Sofia memeluk tubuh besar Kaiden yang berada di atas tubuhnya. Sementara lelaki itu terus menciumnya, membuatnya merasa seakan malayang.
Wanita muda itu belum pernah merasakan sensasi mendebarkan seperti ini sebelumnya. Perasaan asing timbul di dalam diri Sofia tapi harus dia akui kalau dia menikmati semua yang dilakukan Kaiden padanya. Sofia bahkan menginginkan lebih dari lelaki yang kini tengah menjelajahi tubuhnya dengan sentuhan dan kecupan panas.
Tangan Kaiden bergerak ke bagian bawah gaun tipis Sofia. Lalu dengan lembut dia menarik kain berenda itu ke atas, melewati kepala Sofia. Dan sekarang wanita muda itu terbaring tanpa sehelai benang di tubuhnya.
Refleks kedua tangan Sofia berusaha untuk menutupi bagian dada dan area di bawah perutnya. Tapi tentu saja usaha itu sia-sia. Perilaku malu-malu Sofia malah menambah kesan menggoda dan membuat Kaiden semakin gemas.
"Sofia... Kamu benar-benar cantik." bisik Kaiden. Lalu dia merunduk untuk menciumi dada lembut Sofia hingga *******-******* manja wanita itu kembali terdengar.
Dan Kaiden benar-benar melakukan semua hal dan memberikan segala yang Sofia dambakan, membuat wanita itu merasa kehilangan akal karena aksinya yang panas dan mendebarkan.
Kaiden mengecup bibir Sofia dengan gemas, kedua tangannya menangkup pipi putih Sofia yang merona. Senyum tipis selalu menghiasi wajahnya yang tampan.
"Kamu mau aku teruskan?" Kaiden bertanya sambil mengecup hidung Sofia lembut. Dan setelah melihat anggukan istrinya, dia melepaskan pakaian yang masih tersisa di tubuhnya dan melemparkannya ke lantai.
Mata Sofia melebar saat dia menatap tubuh kekar suaminya. Untuk sesaat dia merasa terpesona tapi lalu wajahnya menjadi sangat merah.
Kaiden tersenyum kecil, "Apa kamu menyukai yang kamu lihat?"
Sofia tidak bisa menemukan kata-kata untuk menjawab pertanyaan itu. Dia tahu kalau seharusnya dia tidak menatap tubuh Kaiden dengan mata lapar begitu, tapi untuk sesaat dia tidak bisa berhenti menatapnya.
Senyum penuh arti tak pernah lepas dari bibir Kaiden. Lalu lelaki itu mendekatkan bibirnya ke telinga Sofia.
"Aku sangat menyukai apa yang kulihat..." bisiknya terdengar, membuat punggung Sofia merinding.
"A-aku... Kaiden, aku..." kata Sofia dengan suara bergetar. Dia tidak tahu bagaimana mengatakan apa yang dirasakannya.
Kaiden membelai pipi Sofia yang memerah dengan lembut. Lalu dia kembali menghujani Sofia dengan ciuman panas.
Sofia mengerang pelan. Tangannya yang gemetar bergerak menyentuh dada Kaiden yang bidang. Merasakan otot-otot lelaki itu yang terasa keras di telapak tangannya, memberikan sensasi yang menyenangkan. Dan walaupun Sofia merasa amat malu, tapi dia menyukainya.
Kaiden meninggalkan tanda-tanda merah di leher putih Sofia yang jenjang. Gerakannya semakin turun ke dadanya yang putih mulus.
Sofia benar-benar terbawa gairah, hanyut dalam permainan Kaiden yang begitu mendebarkan. Tapi dia juga merasa sedikit takut dengan semua hasrat yang membucah di dalam dadanya.
"Relax, Sofia... Aku ga akan menyakitimu..." bisikan Kaiden terdengar.
Dan itu cukup untuk menenangkan Sofia. Sejauh ini Kaiden berlaku amat lembut kepada dirinya. Dia merasa dia bisa mempercayai kata-kata Kaiden.
"Ahhh... Kai-Kaiden..." tangan Sofia meremas rambut tebal si tampan yang membawanya semakin mabuk dalam kenikmatan yang mereka ciptakan berdua.
"Sofia..." Kaiden menggeram pelan. "Please..."
Sofia hanya bisa mengangguk, memeluk leher Kaiden erat.
"Oh, God. Ini luar biasa..."
Kaiden yang mulai berkeringat tampak amat menikmati saat tubuhnya menyatu dengan tubuh Sofia yang hangat.
"Oh!" Sofia terhenyak.
"Sofia?" Kaiden menatap wanita di bawahnya dengan keheranan. Tubuhnya berhenti untuk mendorong lebih dalam.
"Sa-sakiiit..." rintih Sofia sambil memejamkan matanya.
Kaiden tertengun. Dia yakin kalau dia cukup melakukan foreplay dan Sofia sudah sangat siap.
Tapi kenapa dia kesakitan? Jangan-jangan... Seperti ada aliran dingin yang merambati sepanjang punggung Kaiden. Dia menyadari sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan itu membuatnya merasa... takjub dan bahagia?
Hah, perasaan macam apa ini? Aku pasti sudah gila! Kaiden merutuki dirinya sendiri.
Kaiden mengelus puncak kepala Sofia dan berbisik pelan, "Maaf... Kamu ingin aku berhenti?"
"Jangan." jawab Sofia cepat sambil memegang tangan Kaiden. "A-aku hanya..." Wajahnya terasa amat panas. Bagaimana caranya mengatakan pada Kaiden kalau ini saat pertamanya? Ah Sofia hanya bisa mengigit bibir bawahnya untuk menahan sakit.
"Ya, aku tau... Kamu harus relaks."
Sofia menatap Kaiden lekat-lekat dan mengangguk.
Lalu Kaiden menghujani wajah lembab Sofia dengan kecupan-kecupan lembut. Mendekapnya dengan hangat dan bergerak dengan lebih lambat. Dia membisikkan kata-kata manis dan melakukan segala hal untuk membujuk dan menenangkan Sofia agar si cantik itu bisa lebih relaks dan dapat menerimanya tanpa merasa kesakitan.
Sofia memeluk leher Kaiden semakin erat saat lelaki itu bergerak semakin cepat. Rasa sakit itu sudah tergantikan oleh getaran penuh kenikmatan yang mendera seluruh tubuhnya.
Dan seakan baru mengenali tubuh wanita, Kaiden merasa sungguh tergila-gila pada Sofia. Dia tidak dapat berhenti membelai, memeluk dan mencium istrinya yang sexy dan harum itu.
Sepasang pengantin baru itupun menikmati malam pertama mereka yang panas dan mendebarkan dengan sangat bahagia dan penuh kepuasan.
Kaiden menatapi si cantik yang berbaring di sisinya. Paras lembut itu tampak nyaman dalam pelukannya. Telapak tangan Kaiden mengelus punggung lembab Sofia yang halus.
Perlahan Sofia membuka matanya lalu dia tersentak dan sedikit menarik tubuhnya untuk menjauh dari Kaiden.
"Selamat pagi, Sofia..." sapa Kaiden lembut.
"Oh, maaf... Aku masih belum terbiasa bangun di pagi hari dengan seorang lelaki di sisiku." katanya dengan wajah tersipu.
Sofia tidak menolak ketika Kaiden meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya kembali ke pelukan laki-laki itu.
Kaiden menatap ke dalam mata coklat Sofia, jemarinya mengusap pipi putih istrinya yang halus.
"Aku minta maaf..." kata Kaiden perlahan. Dia menyelipkan jari-jarinya di bawah dagu Sofia dan memberikan sebuah kecupan hangat di bibir istrinya itu.
Sofia tertengun, "Apa? Kenapa kamu meminta maaf?" Dia menatap Kaiden dengan bingung.
Sofia tidak mengerti kenapa Kaiden meminta maaf. Apakah lelaki itu menyesali apa yang mereka berdua lakukan sepanjang malam? Sofia tidak menyesali malam pertama mereka sedetikpun tapi mengapa... Mendadak Sofia merasa sedih.
"Aku sudah mengatakan hal yang buruk padamu. Tentang kemungkinan kamu hamil... Itu benar-benar bodoh. Maaf, aku ga tahu kalau kamu... masih perawan."
Ketika mendengar kata-kata Kaiden, Sofiapun tersenyum malu. Bola matanya tampak berkilau oleh karena kebahagian yang terpancar di sana.
"Oh itu. Sudahlah, ga usah dipikirkan. Yang penting sekarang kamu sudah tau."
“Jadi, aku ini laki-laki pertamamu ya… Hahh, aku benar-benar ga menyangka.” Kaiden tidak dapat menyembunyikan senyum penuh kebanggaannya.
Tidak bisa dipungkiri kalau egonya sebagai seorang lelaki membuatnya merasa bangga dan bahagia karena bisa memiliki saat pertama istrinya.
Kaidenpun memeluk Sofia dengan gemas tapi istrinya itu segera menahan dada Kaiden dengan kedua telapak tangannya.
"Kita harus bangun. Ini sudah pagi dan kita harus turun untuk sarapan."
"Ah, sebentar aja..." Kaiden menarik pinggang Sofia dan mendekap si cantik itu penuh kehangatan. "Ayo kita diam seperti ini sebentar aja."
Sofia tersenyum. Dia membenamkan wajahnya yang terasa panas ke dada bidang suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments