Waktu bergulir dengan cepat. Seingat Aleena pulang dari makan siang yang kesorean tadi masih terang, namun begitu menatap jendela keadaan diluar sudah menjadi gelap.
Aleena melirik jam tangan biru mudanya, kado ulang tahun dari Alvaro beberapa bulan yang lalu.
"Pantas saja gelap udah jam 7 malam" lirihnya.
Tiba-tiba Asti memanggil Aleena dari belakang.
"Mbak, udah selesai?" tanya Asti.
"Eh.. udah sih..., Udah belum Jan?" Tanya Aleena pada wanita yang tomboy disampingnya.
"Udah selesai kok, ini nanti tinggal cutting aja terus diserahkan ke bagian jahit" Ujar wanita tomboi itu yang bernama Rinjani.
"Kata Mr. Noval, mbak udah boleh pulang tapi kita ke ruangannya dulu yuk"
"Oke" Aleena mengangkat satu jempolnya. "Jan, aku pamit ya.. good luck untuk karya-karyamu" Pamit Aleena.
"Makasih banyak ya mbak atas ide-ide segarnya" Ucap Rinjani. Setelah berpelukan mereka pun berpisah.
Asti mengantar Aleena menuju ke ruangan Noval yang berada di lantai 4. Lagi-lagi Aleena terperangah melihat ruangan Noval yang cukup luas, lebih luas dua kali lipat dari ruangan Alvaro. Furniturnya tertata dengan rapi dan sangat berkelas. Saat itu terlihat Noval yang sedang berkutat dengan laptopnya langsung menyudahi pekerjaannya lalu menghampiri Aleena.
"Silahkan duduk mbak, emh.. mbak Alika ya?" sapa Noval mencoba ramah tapi salah menyebutkan nama.
"Aleena Mr, saya Aleena" Ucap Aleena mempertegas.
"Oh iya maaf mbak Aleena. Silahkan.. silahkan" ucapnya.
"Terima kasih Mr. " Jawab Aleena sopan.
"Bagaimana tadi, apakah ada kesulitan? atau ada sambutan dari karyawan kami yang kurang sopan?" Tanya Noval.
"Sepertinya saya disini tidak banyak membantu Mr. karena karyawan disini terlihat bekerja dengan profesional. Dan mereka juga ramah-ramah kepada saya. Saya jadi khawatir nih Mr. "
Noval mengerutkan dahinya.
"Khawatir kenapa mbak?" tanyanya.
"Khawatir betah jadi tidak mau balik lagi ke kantor" Aleena tertawa kecil.
"Oh saya kira.. " Noval ikut tertawa kecil.
Sekilas mereka membahas tentang project dan apa saja yang terjadi saat tadi Aleena bergabung dengan tim designer Harrison Collection. Sampai pada saat Noval mempersilahkan untuk pulang barulah Aleena berpamitan.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Sila dan Alena terlihat semakin dekat dari sebelumnya sejak investigasi terhadap Alvaro berlangsung.
Seperti malam ini, Aleena kembali menatap langit gelap ditemani cahaya bulan di balkon samping kamarnya. Dan seperti sebelum, Silla datang dari dalam rumah dan langsung bersandar di depan pintu balkon.
"Pulang malem lagi?" Tanya Silla sambil menatap teman kosan nya yang memandangi langit malam.
"Iya nih, biasalah..." jawab Aleena yang sekilas menatap Silla kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke fokus sebelumnya.
"Aku ada info nih dari cleaning service di apartemen itu. Jihan kan anak manja ya, jadi dia tuh selalu manggil cleaning service ke kamarnya gitu kan. Jadi Jihan tuh ternyata satu lantai sama dia tapi beda 2 kamar. Nah disana itu kan ada laundry yang keliling gitu ke setiap rumah, setiap jam 7 malam" ujarnya menggebu gebu.
"Terus..???"
"Kok terus sih Leen..?? ya kita sergap lah.."
"Caranya?" Aleena menanggapi singkat. Bukan karena dia tidak mau, tapi dia bingung harus bagaimana. Sampai saat ini Aleena belum menemukan jalan keluarnya. Satu sisi ia memikirkan pekerjaannya, sisi lain rasanya sesak sekali jika harus dibandingkan dengan selingkuhan kekasihnya.
"Gimana kalau misalnya kamu pura-pura jadi cleaning service aja, terus nanti kamu masuk ke apartemennya ngecek apa gitu di dalam. Terus kan kalau misalnya ternyata pacar kamu itu ada di dalam langsung deh tangkap basah. Tapi sih itu kalau cowok kamu ada di sana, ya paling nggak kalau misalkan nggak ada juga kamu bisa tanya-tanya lah secret nvestigation gitu" Silla menyampaikan idenya tanpa menatap Aleena, seraya menjawab pertanyaannya sendiri seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
Sedangkan Aleena masih terdiam dengan tatapan kosong. Menyadari hal itu Silla langsung meraih pundak Alena,
"Aku emang gak tau gimana rasanya sayang sama seorang cowok kan aku belum pernah pacaran, tapi aku tahu gimana sakitnya diselingkuhin. Sebelum kamu seperti mama aku sebaiknya kamu pikirin lagi deh untuk tetap bertahan. Ini bukan tentang hari ini, tapi ini untuk kedepannya. Sekarang aja dia udah berani seperti itu, kalau kamu tetap diam, dia akan merasa bahwa ya aku bisa melakukan apapun demi kebahagiaan ku tanpa memikirkan kebahagiaan pasangannya .Aku tuh sayang sama kamu, aku nggak berharap kamu merasakan apa yang Mama aku rasakan, terlebih lagi kalau nanti kamu sampai punya anak. amit-amit deh jangan sampe" Cerocosnya panjang lebar.
"Makasih ya Sil aku juga nggak tahu aku harus kayak gimana saat ini bahkan untuk memikirkan diriku sendiri aja rasanya aku nggak punya waktu. Aku selalu berharap waktu yang akan menjawab semuanya tapi aku melihat sepertinya tidak ada perjuangan Dari Alvaro untuk aku. Di sisi lain aku merasa ketika aku ungkapkan semua, aku harus bersiap dengan kemungkinan terburuk yaitu Kehilangan pekerjaan"
"Semua itu memang yang ada resikonya, tapi aku yakin pasti setelah badai akan ada pelangi. Kamu percaya itu kan Len?"
"Aku kalau nggak ada kamu nggak tahu deh kayak gimana. Karena aku punya temen tuh cuman punya teman formal, sedangkan buat temen curhat kayak gini tuh kalau kamu nggak ada ya nggak ada sama sekali. Aku punya banyak temen sekolah sama teman kuliah, tapi sudah Lost kontak semua dan mereka rata-rata sudah berumah tangga"
"Hei lihat aku, kita seumuran dan kamu masih mending punya pacar dan pernah merasakan pacaran. sedangkan aku, jatuh cinta aja nggak pernah. Eh.. bentar aku ralat, Sebenarnya aku pernah jatuh cinta, tapi cowok itu menolakku dan pada akhirnya aku nggak siap untuk jatuh cinta lagi. Tapi aku percaya akan ada waktunya jodohku datang menghampiriku" ucapnya.
"Kita saling mendoakan saja semoga kita dapat jalan yang terbaik, Walaupun memang harus berliku di awal tapi akan indah pada waktunya" Silla menatap langit dengan optimis.
Akhirnya senyum Aleena pun terkembang dan kedua sahabat itu menghabiskan malamnya dengan menatap rembulan.
Tidak lama kemudian mereka kembali ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Sepertinya Alena kelelahan hari ini sehingga Ia memutuskan untuk tidur lebih cepat, lebih tepatnya ketiduran. Dan rembulan dengan setia memantau mereka yang terlelap di atas gelapnya langit.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Dibelahan dunia nun jauh disana. Seorang lelaki terengah-engah setelah beberapa jam mengelilingi pinggiran kota London dengan berkuda. Hamparan rumput hijau yang asri serta kawanan besar rusa yang sedang mencari makan, tak membuat perhatiannya teralihkan.
Peluh sudah bercucuran namun entah kenapa tangan dan kakinya tidak ingin berhenti. Pendampingnya sudah beberapa kali untuk menawarkannya untuk beristirahat, tapi belum ada jawaban dari yang ditanya. Sehingga membuatnya enggan untuk mengajukan pertanyaan kembali.
Liburan yang dijadwalkan satu minggu penuh sepertinya harus gagal di hari kedua, masih ada waktu sekitar 5 hari lagi 1 hari digunakan untuk mencari tahu siapa lawan yang sedang dihadapinya. Mengetahui bahwa lawan ini tak bisa dikalahkan akhirnya nya lelaki ini menyerah dan melampiaskan semua kemarahannya dengan berkuda.
Frey David Harrison adalah lelaki yang yang lebih suka menghabiskan waktu luangnya atau melampiaskan amarahnya dengan berolahraga tak kenal waktu dan tak kenal lelah, Oleh karena itu badannya terlihat berotot walaupun dia sangat sibuk dengan kehidupan sehari-harinya mengurusi perusahaan.
Akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia, namun sebelumnya Carla meminta untuk bertemu. Awalnya Frey terlihat ragu untuk menerima undangan itu sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk menerimanya hanya sebagai salam perpisahan. Setelah merapikan koper dan perlengkapannya untuk kembali pulang ke Indonesia, ia angsung mengemudikan mobil sewaannya itu menuju alamat yang dikirimkan oleh Carla.
"Kau mau pesan apa?" Tanya Carla yang sudah tiba lebih dulu sebelum Frey.
"Tidak perlu" jawab Frey Ketus.
"Baiklah" Tetapi Carla memesankan makanan yang selalu mereka pesan saat masih bersama dua porsi. Carla selalu ingat makanan kesukaan Frey, Rib eye steak yang dimasak well done, sama seperti makanan kesukaannya.
"Kenapa 2 porsi??" Tanya Frey
"Aku pesan untukku, kalau kau mau nanti aku bisa berbagi"
"Tak perlu, ada perlu apa?" tetap dengan nada datar dan dingin
"Maafkan aku yang tak tahu malu ini. Dengan apapun aku menebus dosaku sepertinya tak akan pernah bisa mengembalikan sikapmu untuk tidak dingin padaku. Ini aku ingin mengembalikan ikatan cinta yang pernah kau berikan untukku" Carla mengeluarkan kotak perhiasan yang cantik didalam tasnya kemudian mendekatkan kotak itu pada Frey.
Frey tersenyum sinis dan berkata "Untuk apa? aku memang tidak sekaya selingkuhanmu itu, tapi itu bukan barang berharga untukku, buang saja" Frey bangkit dari tempat duduknya hendak meninggalkan Carla. Spontan Carla menarik tangannya yang berjalan melewatinya.
"Aku belum selesai Frey" Carla mulai kehilangan kesabaran menanggapi sikap Frey.
Frey menghempaskan tangan Carla, kemudian ia berbisik di telinga Carla dari belakang,
"Aku tidak butuh apapun darimu. Lakukan apa yang kau suka. Semoga kau bahagia dan Maaf aku harus pergi. Mual rasanya melihatmu" kata-kata Frey terasa menusuk di jantungnya. Pupus sudah harapan untuk dapat berpisah baik-baik dari Frey.
Pesanan makanan tiba tepat setelah Frey berlalu dibalik pintu restoran mewah itu. Carla yang terguncang mendengar kata-kata tajam dari Frey pun sudah tak sanggup untuk menelan makanan yang ada dihadapannya. Tanpa basa basi ia meninggalkan restoran itu setelah melewati kasir.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments