"Sofia ga minta pulang ke Amerika kan? Apa kalian baik-baik aja?" Sharon menanyai putranya lagi. Dia berusaha untuk tetap tenang.
"What? Engga, Mom... Sofia ga pernah ngomong tentang itu. Jangan khawatir, Mom. Kami baik-baik aja. Dia itu tipe istri yang baik dan penurut."
"Ya, tentu saja dia istri yang baik dan penurut! Dia mengurusmu dengan baik, mencuci dan menyetrika bajumu, menyiapkan makanan dan mandimu, menungguimu pulang sampai larut malam. Dia melakukan semuanya untuk kamu. Dan Mom yakin pelayanannya di ranjang juga luar biasa." Sharon memelototi putranya dengan kesal.
Kaiden terkekeh mendengar celotehan ibunya yang bernada sindiran. Jelas sekali kalau ibunya tidak senang melihat kondisi mereka.
"Well... Sejauh ini aku ga punya keluhan, Mom."
"Kaiden!!" Sharon merasa gemas dan mencubit pinggang putranya.
"Aduh!!"
"Gimana kamu bisa mengeluh punya istri yang begitu baik, cantik dan seksi seperti Sofia? Oh, ya Tuhan. Wanita muda seperti dia berjalan sendirian di lingkungan seperti ini? Bagaimana kalau ada orang yang punya niat jahat? Kamu tau kan istri kamu itu sangat cantik dan sexy! Kenapa dia masih belum pulang? Gimana kalau dia diculik?" Sharon terus saja berkata-kata karena dia merasa khawatir.
Mendengar perkataan ibunya, otomatis Kaiden tertengun.
Oh, no... Dia tidak pernah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. Sofia yang sangat cantik dan seksi pasti akan menarik perhatian banyak orang, terutama kaum pria. Dan tiba-tiba Kaiden merasa cemas.
"Okay, ini sudah kelewatan. Mom akan bawa Sofia pulang bersama dengan Mom. Dan kamu ga boleh protes! Dia ga pantas diperlakukan seperti ini. Mom ga ngerti kenapa kamu melakukan ini. Mom benar-benar kecewa sama kamu, Kai." kata Sharon dengan muka memerah karena menahan marah.
"Mom, aku akan pergi mencari Sofia sekarang. Don't worry." Dia meremas kedua pundak ibunya agar wanita itu tenang.
Kaiden segera mengambil jaketnya dan baru saja akan pergi ketika tiba-tiba Sofia muncul di pintu dengan senyum manis di wajahnya.
Ternyata wanita cantik menawan itu baik-baik saja. Kaiden menghela nafas lega, diam-diam mengucap syukur karena istrinya sudah kembali.
“Ya Tuhan, Sofiaku sayang...” Sharon berlari memeluk menantu perempuannya.
"Mom? Mom ada di sini?" Sofia balas memeluk ibu mertuanya. "Mom kok ga kasih tau kalau mau datang?"
"Ya, sayang. Mom tadi khawatir sekali karena kamu belum juga pulang."
"Ohh tadi ada banyak orang di supermarket, jadi antriannya panjang."
"Ah ya, yang penting sekarang kamu udah pulang." Sharon menepuk pipi Sofia dengan lembut. "Ayo, Fia. Mom mau bicara dengan kamu.” Sharon meraih tangan Sofia. "Berdua aja." Lanjut Sharon sambil mendelik pada Kaiden ketika dia melihat putranya itu bermaksud mengikuti mereka ke dapur.
Kaiden ingin memeluk istrinya juga, tadi untuk sesaat dia benar-benar merasa khawatir. Tapi ibunya tidak memberi kesempatan sama sekali. Jadi dia hanya bisa diam ketika Sofia ditarik oleh ibunya ke dapur.
"Kamu ga ikut pulang dengan Mom?" Kaiden bertanya setelah ibunya pergi.
Sofia yang sedang melipat pakaian kering di sofa menoleh, "Kenapa aku harus pulang dengan Mom? Kita kan tinggal di sini."
Kaiden tersenyum mendengar jawaban istrinya. "Jadi, apa yang tadi kamu bicarakan dengan Mom?"
Sofia balas tersenyum. "Banyak. Kata Mom dia ga ngerti kenapa kamu membawaku tinggal di sini. Mom pikir kamu mungkin udah gila atau apalah..."
Kaiden terkekeh. "Terus?"
"Terus Mom memintaku untuk tinggal sama Mom. Mom bilang akan lebih baik tinggal di mansion keluarga Lee. Aku ga akan capek dan sibuk dengan pekerjaan rumah. Dan aku akan merasa jauh lebih nyaman di sana."
Kaiden berdehem. Dia tahu ibunya berusaha merayu Sofia untuk tinggal bersamanya. Kaiden merasa sedikit resah karena dia benar-benar tidak siap kalau dia harus pisah ranjang dengan si cantik itu.
"Terus kamu bilang apa sama Mom?"
"Aku bilang... akan aku pikirkan."
"What? Kamu akan pindah dengan Mom dan tinggalin aku sendirian di sini?" Kaiden tampak terkejut. "Sofia? No way! Aku ga akan izinkan kamu untuk pindah sama Mom. Kita ini suami istri jadi kita harus tinggal bersama di sini."
Sofia tertawa kecil melihat reaksi suaminya. Dia tidak menduga Kaiden akan bereaksi sekeras itu.
"Aku cuman bercanda kok."
Kaiden menatap istrinya bingung. "Hah? Maksudnya?"
"Aku bilang kalau aku ga mau ikut sama Mom untuk pindah ke mansion keluarga Lee."
Kaiden tertengun sejenak, lalu dia berdehem. Wajahnya yang tampan kembali berekspresi datar seperti biasanya.
Sofia tertawa kecil melihat suaminya itu.
"Oh, gitu. Terus... kenapa kamu ga mau ikut dengan Mom?"
Sofia menatap pada suaminya, "Di sana kan ga ada kamu."
Benar-benar sebuah jawaban yang menyenangkan untuk didengar oleh telinga Kaiden. Tanpa sadar dia tersenyum lebih lebar. Lalu Kaiden duduk di sebelah istrinya.
"Fia, jawab dengan jujur ya. Apa kamu menyesal pindah dari LA ke London dan tinggal bersamaku di sini?"
"Engga. Memangnya kenapa?"
Kaiden menggelengkan kepalanya, "Ga apa-apa. Cuman mau tau aja. Oh iya, lain kali kamu ga boleh pergi keluar rumah sendirian. Aku akan mengantarmu."
"Tapi gimana kalau kamu lagi ga ada di rumah?"
"Itu artinya kamu harus diam di rumah, ga boleh keluar. Pokonya kamu ga boleh keluar rumah sendirian, okay?"
Sofia mengangguk tanpa banyak bertanya lagi. "Apa kamu udah lapar? Aku tadi udah masak untuk makan malam. Karena sekarang aku belajar masak, jadi masakanku udah lebih baik." katanya dengan mata berbinar-binar.
Kaiden tersenyum memandangi istrinya yang terlihat senang.
"Aku juga udah mencuci semua baju yang kotor. Lihat ini, semua udah kering." Dia menunjuk pakaian yang sedang dilipatnya. "Besok tinggal disetrika dan udah siap untuk dipakai. Ah rasanya menyenangkan kalau semua pekerjaan rumah udah selesai. Aku bisa bersantai sebentar." katanya sambil menghapus keringat tipis di wajah cantiknya.
Sedikit terpana Kaiden menatap istrinya yang selalu tampak menggemaskan dengan wajahnya yang cerah dan matanya yang berbinar. Sofia benar-benar berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan mereka sekarang tanpa banyak mengeluh. Dan setelah beberapa minggu, dia terlihat menikmati kesehariannya.
Ada perasaan bersalah menyelinap di hati Kaiden melihat istrinya yang melakukan semuanya dengan tulus. Apalagi mengingat semua perkataan ibunya tadi, hati Kaiden jadi terasa berat.
"Fia, kamu ga capek?"
Sofia menggeleng, masih asik melipat sisa baju yang ada di sofa.
Kaiden terus memandangi istrinya yang terlihat begitu seksi dengan tanktop berpotongan leher rendah dan rok mini bermotif bunga-bunga yang dia kenakan. Sungguh pemandangan indah yang menggoda bagi lelaki manapun yang melihatnya.
Sofia melirik pada suaminya. Dan dia menyadari tatapan Kaiden yang terasa begitu intens dan membuatnya tergetar. Tatapan mata yang tajam itu seperti binatang buas yang sedang lapar dan ingin memakan mangsanya dengan tidak sabar.
Sekarang Sofia sudah bisa mengenali gelagat dan gerak-gerik suaminya. Sering kali Kaiden terlihat dingin, cuek dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Tetapi kalau Kaiden sudah mendekati dan menatapnya dengan tatapan seksi seperti itu, Sofia tahu bahwa suaminya yang tampan itu menginginkan sesuatu.
Sesuatu yang kadang membuatnya merasa sedikit takut karena Sofia tau dia akan terhanyut tak tertolong dalam kesenangan ajaib yang mereka ciptakan bersama.
Tiba-tiba tubuh Sofia bereaksi, desiran-desiran yang tak asing terasa di permukaan kulitnya hanya karena tatapan sexy Kaiden yang intens. Sofia tahu dia tidak bisa menghindar dan tanpa sadar dia menantikan detik-detik selanjutnya dengan penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments