Kaiden Alexander Lee tampak tampan dan memukau seperti biasanya. Badan tinggi tegapnya dibalut stelan jas berwarna dark gray, keluaran salah satu brand fashion terkenal di dunia. Dengan wajah dingin tanpa ekspresi dia berdiri di dekat kolam renang besar yang ada di belakang rumah indah yang mewah ini.
Udara di Los Angeles siang ini terasa agak dingin, atau mungkin ini hanya perasaannya saja. Dia menatap kedua orang tuanya yang tampak berbincang-bincang akrab dengan Tuan dan Nyonya Levine, sang pemilik rumah. Sebagai sahabat lama yang sudah lama tak bertemu muka, tampaknya mereka punya segudang cerita untuk dibagikan.
Kaiden hanya menghela nafas pelan. Dia tidak dapat percaya kalau dia ada di tempat ini, berdiri menunggu untuk diperkenalkan pada seorang wanita.
This is so silly, desahnya dalam hati. Ketika dia menyesali keberadaannya di tempat itu, ekor matanya menangkap sesosok wanita muda melenggang dengan anggun dari arah sudut kanan.
Makhluk cantik itu memiliki tubuh tinggi semampai, wajah menawannya hanya disapu make up tipis yang memberikan kesan segar dan natural. Rambut coklat panjang tergerai menyentuh pinggangnya yang ramping, ujung rambutnya yang halus tampak melambai ditiup semilir angin. Badannya yang sintal dibalut dengan gaun hitam yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna, membuat Kaiden menahan nafasnya seketika. Dia benar-benar wanita cantik yang sexy tapi juga anggun dan berkelas.
Untuk sesaat dia merasa dunia berhenti berputar dan hanya ada wanita muda itu di matanya. Walaupun begitu Kaiden tetap memperlihatkan ekspresi wajahnya yang datar. Tidak mengherankan kenapa teman-temannya menjuluki dia lelaki yang dingin dan cuek.
"Ah, itu dia! Sofia sayang, ayo ke sini!" Ucapan Sarah menyadarkan Kaiden dari keterpukauannya. Tapi laki-laki itu tidak menghentikan pengamatannya pada si cantik Sofia.
Sofia berjalan mendekat. Sekarang Kaiden dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tidak ada kacamata tebal atau kawat gigi seperti dulu. Yang ada hanya sepasang mata bulat berwarna coklat yang indah dan begitu bening. Alisnya rapih tanpa bentuk yang direkayasa berlebihan, hidungnya mancung, pipi halusnya bersemu merah, dan bibirnya... merah, tipis dan penuh. Kaiden mengerang dalam hati.
"Sofia, kenalkan ini Kaiden Alexander Lee." kata Sarah sambil tersenyum pada putrinya. "Kai, kamu masih ingat anak tante kan? Namanya Sofia Ann Levine."
Sofia menatap lelaki tinggi bertubuh gagah di hadapannya. Laki-laki tampan itu juga tengah menatapnya tanpa berkedip.
Ya Tuhan, ini dia... desah Sofia dalam hatinya, berusaha untuk tak menghiraukan getaran aneh yang tiba-tiba timbul tanpa diundang. Dia mengulurkan tangan halusnya dan segera disambut oleh tangan besar Kaiden yang hangat.
"Hai."
"Hai."
Kaiden seperti tersihir, Oh, God. Dia cantik sekali. Dalam hati Kaiden mengakui, ibunya memang tidak melebih-lebihkan waktu dia menceritakan soal penampilan Sofia.
"Dia seperti bidadari kan, Kai?" ucap Sharon menggoda putranya.
Kaiden hanya berdehem tanpa mengatakan apapun. Wajah tampannya tetap datar seperti biasa. Sementara itu para orang tua tampak tertawa sambil terus menggodai pasangan muda itu. Dan sama seperti Kaiden, Sofia juga hanya diam dan tetap tenang.
Setelah perkenalan singkat, para orang tua dengan sengaja membiarkan Kaiden dan Sofia untuk berbicara berdua. Sofia membawa Kaiden berjalan-jalan mengelilingi halaman belakang rumahnya yang dipenuhi berbagai macam bunga dan tanaman yang dirawat dengan sepenuh hati oleh sang nyonya rumah.
"Bagaimana perjalananmu ke sini tadi?" tanya Sofia tanpa menatap wajah Kaiden.
Lelaki yang sedari tadi tidak mengalihkan matanya dari sosok sexy menggoda di sampingnya itu tidak menjawab.
Sofia menoleh, "Kenapa menatapku seperti itu?"
"Katakan padaku, kamu tau kan kalau kita dijodohkan?" tanya Kaiden tanpa basa-basi. Dia memang orang yang terus terang dan tidak suka berbelat-belit.
Sofia berusaha meredakan getaran aneh yang meliputi hatinya ketika dia mendengar suara dalam dan dingin milik Kaiden. Dia menarik nafasnya pelan dan menjawab singkat, "Ya."
"Lalu bagaimana menurutmu?" Kaiden meminta jawaban yang lebih panjang.
Sofia berhenti berjalan. "Aku ingin membuat orang tuaku merasa bahagia dan tenang. Dan satu-satunya cara adalah dengan segera menikah dengan lelaki pilihan mereka."
Kaiden terdiam untuk beberapa saat. "Begitu ya. Maksudmu, kamu ga keberatan menikah dengan..." Dia berjalan ke hadapan Sofia. "Siapapun juga?" Sekilas matanya tertumpu pada dada putih Sofia yang tampak ranum dan penuh. Sebagai lelaki normal, Kaiden tidak bisa menyalahkan tubuhnya yang bereaksi terhadap pemandangan mengundang itu.
Kepalanya terasa sedikit pening, air liurnya mungkin akan menetes kalau dia tidak menutup mulutnya. Pikirannya melayang-layang membayangkan bagaimana rasanya menyentuh bulatan lembut yang sepertinya akan pas di telapak tangannya yang besar itu. Dan bagaimana kalau dia memasukkan bulatan putih halus itu ke dalam mulutnya...
Oh, damn! Sejak kapan kamu menjadi mesum seperti ini? Kaiden mengutuki dirinya sendiri dalam hati.
Tubuhnya didera sensasi yang tak asing lagi bagi para lelaki dewasa yang sedang terangsang tapi Kaiden cukup bisa mengendalikan dirinya untuk tetap terlihat dingin dan tak terpengaruh. Sedari tadi dia berusaha untuk menghindari bagian dada mulus Sofia yang terekspos dengan bebas, tapi ya Tuhan kenapa begitu sulit. Kaiden merintih diam-diam.
Sofia menatap lelaki jantan di hadapannya dengan perasaan berdebar. Walaupun wajah tampannya tetap datar, Sofia sadar kalau sedari tadi mata elang Kaiden yang tajam bertumpu pada dadanya.
Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu tapi tentu saja Sofia tidak bisa menyalahkannya kan? Dia sebenarnya merasa sangat malu karena seakan-akan dia menawarkan dadanya pada lelaki itu. Tapi saat ini tidak ada yang bisa dilakukannya selain menghadapi Kaiden yang tampak begitu manly.
Berdiri berdekatan dengan sosok yang begitu dominan, gadis yang sebenarnya masih lugu itu tak sanggup berkata-kata. Dia hanya bisa menghirup wangi lembut kombinasi woody dan citrus yang berasal dari tubuh atletis Kaiden diam-diam. Dan itu cukup membuat sesuatu di dalam dirinya bergairah. Pesona Kaiden terlalu besar untuk dihindari dan Sofia bahkan tidak tahu bagaimana cara menghindarinya.
Ya Tuhan, lelaki ini begitu manly dan sexy... rintihnya pada diri sendiri.
"Kamu tidak akan menjawabku?" Kaiden penasaran melihat wajah Sofia yang tetap tenang seperti tak perduli dengan apapun.
"Apa kamu sedang mengalami suatu keadaan yang menyulitkan sehingga kamu harus segera menikah?" tanya Kaiden lagi dengan hati-hati.
Sofia menghela nafas. "Aku tidak sedang hamil, okay? Kalau itu yang kamu maksud. Aku tidak memaksamu untuk menyetujui perjodohan ini, semua terserah padamu. Katakan aja pada orang tua kita apa keputusanmu."
Kaiden menatap Sofia dengan tatapan bingung. "Sorry, aku ga bermaksud menyinggungmu. Tapi aku hanya ga percaya, gadis seperti kamu mau dijodohkan begitu aja dengan laki-laki yang ga kamu kenal."
"Menurutmu aku gadis seperti apa?"
Kaiden tidak menjawab, dia hanya menatap mata berwarna coklat indah milik Sofia lekat-lekat.
"Menurut orang tuaku kamu adalah laki-laki yang tepat untuk menjadi suamiku. Dan aku percaya pada penilaian orang tuaku." ucap Sofia dengan suara sedikit bergetar. "Apakah alasan itu cukup?"
"Fia! Kai!"
Sofia dan Kaiden menoleh ke arah rumah ketika terdengar suara Sarah memanggil. Sepasang anak muda itu melihat lambaian tangan sang nyonya rumah yang meminta mereka untuk segera datang dan bergabung dengan para orang tua.
Merekapun menikmati acara makan siang bersama dalam suasana yang penuh kehangatan keluarga. Sepanjang sisa siang itu, Sofia lebih banyak diam. Sementara Kaiden tidak bisa melepaskan matanya dari sosok cantik yang menguasai perhatiannya dalam sekejap itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments