Aleena tak kuasa menahan rasa malunya, ia menelungkupkan wajahnya di kasur empuk itu.
"Kenapa bisa Aleena .... kenapa???" runtuknya sendiri.
Untuk mengalihkan perhatiannya, ia pun memilih untuk beranjak dan mencari angin malam, sekaligus membeli pakaian yang mungkin ia dapatkan karena baju yang dibawa hanya tinggal yang dipakai saja.
Grekk..
Tepat hampir bersamaan, Aleena dan Frey yang posisi kamarnya berhadapan, membuka pintu dan sama-sama hendak keluar kamar.
Saling menatap namun sama-sama kikuk akibat tragedi manis tadi.
"Aku lapar sekali.. ada tempat makan terdekat disini?" Aleena membuka kekikukan antara mereka.
"Baru saja aku mau mengajakmu untuk keluar, Ayo.. " Ajak Frey
"Kau tau tempat makan enak di sekitar sini?" tanya Aleena
"Entahlah.. aku juga baru menginap disini"
"Oh ya.. masa??? berarti baru aku dong wanita yang kau bawa kemari" Aleena setengah mengejek.
"Sudah kubilang, jangankan wanita. Orang yang kupercaya saja tak pernah kuajak kemari"
"Ahahaha.... percaya ga ya??"
"Whatever!!"
Aleena tersenyum kemenangan sambil berjalan riang melewati Frey yang menatapnya tajam.
Karena bingung menentukan arah, Mereka pun berhenti tepat didepan pos satpam. Seorang lelaki paruh baya terlihat sedang menonton TV sambil menyeruput kopi panasnya.
Melihat Frey berjalan mendekatinya, ia pun langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri.
"Aden mau kemana malam-malam begini" Tanya lelaki itu yang bernama pak Herman. Ia bergantian shif dengan kang Dadi, namun dengan jobdesk yang berbeda. Kang Dadi siang sebagai penjaga villa dan membersihkan villa, sedang pak Herman sebagai penjaga keamanan di malam hari, kadang mereka bertukar shif. Ada juga satpam yang lainnya, tetapi saat ini dia sedang cuti karena istrinya melahirkan.
"Ini pak, kami mau cari makan, dimana ya pak?" Tanya Frey.
"Kalau tempat makan disini mah susah dan jauh den.. ada juga ya warung kopi. Eh Tapi ga jauh dari sini ada alun-alun den, disana biasanya banyak makanan. Emang aden mau makan apa? biar saya carikan" Tawarnya.
"Gimana?? mau makan apa?" Frey menatap Aleena.
"Emh... pak kalau alun-alunnya jauh ga?" Tanya Aleena yang tak membalas pertanyaan Frey.
"Dari sini, Nanti lurus terus dipertigaan belok kanan sampai nemu jalan raya terus belok kiri, ga jauh dari situ juga keliatan alun-alunnya, biasanya rame dan terang. Tukang apa aja ada disana mah" pak Herman menjelaskan.
"Yuk kesana.. aku juga udah lama ga ke tempat ramai seperti alun-alun" ajak Aleena.
"Tolong buka portalnya ya pak" pinta Frey
"Aden mau naik mobil? ga usah den naik motor aja, susah parkirnya kalo mobil. Lagian deket kok den ga terlalu jauh" saran pak Herman.
"Tapi aku ga punya motor pak"
"Ini pake motor saya aja den.. " Pak Herman menyerahkan kunci motornya pada Frey. Frey mengambilnya kunci itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ayooo... " Ajak Aleena tak sabar.
"Tapi.... aku belum bisa mengendarai motor" Frey cengengesan.
"What?? serius?" Aleena terkejut.
"Aku selalu kemana-mana menggunakan mobil, jadi aku tak membutuhkan motor" ungkap Frey.
"Ya sudah, sini mana kuncinya?"
"Kau bisa mengendarainya?" Frey setengah tak percaya.
"Doakan lah kita akan baik-baik saja"
"Jangan main-main Mariam" Frey melotot.
Aleena hanya tertawa melihat wajah Frey yang mulai memucat.
Tiin...
"Pak kami keluar dulu ya.." Aleena pamit pada pak Herman.
"Iya neng.. hati-hati" Jawab pak Herman.
Aleena ternyata dapat mengemudikan motor matic tersebut dengan mulus. Frey yang dari tadi sempat sport jantung sedikit demi sedikit mulai lebih tenang dari sebelumnya.
"Kau tenang saja, sebagai pekerja serabutan aku harus bisa melakukan apapun yang sejalan dengan pekerjaanku. Seperti mengendarai motor, ini skill yang dibutuhkan agar pekerjaan kita cepat selesai. Kemacetan sudah merajalela dimana-mana aku tidak suka membuang waktu di jalanan". Aleena bercerita panjang lebar.
"Ow... pantas saja, jangan lupa itu didepan belok kiri" jawab Frey.
Aleena terlihat sumringah untuk berkeliling Alun-alun, karena apa yang dibutuhkannya ada semua disana. Mulai dari baju, celana, makanan dan lain sebagainya.
Stand pertama yang dikunjunginya yaitu makanan. Karena lapar sekali mereka pun memilih untuk makan di tempat nasi goreng, sebagai tambahan ia juga memesan sate ayam dan es teh manis.
"Apa tidak ada tempat makan yang lebih layak?? aku tak terbiasa makan di warung tenda" Frey mengamati keadaan sekitarnya.
"Banyak.. tapi kita akan lebih lama lagi merasakan lapar, aku sudah tak kuat menahannya. Jangan bilang kau tidak pernah makan di tempat seperti ini?"
"Tentu saja tidak" sanggahnya cepat.
"Pantas saja"
Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan sudah sampai. Awalnya memang Frey kurang nyaman dengan situasi dan kondisi yang ada, akan tetapi ia berusaha untuk mencoba menyesuaikannya.
"Enak kan??" tanya Aleena
"Not Bad..." jawabnya sambil terus menguyah.
Entah karena lapar atau memang tidak ingin mensia-siakan makanan, nasi goreng yang tersaji tadi sudah habis dengan bersih termasuk acar dan kerupuknya. Aleena yang memperhatikannya hanya tersenyum kecut tanpa ingin menyinggungnya sama sekali. Sesekali juga Aleena tanpa sengaja menatap bibir Frey yang telah menyentuh bibirnya tadi, namun kemudian ia menghempaskan lagi bayangan itu. Tentunya tanpa sepengetahuan Frey yang pastinya akan menertawakan Aleena, karena terkesan berharap lebih.
Setelah menyelesaikan kegiatan makan malamnya, Aleena mengajak Frey untuk menemaninya mencari baju yang bisa dipakai besok.
Aleena sedikit terkejut karena Frey lebih memilihkan pakaian yang tertutup.
Bukankah cowok kaya itu biasanya suka dengan wanita yang berpakaian terbuka??? pikirnya.
"Untung saat ini kau jalan bersamaku, kalau dengan laki-laki lain mungkin sudah merah-merah badanmu itu" ujar Frey
"Merah-merah kenapa?" tanya Aleena dengan polosnya.
Frey hanya mengalihkan perhatiannya ke arah yang lain.
Malam semakin larut, mereka pun memutuskan untuk pulang setelah semua barang yang diperlukan sudah dibeli, termasuk beberapa camilan dan bahan sarapan besok pagi.
Saat perjalanan pulang Frey entah sengaja atau tidak, ia memeluk Aleena dari belakang. Sempat membuat Aleena yang sedang mengendarai motor menjadi canggung, tetapi ia tidak berani mengatakan apapun karena takut terbaca suaranya bahwa ia tengah gugup. Frey baru melepaskan pelukannya setelah tiba di pos satpam tadi.
Aleena menyerahkan kunci motor, makanan, beberapa camilan dan uang beberapa lembar sebagai tanda terima kasih pada pak Herman.
___0000______0000_____
Setelah mengirimkan pesan kepada HRD, tanpa menunggu balasan, Aleena kembali menonaktifkan hp nya. Ia tidak sempat mengecek pesan dan telpon yang tertera karena pikirnya pasti isinya kalau tidak dari Alvaro pasti tentang pekerjaan. Ia benar-benar ingin merilekskan pikirannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, namun Aleena sepertinya belum mau terpejam. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kamar menuju ke kolam renang.
Aleena sempat kaget karena melihat sesosok tubuh yang sedang duduk di Gazebo, ketika mengamati dengan seksama ternyata itu adalah seorang laki-laki yang tidak lain dan bukan adalah Frey.
Frey yang melihat kedatangan Aleena langsung melambaikan tangan kemudian berinisiatif mengambil minuman yang ada didalam kulkas tepat dibelakangnya.
"Kau belum tidur?" Tanya Frey
"Hemh.. entahlah kenapa aku belum merasa mengantuk" jawab Aleena.
"Itu karena kau banyak pikiran"
"Bagaimana denganmu??" Aleena setengah meledek.
"Kau lihat ke atas sana" Frey menunjuk ke langit, dimana area kolam renang itu tidak tertutup atapnya sehingga pemandangan langit akan sangat terlihat indah malam ini. "Untuk itulah aku kesini. Suasana yang selalu aku rindukan".
"Wuaaah... kenapa bintang disini terlihat banyak? Apa aku yang baru melihat langit seindah ini"
"Yah.. itulah alasanku kenapa membeli villa ini. Dengan sedikit renovasi, aku membuatnya menjadi tempat yang paling nyaman untuk menenangkan diri" jawab Frey.
"Jangan bilang kalau kau juga sedang patah hati?" Ledek Aleena.
"Sejujurnya iya, tapi lebih tepatnya aku merasa malu"
"Hahaha.. kau punya malu juga ternyata" Frey tak menanggapinya.
Khawatir Frey merasa tersinggung, Aleena pun segera mengalihkan pembicaraan.
"Kupikir kau sering kesini, tapi melihatmu yang kikuk saat melintas jalanan ini sepertinya pertama kali ya kesini?"
"Hemh.. setelah di renovasi, ini baru pertama lagi aku kesini, dulu pun saat membeli villa ini aku hanya serah terima surat dan pembayarannya saja, sisanya kang Dadi yang mengurusnya"
"Ini design kamu yang rancang sendiri, David?" tanya Aleena
"Hemh.. begitulah. Ini murni hasil keinginanku.. tapi biasanya aku cuma bisa komplain by online tanpa datang langsung kesini, tapi rupanya kang Dadi cukup kompeten dan satu selera denganku"
"Hemh... hemh..." Aleena hanya manggut-manggut.
"Kenapa lelaki tadi sepertinya sangat marah padamu?"
"Heuh.. Dia hanya bagian dari masa lalu yang ingin kulupakan"
"Harusnya kau senang ada yang memperjuangkan mu sampai akhir, kenapa kau memilih meninggalkan dia?"
"Huh.. kau membelanya tanpa tahu duduk perkaranya, memang lelaki semuanya sama ajaah"
"Aku tak membelanya, hanya saja wanita itu selalu seperti itu, dia tidak mau disakiti tapi bisa-bisanya menyakiti. Kenapa harus ada makhluk bernama wanita di dunia ini"
"Kalau tidak ada wanita, kau tak akan ada di dunia ini, David"
"Hahaha.. benar juga, lama kelamaan aku berpikir hanya mamaku yang benar-benar wanita yang baik"
"Sudah kuduga, kau pasti juga sedang putus cinta. Lelaki kalau sudah salah pasti ga mau disalahkan, ujung-ujungnya main kasar."
"Aku sudah berusaha setia, aku mempertaruhkan harga diriku didepan keluarga dan bahkan sahabat dekatku yang sangat tidak setuju dengannya, aku abaikan pendapatnya. Tapi kenyataan yang kudapatkan pahiiiit" Frey akhirnya membuang gengsi nya dan entah mengapa dia mau membuka cerita tentang dirinya.
"Aku tebak.. dia selingkuh?? ahahaha.. akhirnya aku menemukan teman yang senasib"
"Mungkin pertemuan ini adalah cara Tuhan untuk mempertemukan kita dalam rangka saling menghibur" ucap Frey
"Hemh.. tapi jangan sampai kau berharap lebih ya.. aku sedang tak ingin berharap pada laki-laki manapun saat ini"
"Hahaha.. percaya diri sekali kau nona, sepertinya kalau dari gelagat, kau juga diselingkuhi ya nona.." Ledek Frey
"Ketara sekali ya.. Hahaha, entahlah aku harus bersedih atau bahagia sekarang?"
"Aku tak tahu dimana akan menyembunyikan mukaku ini pada semuanya.."
"Seserius itukah????" Aleena berbalik meledek.
"2 tahun lalu, kurang dari sebulan sebelum pernikahan dia membatalkannya demi bea siswa. Kupikir karena besarnya rasa cinta dan percayaku padanya, dia akan setia. Hampir setiap orang menertawakan keputusanku dan bilang mempertahankan itu tidak mudah. Tapi aku tetap bertahan untuknya.. nyatanya tak hanya selingkuh.. dia juga sudah mengandung anak dari laki-laki itu yang ternyata lelaki itu lebih kaya dari aku.. hufh.. Aku pun akhirnya menyerah. Jika bisa aku lebih baik mengasingkan diri didalam gua selamanya untuk menutupi rasa maluku.. tapi sayang tanggung jawabku masih banyak dan tak bisa kutinggalkan begitu saja."
"Apa kau menyesal mencintainya?" tanya Aleena
"Saat ini iya.. sangat. Tapi aku tidak tahu kedepannya, dan aku tidak mau memikirkannya. Kau?"
"Aku?? rasa cinta dan jatuh cinta itu indah.. tak perlu disesali.. tapi sekarang aku tahu, lelaki yang tak ingin memperkenalkanmu pada keluarganya, bukanlah lelaki yang pantas untuk kau pertahankan. Sakit.. bahkan mungkin jika tidak ada kau aku akan terus berdiam di pinggir pantai hingga saat ini. Tapi aku tahu ini yang terbaik cara Tuhan untukku, dengan menunjukkan siapa dia sebelum kita benar-benar bersama"
"Hahaha.. kau juga bisa mengambil pelajaran dari kisah ku.. "
"Cheers... " Aleena mengangkat kaleng sodanya untuk disatukan dengan milik Frey.
Ting..
Tak lama kemudian, mereka memutuskan untuk kembali ke kamarnya masing-masing. Dan terlelap dalam damainya malam setelah mereka berdamai dengan nasibnya masing-masing. Senasib tapi beda kisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments