudku..." dia sepertinya tidak bisa menerima kenyataan.
"Kenapa kamu mempertanyakan keputusanku? Kamu ga punya hak untuk itu."
"Apa selama ini kamu sudah berhubungan dengan wanita itu? Kamu berselingkuh dengan dia waktu kita masih pacaran?"
"Astaga! Bella, apa kamu sungguh ga mengenalku? Buat apa aku melakukan itu? Dan jangan pernah menuduh Sofia sebagai selingkuhanku karena itu sama sekali ga benar! Aku ga akan diam aja kalau kamu mengatakan hal yang buruk tentang dia." Kaiden menatap Bella dengan tajam.
"Sofia? Hah! Jadi namanya Sofia?" Bella mendengus. "Kai, ini aneh. Aku tau ada yang aneh. Kamu ga mungkin berubah secepat itu."
"Apanya yang aneh? Bagaimana dengan dirimu sendiri? Satu minggu setelah kita putus, kamu berkencan dengan pria lain. Dan kemudian aku diberitau kalau kamu akan bertunangan dengan pria itu dan pindah ke Amerika bersamanya. Tapi aku ga masalah dengan semua itu karena hubungan kita memang sudah selesai." tutur Kaiden dengan tenang.
Bella membelalakkan matanya. "Kaiden! Aku melakukan semua itu karena... Itu hanya untuk membuatmu cemburu! Aku hanya ingin kamu cemburu!"
Kaiden mengerutkan keningnya, tak mengerti dengan maksud perkataan Bella.
"Aku masih mencintaimu, Kai. Aku hanya memperalat lelaki itu untuk membuatmu cemburu. Aku ingin kamu mengejarku seperti orang gila. Aku ingin kamu menginginkanku seperti aku menginginkanmu. Selama ini selalu aja aku yang mengejarmu! Aku! Aku yang mengejarmu seperti orang gila." Bella menangis lagi.
"Astaga..." Kaiden mengusap wajah dengan tangannya.
Bella selalu saja membuat dia pusing dengan segala tingkah lakunya. Dan sekarang dia merasa begitu jengah.
"Kamu tahu kan, aku bukan tipe laki-laki yang akan memintamu kembali padaku setelah kita putus!"
"Tapi kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus membuang egomu."
"Aku ga punya pemikiran yang sama denganmu." kata Kaiden dengan dingin.
"Kamu egois! Aku mencintaimu tapi kamu..." Bella terisak lagi.
Kaiden menghela nafas. "Sebenarnya siapa yang egois? Kamu yang egois, Bella. Semuanya harus sesuai keinginanmu. Dan selama ini aku mengikuti semua yang kamu mau. Setiap kali kamu memutuskan hubungan denganku karena emosi. Dan kemudian kamu merengek-rengek ingin balikan denganku tanpa memikirkan perasaanku."
Kata-kata Kaiden yang dingin itu seakan menampar pipinya dengan keras. Bella tidak bisa membantah semua yang Kaiden ucapkan. Dan dia sangat menyesal dengan perpisahan mereka.
Apakah kali ini dia benar-benar telah kehilangan cinta Kaiden untuk selamanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments