Bab 5

Aleena menatap ke langit-langit kamarnya yang polos. Ia mengingat-ingat rentetan cerita asmara antara ia dan Alvaro. Berkali-kali ia merasa tak ada yang salah dengan hubungan yang dijalaninya karena Alvaro masih terlihat romantis seperti biasanya. Pikirannya berkecamuk mungkinkah benar kekasihnya itu berselingkuh? tapi kenapa? dengan siapa? apa yang kurang dariku?

Aleena bangun dari tidurnya kemudian berkaca,

"Aku memang jauh dari sempurna, tapi aku selalu setia. Apa penampilanku ini kurang cantik? kurang menarik? atau kah ia sudah bosan?" lirih nya dalam hati sambil memandangi pantulannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Tinggi badan 164 itu lumayan tinggi lah ya buat wanita Indonesia, kulitnya cerah berseri memancarkan aura lembut dan anggun. Tipe yang introvert dan berkharisma.

Aleena menghembuskan nafas kasar sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah menemaninya selama bertahun tahun.

"Apa aku ajak Alvaro menikah saja ya, mungkin setelah itu dia akan meninggalkan selingkuhannya? tapi kalo ternyata dia tidak selingkuh aku yang dosa. Dan saat marah dia bisa saja meninggalkan aku, akankah aku dipecat? bagaimana dengan obat-obatan ibu, sekolah Rinaya?"

Aaaaargh.... Aleena menutup wajahnya dengan bantal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Cukup Aleena... cukup. Sudah malam aku harus tidur"

Dengan perasaan yang masih terbawa, Aleena memaksakan dirinya untuk terlelap. Namun karena banyaknya pikiran yang tertumpuk, Aleena tak dapat tidur dengan nyenyak dan berkualitas walaupun sudah mencoba dengan berbagai cara.

Bangun lebih pagi, terbangun tepatnya dan tak bisa tidur lagi ia pun memutuskan untuk bersiap ke kantor lebih awal.

Ponsel diatas nakas diraihnya untuk menghubungi seseorang yang sebenernya sangat ia rindukan tapi sungguh masih ada keraguan didalamnya, apakah pantas ia dirindukan atau kah????

Mas.. Aku berangkat lebih pagi hari ini, jadi ga usah jemput ya sebentar lagi aku otw. Kangen juga ya udah 2 hari ga ketemu

Pesan terkirim...

Yaps.. Ayo Alena.. kita berusaha seperti biasa dulu sebelum semuanya jelas, biar tidak salah bertindak. Aleena berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Sesampainya di kantor, Aleena membuat secangkir coklat panas kesukaannya dan langsung berkutat pada berkas-berkas yang menyangkut pekerjaannya.

Aleena juga mengecek jadwal sang direktur dan mengurus bahan yang diperlukan saat jadwal tersebut, dan baru teringat ada jadwal keluar kota minggu ini.

"Aku belum reservasi hotel, mobil"

Dicatat semua yang diperlukan untuk ia kerjakan. Maklum karena perfectionis, Aleena tidak bisa melewatkan apapun tanpa mencatat. Sticky note bertebaran di meja kerjanya.

Alvaro sering menawarkannya untuk berada dalam satu ruangan. Namun Aleena selalu menolak, selain dengan alasan agar lebih fokus bekerja, ia juga berusaha profesional di depan karyawan-karyawan lainnya.

Tanpa terasa kantor sudah penuh dengan para karyawan yang sudah berdatangan, namun sang direktur masih belum terlihat juga batang hidungnya.

Aleena pun mengecek ponselnya, yang ternyata ada notifikasi pesan

Miss u too, tapi sepertinya aku sedikit terlambat hari ini honey.. tunggu aku ya honey.. aku bawa kejutan untukmu 😍.

Tanpa membalas Aleena meletakkan kembali ponselnya dan melanjutkan apa yang sedang dikerjakannya.

"Bu.. Tadi ada telpon dari Horrison Colection, katanya nanti minta ditelpon balik" Seru Ranti dari meja operator.

"Horrison Colection??? oh ya.. oke thanks Ranti"

Aleena pun langsung menghubungi nomor seseorang menggunakan telepon kantor.

"Hallo Pak Riza, Kain untuk Horrison Colection ready kapan ya?

(........)

"Oh.. gitu.. jadi Rabu ini selesai? semuanya?"

(.....)

"Kapan bisa kita tinjau ke lapangan?"

(...)

"Oke siap, Terima kasih pak".

Kemudian Aleena kembali menekan tombol angka pada telepon yang sama untuk menghubungi Kliennya.

"Selamat Pagi, dengan Horrison Colettion Ada yang bisa kami bantu" Suara lembut dari sebrang sana menyapa

"Selamat pagi mbak, Saya Aleena dari Bougenfil Tekstil. Mau konfirmasi tentang kain yang sudah dipesan"

kemudian obrolan itu pun berlanjut dengan formal dan berakhir dengan kesepakatan.

Tak lama setelah menutup telepon, Alvaro datang memberikan isyarat untuk mengikutinya ke ruangan. Aleena mengikutinya sambil membawa beberapa berkas.

Aleena mengembangkan senyum manisnya begitu tiba di ruangan direktur. Ruangan yang cukup luas dengan meja besar, beberapa lemari besi yang terpampang rapi. Didepannya ada sofa yang cukup diduduki 6 orang.

"Morning Honey... " sapa Alvaro yang langsung menghampiri dan memberikan kecupan singkat di pipinya sambil merengkuh pinggang langsing Aleena.

"Mas.. ga enak ah ini di kantor" ucapnya sambil mencubit pinggang kekasihnya itu. Namun ia tak dapat menutupi pipinya yang merona merah entah karena malu atau memang karena ia suka diperlakukan seperti itu.

"Ga ada yang liat ini, lagian kalau liat juga emang berani negur?" Ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Tak ingin semakin larut dalam keromantisan yang tidak tepat Aleena pun segera menyampaikan agenda bosnya itu dan segala permasalahan yang dijalani.

"Pak mengenai keberangkatan dinas keluar kota untuk Butik Kencana Merah, itu berbarengan dengan selesainya kain untuk Horrison Collection, Bapak kira kira akan memilih yang mana?" Aleena kembali berusaha profesional.

"Sepertinya keduanya sangat penting dan memberikan keuntungan yang besar buat perusahaan kita. Sepertinya kita harus membagi 2 job ini"

"Dilihat kepentingannya memang kita tidak bisa mengalihkan tugas ini kepada orang lain" jawab Aleena serius.

"Kamu ga apa apa aku tinggal keluar kota, honey?" tanya Alvaro setengah menggoda.

"Pak..." panggil Aleena dengan tujuan mengingatkan Alvaro untuk fokus.

"Hemh... ga jadi deh sambil liburannya, nanti aku kesepian honey..."

"Liburan bareng itu enaknya setelah nikah pak, mau mesra bagaimana pun sudah sah. Jadi aman" satu serangan dari Aleena dengan niat menguji sang pacar.

"Kenapa harus nunggu nikah.. come on kita udah dewasa lah.. tau cara bermain aman" kilah Alvaro

"Justru itu pak karena kita sudah dewasa dan sudah tau cara bermain aman. Yang paling aman itu ya setelah nikah."

"Kenapa bapak belum mau menikah, padahal sudah kepala 3 loh pak" goda Aleena.

"Akan ada saatnya honey.. tapi bukan saat ini. Lihatlah jadwal ku yang padat ini. Mana sempat aku mengurusi ini itu tentang pernikahan. Kita nikmati saja dulu masa muda yang indah ini dan berkarya lebih banyak, berkeluarga itu butuh modal yang banyak Aleena"

"Tapi aku juga butuh sosok yang dapat bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidupku Mas.." akhirnya jadi percakapan pribadi.

"Selama ini aku juga kan bertanggung jawab honey.. Udah ya balik fokus kerja dulu nanti baru ngomongin nikahnya"

"Jadi selama aku tidak di kantor kamu nanti dibantu Pak Gilang dan Bu Desti untuk handle yang lain, kamu cukup fokus sama Horrison Collection ya. Buatkan laporan secara detail terkait penyelesaiannya" Alvaro langsung mengalihkan pembicaraannya. Tak ingin menjadi perdebatan Aleena pun kembali memfokuskan membahas pekerjaan.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Sambil menghabiskan minuman coklat yang sudah dingin itu, Aleena kembali terngiang-ngiang tentang kemungkinan Alvaro berselingkuh. Ia memang belum siap menikah dalam waktu dekat tetapi bukan berarti sudah fix punya selingkuhan kan.

Yah begitulah pria modern, banyak yang memilih untuk menikah di usia matang. Tidak seperti di kampungku lulus SMA saja apalagi kalo orang tuanya kaya udah deh langsung nikah, tutur Aleena dalam hatinya.

"Oke Al... belum ada kejelasan jadi mari kita berpositif thinking bahwa Alvaro lelaki yang setia" serunya masih mengungkapkan di dalam hati. Sementara karyawan lainnya tak ada yang menyadari bahwa ia sebenarnya sedang komat kamit.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Apa?

Menikah?

Sama Aleena?

cewek cantik, cerdas, mulus, menggiurkan. Tapi latar belakangnya gak sepadan dengan keluargaku. Mana bisa aku memperistrinya, apalagi dia hanya seorang sekertaris. heuh.. Alvaro mendengus.

Bukan tanpa alasan Alvaro selalu berkilah ketika Aleena memintanya untuk menikah. Keluarga Alvaro adalah keluarga yang sangat mementingkan status diatas segalanya. Itulah mengapa sampai saat ini Aleena tak pernah diajak sekalipun baik dalam acara keluarga maupun sekedar jamuan makan dari keluarga Alvaro. Mengingat Alvaro yang hanya anak satu-satunya, Ibunya selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

setia...setiap tikungan adaa...hadehhh atuh kebeneran klo mang ortunya tuh cowok rada ribet mah...klop dah ...wes lah tinggalin aja deh mendingaan...

2023-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!