Seorang Suami Yang Bahagia...

Dua orang lelaki muda dengan tubuh tinggi tegap dan wajah tampan sedang duduk berhadapan di sebuah cafe yang berada di kawasan elit kota Los Angeles. Cafe kelas atas itu adalah tempat favorite Kaiden ketika dulu dia masih tinggal di sana.

Kehadiran dua orang CEO muda itu menarik perhatian para pengunjung cafe, terutama para wanita. Mereka tampak terpesona, bahkan beberapa orang tampak berusaha menarik perhatian sepasang sahabat itu.

Tapi Kaiden dan Ethan tidak memperdulikannya. Mereka sudah terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Dengan santai mereka menikmati kopi yang tersaji sambil mengobrol ringan.

"Kopi di sini benar-benar lezat." Kaiden meminum kopinya lalu mendesah puas. "Ahh. I really need this."

Ethan menatap sahabatnya itu sambil tersenyum, "Kenapa? Kamu begadang ya semalaman?"

"Hey, it's my wedding night."

Ethan menggelengkan kepalanya. "Ya ampun. Padahal dulu kamu anti banget sama pernikahan. Tante Sharon sampai sakit kepala melihatmu. Tapi sekarang kamu keliatan begitu bahagia. Istrimu yang sexy itu benar-benar mengubah pikiranmu ya?”

Kaiden hanya mengulum senyum.

”Senyum mesum macam apa itu?” sindir Ethan.

”Senyum pria yang kelelahan karena harus memuaskan istrinya sepanjang malam.”

”Astagaaa...” Ethan terkekeh. "Apa kabar dengan tidak ada **** sebelum kamu mengetahui rahasia Sofia? Perasaan baru kemarin kamu berkata begitu."

Kaiden berdehem, "Hm, misi itu ternyata harus dibatalkan."

"Ah, sudah kuduga. Aku kasian deh sama Sofia. Mimpi apa ya dia bisa jatuh ke tanganmu. Pasti dia sudah ’habis’ sama kamu kan?"

"Well, semalam dia yang mendekatiku lebih dulu. Dan kami sama-sama menginginkannya."

"Ya. Ya. Aku percaya padamu. Tidak ada wanita yang sanggup menolakmu, kalau kamu sudah memberikan that 'come to bed now' look."

Kaiden langsung tertawa. "Shut up."

“Aneh sekali rasanya. Minggu lalu kamu masih bersungut-sungut karena terpaksa harus pergi ke sini. Sekarang wajahmu begitu puas karena menghabiskan malam pertama dengan istrimu.”

Kaiden mendesah pelan, "Aku juga ga menyangka bakal jadi begini…”

”Kamu menikahi Sofia karena dia cantik dan sexy ya? Pervert... Sejak kapan kamu jadi so pervert begitu?" Ethan mencibir.

“Sejak aku ketemu Sofia.” jawab Kaiden setengah bercanda.

Tetapi di dalam hatinya, dia membenarkan perkataannya. Sofia memang membuat Kaiden menjadi gila dan ingin selalu melakukan permainan yang panas dengan si cantik itu.

"Seriously. Kita ga sempet bicara panjang lebar di pesta pernikahanmu kemarin. Dan aku masih penasaran. Aku tau kalau ga ada yg bisa memaksamu melakukan sesuatu yang ga kamu sukai. Dan setelah aku melihat istrimu... Aku rasa aku dapat menebak alasanmu menikahinya dalam waktu singkat.” kata Ethan berbau sindiran.

Kaiden tersipu, "Tapi, Ethan... Awalnya Sofia itu sangat dingin. Aku sudah bilang padamu kan kalau dia ga perduli akan dinikahkan dengan siapapun. Dia menikah karena orangtuanya yg meminta. Aku juga tidak mengerti."

Ethan tertengun, ”Sofia belum menceritakan apapun padamu?”

"Kami sibuk melakukan hal yang lain tadi malam, jadi kami ga punya waktu untuk mengobrol.”

Ethan mendengus mendengar jawaban temannya itu. ”Kamu ini...”

”Dengar ya, Ethan. Aku rasa aku akan sangat sibuk dengan istriku untuk beberapa waktu ke depan. Aku harus mengajarkan banyak hal kepada istriku. Karena dia sama sekali ga berpengalaman.” Kaiden mengedipkan matanya sambil tersenyum bangga.

Ethan mengerutkan kening mendengar kata-kata itu, ”Maksudmu? Oh, damn. Jadi istrimu masih...?”

Kaiden mengangguk, ”Yes. Dia itu masih perawan. Well, sekarang sudah ga lagi sih...” Kaiden terkekeh senang.

”Oh, damn.” Ethan menatap Kaiden keheranan. ”Tapi dia itu wanita yang begitu sexy, maksudku... Penampilannya sama sekali ga menunjukkan kalau dia gadis yang belum pernah tersentuh.”

”Aku juga sama kagetnya dengan kamu. But this is good, you know. Rasanya seperti menemukan harta karun.”

"Kamu benar-benar beruntung, Kai." Ethan berdecak. "Aku harap kamu bisa memperlakukan Sofia dengan baik.”

”Oh, aku sangat baik pada Sofia, Ethan.” Kaiden menyeringai dan Ethan mengerti apa yang dimaksud temannya itu.

”Maksudnya bukan berlaku baik di atas ranjang! Astaga... Dasar mesum.”

Kaiden hanya tertawa.

"Ah, apa mereka belum kembali?" Dia melihat keluar jendela cafe. Tadi Sofia dan Claudia pergi berbelanja untuk membeli oleh-oleh di shopping mall yang berada di kawasan itu.

"Sepertinya belum. Eh, Claudia dulu juga bersekolah di sini dan dia mengenal beberapa teman Sofia. Mungkin itu sebabnya mereka bisa cepat akrab.”

"Oh ya?"

"Iya. Kamu ga tau? Sofia ga cerita sama kamu?"

Kaiden menggeleng.

"Astaga, ini orang... Mangkanya punya istri itu diajak ngobrol, Kai. Bukan cuman diciumin dan ditindihin doang! Pervert!" kata Ethan sedikit kesal melihat ulah sahabat baiknya itu.

Kaiden hanya tergelak geli.

London - Inggris

Sofia menatap apartmen sederhana dengan dua kamar yang Kaiden sebut sebagai tempat tinggal mereka. Tempat itu begitu kecil jika dibandingkan dengan mansion orang tuanya di LA dan juga mansion keluarga Lee di pusat kota London.

Dengan wajah bingung Sofia berjalan perlahan, mengelilingi ruangan kecil yang hanya diisi oleh beberapa furniture. Dia meletakkan handbag limited edition dari sebuah brand yang terkenal, di atas sofa sederhana yang berada di tengah ruangan. Matanya mengitari tempat yang terasa asing itu.

"Jadi... Kita akan tinggal disini? Di tempat ini?”

Kaiden mengangguk.

”Tapi... Kukira kita akan tinggal dengan orang tuamu di mansion keluarga Lee."

”Orang tuaku? Tidak. Aku sudah hidup sendiri selama hampir dua tahun sekarang.”

”Kamu tinggal sendirian di tempat ini?” Wajah cantik Sofia tampak sedikit khawatir.

”Iya. Aku sudah tinggal di tempat ini selama beberapa waktu. Kenapa?” Kaiden melirik istrinya yang tampak sexy dengan minidress yang dikenakannya.

Sofia memiliki tubuh yang sangat indah dan dia selalu mengenakan pakaian yang terbuka hingga membuatnya terlihat semakin cantik menggoda.

Ya Tuhan, kenapa dia begitu seksi seperti ini? bisiknya dalam hati.

"Tidak apa-apa." Sofia menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum tipis.

Lalu dia duduk di sofa, terdiam melihat dinding dengan tatapan kosong. Sofia tahu kalau dia harus mulai menyesuaikan diri karena sekarang dia akan hidup bersama suaminya di tempat ini.

"Okay kalau begitu. Sekarang aku lapar. Kamu bisa siapkan makanan untuk kita kan?"

Sofia melongo, "Makanan? Maksudmu..."

"Masak. Kamu bisa memasak kan?"

"Ah, masak? Sebenarnya... Kami punya seorang chef di LA, you know... Aku bahkan jarang pergi ke dapur."

Mata Kaiden membesar mendengar perkataan istrinya.

"Tapi... aku akan mencoba memasak sesuatu untukmu."

Kaiden menggeleng, "Sudahlah. Aku yang akan memasak."

"Tidak. Jangan. Aku akan memasak." Sofia mencegah suaminya yang hendak beranjak ke dapur.

”Baiklah.” Kaiden akhirnya mengalah.

Dan untuk beberapa saat Sofia sibuk memasak di dapur mereka yang kecil. Kaiden hanya duduk santai di sofa sambil menonton pertandingan basket di TV.

Berkali-kali dia mencuri pandang ke arah istrinya, hanya untuk mendapati pemandangan indah yang menggoda. Lelaki itu harus berusaha untuk menghilangkan ide-ide nakal yang bermunculan di kepalanya.

Kaiden menghela nafas. Saat ini dia baru memahami sebuah fakta baru di dalam hidupnya. Ternyata tinggal serumah dengan Sofia yang sexy benar-benar merupakan sebuah ujian kesabaran baginya.

Pernikahan ini memang diawali oleh perjodohan dari kedua keluarga mereka. Tetapi Kaiden tidak merasa terpaksa melakukan semua ini. Dia memang menginginkannya, menginginkan Sofia menjadi istrinya. Dan dia akan pelan-pelan mengungkap semua rahasia yang ada di antara mereka berdua.

Tanpa sadar Kaiden tersenyum. Dia merasa bahagia.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***