Bab 15

Tatapan Aleena terlihat kosong. Untuk menangis pun rasanya dia tak sanggup.

Silla berkali-kali melihat maps yang berjalan perlahan pada aplikasi taxi onlinenya. Lobi apartemen yang sepi, semakin terasa sepi karena tak ada satu pun yang berani memulai pembicaraan.

Silla hanya menggenggam erat tangan Aleena seolah sedang mentransfer energi. Silla berharap Aleena dapat menahannya sampai di rumah, ia tidak ingin temannya terlihat lemah setelah apa yang terjadi. Terutama karena wilayah ini masih dalam jangkauan Alvaro.

Dan benar saja saat taxi online itu masih membutuhkan 7 menit dalam perjalanan, terdengar suara Alvaro memanggil Aleena dari dalam pintu.

Alvaro yang melihat Aleena sedang berdiri di depan lobi apartemen langsung menghampiri dan menarik tangannya.

Karena tanpa persiapan apapun mereka berdua pun kaget, sontak genggaman tangan Aleena terlepas dari Silla.

Setelah agak jauh dari Silla, Aleena yang tidak suka langsung menghempaskan tangan Alvaro.

"Honey.. aku bisa jelasin semua, please honey" Alvaro mencoba meyakinkan.

Aleena melemparkan pandangannya ke arah jalan raya. Silla ingin sekali menghampiri mereka tapi Silla merasa itu kurang tepat saat itu. Ia pun memberikan ruang untuk mereka berbicara sambil mengamatinya dari jauh.

Dari gerak gerik Aleena sepertinya dia tidak nyaman ketika harus berbicara dengan Alvaro. Aleena lebih banyak diam.

"Leen.. semua itu aku lakukan demi kemajuan perusahaan kita honey, aku akan lakukan asal kita bisa menjadikan perusahaan kita semakin berkembang. Setelah itu kita akan menikah, kamu ingat itu kan Honey??"

"Buat aku apapun yang aku lakukan saat ini adalah untuk kita nantinya. Betapa aku sangat mementingkan kebahagiaan kita nantinya, please honey.." cerocos Alvaro

"Termasuk berbohong padaku mas? termasuk menusukku dari belakang?" Aleena berusaha sekuat tenaga menahan bendungan air matanya.

"Enggak gitu ceritanya honey... Aku tau saat ini kamu sedang marah dan kecewa sama aku tapi aku yakin nantinya kamu akan mengerti dengan apa yang saat ini aku lakukan" ucap Alvaro lagi.

"Aku antar pulang ya honey, aku akan berikan kamu ruang untuk percaya sama aku. Aku tahu ini berat tapi ini ga akan lama kok honey"

"Maaf mas, aku udah ga bisa lagi jalan sama kamu. Silahkan kamu lanjutkan misimu tapi aku tidak bersedia untuk mendukungmu mas"

"Sekalipun itu untuk kebahagiaan kita Leen? kok kamu egois gini sih, aku bekerja keras siang malam untuk kamu dan ini balasan kamu untuk aku. kamu kok ga pengertian sama sekali ya sama aku"

what??? bentar deh kayaknya ada yang salah deh disini, apa? aku egois??? ga kebalik??. Aleena bergidik dalam hatinya tak percaya dengan apa yang sedang ia hadapi.

"Oh.. aku yang egois?? oke fine, anggap saja begitu supaya kamu lebih puas mas.. lakukan apapun yang anda suka Pak Alvaro yang terhormat dan saya sudah tidak ada hubungan apapun dengan anda karena keegoisan saya"

"Enggak Leen, aku ga akan melepas kan kamu Leen. Oke aku yang egois udah kamu jangan ngambek ya. Biar aku yang anter pulang"

Apaan sih ni orang tadi dia bilang aku yang egois sekarang dia, maunya apa sih ga jelas banget. Gerutu Aleena.

Dan taxi online yang dipesan pun sudah datang, Silla naik lebih dulu dan berhenti di depan kedua orang yang tengah berdebat itu.

"Maaf Pak saya bisa pulang tanpa bapak, permisi. selamat malam" Ucap Aleena tegas.

"Leen.." Alvaro meraih tangan Aleena.

Aleena memandang tajam wajah Alvaro, terlihat segaris kebencian di matanya. Melihat itu Alvaro tak bisa berkutik. Selama ini tak pernah Alvaro melihat Aleena semarah itu padanya.

Dengan pasrah Alvaro pun melepaskan tangan Aleena dan membiarkannya berlalu.

"Aaaaargh... sial" teriak Alvaro dengan penuh kekesalan.

Saat ia masih kalut dan terlarut dalam emosinya, satu panggilan muncul di layar utama ponselnya.

Fransiska Caling..

Setelah menarik nafas dalam, Alvaro mengangkat panggilan tersebut semanis mungkin,

"Iya sayang, sebentar ya.. ini juga aku lagi otw naik lift. Ya biasalah beberapa pekerjaan kan tadi aku tinggalkan".

Kemudian Alvaro langsung kembali menuju apartemen Fransiska dan hanya mereka yang tahu apa yang mereka lakukan didalam sana.

Sementara didalam taxi Aleena hanya diam dan memandang keluar jendela sejak ia masuk mobil tadi. Silla ingin menghibur tapi dia tak tahu bagaimana caranya, karena dia sendiri tidak pernah tahu bagaimana sakitnya karena belum pernah berpacaran.

Silla menggenggam tangan Aleena dengan ibu jari yang terus bergerak mengelus-elus tangannya. Seketika itu Aleena menyandarkan kepalanya di bahu Silla dan terasa air mata Aleena berjatuhan di baju Silla sehingga pundak sila basah. Namun Silla tetap diam tak ingin memulai pembicaraan.

Mereka sudah tiba didepan kamar mereka. Silla yang masih menggenggam erat tangan Aleena langsung menghadapkan wajahnya ke arah Aleena yang tertunduk lesu.

"Mau aku temenin malam ini?" tanya Silla

"Aku mau sendiri dulu" jawab Aleena.

Silla hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka pun melepaskan pegangan tangannya. Sebelum memasuki kamarnya, Silla menatap Aleena lagi,

"Kalau butuh sesuatu panggil aku ya, telpon aja kalo kamu ga mau keluar" ucap Silla yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Aleena. Sebelum Silla menutup pintu kamarnya, Silla kembali menatap Aleena.

"Makasih ya Sil.. " Ucap Aleena.

"Sama-sama" Silla tersenyum.

Keduanya pun langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Aleena melemparkan tas keatas ranjangnya kemuadian masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa membuka apapun termasuk kaos kakinya, Aleena langsung menyalakan shower di kamar mandinya, air yang dingin itu pun langsung menyapa Aleena dan pakaian yang masih dikenakan.

Tiba-tiba Aleena menangis dengan pilu dibawah guyuran shower air dingin.

Sadar Aleena.. sadar... dia tuh ga pantas kamu tangisin.. hiks.. hiks... dasar buaya buntung, kadal pasir, ular kepala kelinci. Aleena bergumam sendiri dengan suara yang sangaaat pelan.

Aleena memang sudah yakin ini pasti akan terjadi. Tetapi dia tidak menyangka akan sesakit ini. Berapa kali pun Aleena berperang dengan pikirannya sendiri, pada akhirnya dia yang menyimpulkan bahwa dia harus segera meninggalkan Alvaro.

Sekitar 30 menit dibawah guyuran shower akhirnya dia pun kedinginan dan langsung menyelesaikan mandinya.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Sudah lewat tengah malam tapi Aleena belum juga merasa ngantuk. Ingin sekali ia menelpon Silla tapi ia merasa tidak enak kalau harus mengganggunya.

Akhirnya ia pun memainkan ponselnya. Aleena baru ingat akan galerinya yang menyimpan banyak foto dia dan Alvaro. Aleena menggabungkan semua foto kenangannya bersama Alvaro dalam satu folder bernama "Sampah".

Tanpa sengaja ia menemukan satu kupon menginap di hotel gratis selama satu hari satu malam. Aleena segera memeriksa kupon tersebut dan tertera batas waktu penukarannya tinggal 7 hari lagi. Aleena mencari tahu dimana lokasi tersebut dan bagaimana ia harus menuju kesana.

Ternyata lokasi hotel tersebut berada di pinggir pantai yang lokasi nya cukup jauh dari pusat kota tempat Aleena tinggal. Ia kemudian melakukan pencarian lebih detail untuk menuju kesana.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Tanpa berpikir panjang Aleena segera berkemas dengan membawa beberapa helai pakaian, ponsel dan dompet.

Bis yang mengarah ke daerah tujuan ternyata berangkat pukul empat pagi. Setelah berkemas Aleena pun langsung turun kebawah.

Beruntungnya Aleena karena ada satpam yang berjaga didepan kompleknya. Aleena pun diantar ke terminal bus oleh seorang satpam menggunakan motor.

"Non mau kemana pagi buta begini" tanya pak satpam

"Aku mau pulang kampung pak, bis yang paling cepat adanya jam segini" Aleena berbohong.

"Ooh.. iya non kayaknya penting banget ya non ampe harus buru-buru"

"Iya pak, oh ya pak nanti kalau ada yang nanyain saya siapapun itu jangan bilang saya pulang kampung ya pak" Pinta Aleena.

"Oh iya non, emang kenapa?"

Aleena sempat merasa kesal akan ke-kepo-an pak satpam namun dia juga tidak bisa marah.

"Pengen liburan aja pak, ga mau diganggu"

"Oh iya non".

Tak lama kemudian mereka pun tiba di terminal.

Setelah memasuki bis dan duduk dengan nyaman. Aleena membuka ponselnya dan mengabari sahabat satu satunya itu

"Silla... aku pergi dulu ya, mungkin untuk beberapa hari kedepan ponsel ku tidak bisa dihubungi. Nanti aku kabari dan aku ceritakan kalau aku sudah kembali. Terima kasih untuk semunya Silla"

Aleena kemudian menonaktifkan data selulernya. Karena semalaman ini ia tidak tidur jadilah tanpa menunggu bis jalan ia pun sudah terlelap.

%%%%%%%%%%%

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!