"Sofia."
"Hm?"
"Kamu sangat seksi."
Wajah cantik Sofia memerah. "Hah?" Dia mencoba menghindari tatapan Kaiden yang begitu menggoda.
"Ah, kemarilah. Aku ingin menciummu."
Lelaki bertubuh kekar itu tidak membuang waktu untuk berbicara. Kaiden meraih dagu Sofia dan segera menikmati bibir merahnya, memberikan ciuman yang mesra dan panas.
Sofia terkejut dan tanpa sadar membuka mulutnya, membuat ciuman Kaiden semakin dalam. Kaidenpun semakin erat memeluk istrinya.
Tubuh keduanya sudah begitu rapat, tangan besar Kaiden mengelus punggung bagian bawah Sofia dan bergerak semakin naik ke atas.
"Kai... Ohh kamu... Kamu ga lapar? Aku tadi udah masak... Kai?" tanya Sofia dengan nafas terengah. Dia mencoba mengalihkan perhatian suaminya walaupun dia tahu itu tidak akan berhasil.
"Hm... Ya, aku lapar." bisik Kaiden di telinga Sofia.
"Kalau gitu kamu harus makan. Kai..." Lalu Sofia terkikik geli karena Kaiden menciumi wajahnya dengan gemas.
"Aku akan memakanmu..." Kaiden ******* bibir manis istrinya sampai merekah. Tangannya bermain-main di bagian dada Sofia, membuat Sofia bergetar dan terengah.
Kaiden semakin bersemangat menjelahi tubuh mulus istrinya. Tak lama kemudian Sofia menjerit pelan sambil terus terkikik geli. Kaiden sudah membuka dan melempar pakaiannya entah kemana.
"Kai... tadi pagi kan kita udah..." gumam Sofia sambil menikmati kecupan panas Kaiden di dadanya.
"Shh... Just enjoy it." Kaiden menghentikan protes istrinya dengan ciuman. Pria tampan itu sudah membaringkan tubuh Sofia di sofa.
"Hahh... Aduh, Kai... Apakah pasangan yang udah menikah... ah, selalu melakukan ini... Oh, setiap pagi dan malam?"
"Uumm... entahlah... aku belum pernah menikah sebelumnya..." jawab Kaiden setengah berbisik, sambil terus mendaratkan ciuman ke kulit putih mulus Sofia.
Sofia tergelak pelan mendengar perkataan suaminya. "Kamu..."
"Tapi aku akan melakukannya denganmu... Setiap kali aku punya kesempatan... Oh, you're so sexy..."
Sofia tersentak saat merasakan mulut hangat Kaiden yang menyusuri tubuhnya, bergerak semakin ke bawah.
"Ohh, Kai..." desah Sofia. Tangannya meremas rambut pria yang sedang dibakar oleh gairah itu.
******* manja Sofiapun terdengar di telinga Kaiden, seperti lagu indah yang menghantarkan wanita itu pada penyerahan diri total. Merekapun menyerahkan diri pada gairah dan kenikmatan.
Waktu hampir menjelang subuh ketika tiba-tiba saja Sofia terbangun dan menangis sejadinya di tempat tidur.
Kaiden yang berbaring di sampingnya juga terkejut, lelaki itu ikut terbangun dan mencoba untuk menenangkan istrinya.
"Hey... Ada apa? Sofia?"
"Dia mati! Pesawatnya jatuh dan terbakar! Oh Tuhan... Dia mati!" jerit Sofia panik. Wajahnya yang basah oleh air mata terlihat pucat. "Oh, God... Why?" Dia menangis lagi.
"What? Apa yang kamu bicarakan?" Kaiden memeluk tubuh polos Sofia yg tidak mengenakan apapun di balik selimut tebal itu.
"Kenapa ini harus terjadi...."
"Sofia, apa kamu bermimpi buruk? Hm?" Kaiden mengelus rambut panjang istrinya.
"Dia... Dia... Oh, Tuhan kenapa..." Sofia menangis tergugu di dada bidang Kaiden.
"Dia siapa? Hm?" Kaiden menghapus air mata yang terus membasahi pipi putih Sofia. "Kamu mimpi apa?"
"Kai..." Wanita itu semakin mengeratkan pelukannya di leher Kaiden. "Aku takut..."
"Tenang, Fia. Itu hanya mimpi." Kaiden mengelus-elus punggung halus istrinya.
Untuk beberapa saat mereka diam seperti itu. Sofia masih terisak pelan dan Kaiden terus berusaha menenangkan istrinya.
Lelaki itu menahan nafasnya, menyadari betapa rapatnya tubuh mereka berdua. Kaiden kembali mengutuki hasratnya yang mudah sekali terbakar saat berada di dekat Sofia.
Padahal beberapa saat yang lalu mereka baru saja bercinta dengan amat memuaskan. Gosh, Sofia benar-benar wanita yang menggairahkan atau aku yang benar-benar mesum, desahnya dalam hati. Dia sudah tak tahu lagi.
"Aku takut..." kata Sofia sambil terisak pelan.
"Itu hanya mimpi. Tenanglah, Fia..." Kaiden mengecup puncak kepala istrinya. "Sshhh... Siapa yang kamu mimpikan?"
Sofia terdiam, mengangkat wajahnya. Menatapi Kaiden dengan mata indahnya yang basah.
"Hm? Siapa?" Kaiden mengusap air mata di pipi Sofia.
Si cantik itu hanya menggeleng, "Maaf, aku jadi membangunkanmu."
"It's okay." Kaiden mengecup bibir merah istrinya.
"Apa kamu mau minum?"
Sofia menggeleng. "No, thank you."
"Apa kamu udah merasa lebih tenang?"
"Iya. Sekarang jam berapa?"
Kaiden melirik pada jam dinding. "Hampir jam 4 subuh." Dia kembali menatap Sofia tanpa berkedip. Apa sebenarnya yang dia mimpikan hingga membuatnya panik seperti itu? Apa Sofia seseorang yang berarti baginya?
Si cantik itu tampak sedikit resah dan berusaha menjauhkan matanya dari Kaiden.
"Kamu ga mau menceritakan tentang mimpimu padaku?"
Sofia menggeleng, "Itu... itu hanya mimpi buruk yang aneh."
Kaidenpun tidak memaksa. Dia hanya menatap wanita cantik menggoda yang ada dalam pelukannya itu.
Oh God, dia cantik sekali, desahnya dalam hati.
Kaiden selalu merasa seperti lelaki muda yang baru kenal tubuh wanita setiap kali dia berdekatan dengan Sofia. Dia akan segera lepas kendali begitu menyentuh tubuh sexy wanita itu. Dan itu benar-benar di luar kebiasaannya. Kaiden tidak pernah seperti itu terhadap wanita manapun sebelumnya. Itulah mengapa dia merasa sedikit frustasi dengan keadaan ini.
Sejak mereka menikah, hampir tiap malam Kaiden bercinta dengan Sofia. Pagi, siang dan terutama malam, selalu terasa panas dan penuh gairah.
Sofia begitu menikmati percintaan intens yang Kaiden lakukan padanya. Dan tidak perlu ditanyakan lagi soal hasrat menggebu Kaiden terhadap istrinya. Berdua mereka menemukan keindahan surga di bumi saat mereka bercinta.
Tapi saat ini Kaiden hanya ingin memeluk Sofia, memberikan kehangatan dan rasa aman yang dibutuhkan wanita itu.
Apapun yang Sofia mimpikan, yang pasti itu adalah sesuatu yang membuatnya terguncang dan merasa sedih. Dan ternyata kesedihan dan air mata Sofia membuat sesuatu di dada Kaiden terasa bagai di remas. Hatinya sakit melihat Sofia menangis tersedu-sedu, walaupun dia tidak tahu apa yang menyebabkan air mata wanita itu mengalir.
Dia ingin kembali bertanya tentang mimpinya tapi sepertinya Sofia belum siap untuk bercerita. Dan Kaiden memutuskan untuk menunggu sampai Sofia menceritakannya sendiri.
"Let me take care of you, Fia…” Kaiden mencium puncak hidung Sofia yang memerah karena tadi dia menangis cukup lama.
"Kai... aku..."
"Shhh..." Dia membawa wanita dalam pelukannya itu untuk berbaring, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.
"Tidurlah sekarang... Aku tahu kamu pasti lelah." bisiknya lembut.
Sofia meringkuk dalam pelukan Kaiden yang hangat dan memejamkan matanya. Ya, dia sangat lelah tetapi dia juga merasa bahagia.
Bayangan gelap masa lalu yang selalu menghantuinya, kembali datang merasuki mimpinya. Sofia kembali merasa tak berdaya, terjerat dalam kesedihan yang seakan mencekik lehernya. Hingga dia merasa sesak tak bisa bernafas.
Tapi saat akhirnya dia terbangun dari mimpi buruk itu dan membuka matanya, ada Kaiden yang memeluknya dan memberikan ketenangan dan rasa aman. Dan untuk pertama kalinya Sofia merasa ada harapan, dia sangat bersyukur untuk keberadaan Kaiden di sisinya.
Kaiden menatap wajah cantik istrinya dan tersenyum tipis. Sofia sudah memejamkan matanya sedari tadi dan tampak tertidur pulas. Dia menghela nafas dan menutup matanya juga, sambil memeluk tubuh Sofia erat penuh sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments